Sekilas Tentang Pengamat Politik
Bagi anda yang sering memperhatikan acara televisi (tv) seputar masalah politik, kiranya pasti anda sering melihat seorang pengamat politik membahas suatu masalah di acara tersebut. Ketika seorang pengamat yang sedang diberi pertanyaan oleh sang pembawa acara dengan lugas mengupas berbagai sisi dari setiap masalah. Tapi, pernahkah anda berpikir apa benar dia adalah seorang pengamat politik? Apa benar latar belakangnya mendukung pendapat dia? Bagaimana cara dia mendapatkan “gelar” pengamat politik? Apa kredibilitas dia sebagai seorang pengamat bisa dipertanggung jawabkan? Bisa saja dia diarahkan oleh yang empunya acara mengingat kita tau bahwa ada stasiun tv yang pemiliknya juga berkecimpung di dunia politik.
Pertanyaan itu muncul ketika ada seorang pengamat (mereka menyebutnya begitu) yang dirasa mulai menyudutkan salah satu politisi yang menjadi lawan dari si pemiliki stasiun tv. Belum lagi acara di stasiun tv tersebut tidak pernah menampilkan latar belakang dari setiap pengamat politik yang mereka jadikan narasumber. Seakan dengan sang pembawa acara menyebutnya sebagai “pengamat politik” sudah sahlah dia menjadi pengamat. Tidak adanya “organisasi” yang menaungi para pengamat hendaknya setiap stasiun tv mempunyai inisiatif menampilkan latar belakang dari pengamat tersebut agar masyarakat percaya dengan pembahasan yang mereka berikan.
Bukan ingin berpikir negatif, tapi semenjak dugaan adanya lembaga survei yang cenderung memberikan hasil untuk memenangkan salah satu pihak karena dibayar, bolehlah kita mulai waspada kepada para pengamat politik yang memberikan khusus pendapatnya untuk suatu golongan. Bukan hal yang mustahil jika ada oknum yang memanfaatkan pesta demokrasi Indonesia ini dengan menghalalkan segala cara untuk mencari nafkah. Mereka tidak peduli mana yang benar atau salah asal mereka dapat bayaran. Bukan hanya penonton bayaran saya yang selalu setia disetiap acara musik pagi, Mungkin ini waktunya untuk pengamat bayaran yang setia disetiap acara yang membahas tentang masalah politik.
Saat ini kita berada di masa ketika berita politik lebih “menghibur” daripada berita setting-an artis yang ingin terkenal. Seakan berita infotaiment sedang bersaing keras dengan berita politik untuk mendapatkan ratting yang lebih tinggi. Dan banyaknya pengamat politik yang hilir mudik kesana kemari muncul dari satu acara ke acara lainnya. Sungguh ironis mungkin ketika melihat di negara demokrasi perbedaan malah untuk diperdebatkan di acara tv nasional.
Masih banyak pengamat politik (jika kita ingin menyebutnya begitu) yang memberikan pendapat mereka berdasarkan ilmu yang memang benar-benar mereka dalami. Mereka yang memberikan hasil pemikiran mereka untuk kebaikan bangsa ini berdasarkan profesionalitas bidang mereka. Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat Indonesia terhadap isu-isu sensitif yang menjadi berita hangat di Indonesia. Agar kita tidak mudah dipecah belah oleh oknum-oknum yang hanya berpikir untuk keuntungan mereka pribadi. Mereka yang percaya kepada kabar yang lebih menjurus kepada fitnah lebih baik mulai berpikir kritis.
Sumber : http://ift.tt/1D5VH9S
Pertanyaan itu muncul ketika ada seorang pengamat (mereka menyebutnya begitu) yang dirasa mulai menyudutkan salah satu politisi yang menjadi lawan dari si pemiliki stasiun tv. Belum lagi acara di stasiun tv tersebut tidak pernah menampilkan latar belakang dari setiap pengamat politik yang mereka jadikan narasumber. Seakan dengan sang pembawa acara menyebutnya sebagai “pengamat politik” sudah sahlah dia menjadi pengamat. Tidak adanya “organisasi” yang menaungi para pengamat hendaknya setiap stasiun tv mempunyai inisiatif menampilkan latar belakang dari pengamat tersebut agar masyarakat percaya dengan pembahasan yang mereka berikan.
Bukan ingin berpikir negatif, tapi semenjak dugaan adanya lembaga survei yang cenderung memberikan hasil untuk memenangkan salah satu pihak karena dibayar, bolehlah kita mulai waspada kepada para pengamat politik yang memberikan khusus pendapatnya untuk suatu golongan. Bukan hal yang mustahil jika ada oknum yang memanfaatkan pesta demokrasi Indonesia ini dengan menghalalkan segala cara untuk mencari nafkah. Mereka tidak peduli mana yang benar atau salah asal mereka dapat bayaran. Bukan hanya penonton bayaran saya yang selalu setia disetiap acara musik pagi, Mungkin ini waktunya untuk pengamat bayaran yang setia disetiap acara yang membahas tentang masalah politik.
Saat ini kita berada di masa ketika berita politik lebih “menghibur” daripada berita setting-an artis yang ingin terkenal. Seakan berita infotaiment sedang bersaing keras dengan berita politik untuk mendapatkan ratting yang lebih tinggi. Dan banyaknya pengamat politik yang hilir mudik kesana kemari muncul dari satu acara ke acara lainnya. Sungguh ironis mungkin ketika melihat di negara demokrasi perbedaan malah untuk diperdebatkan di acara tv nasional.
Masih banyak pengamat politik (jika kita ingin menyebutnya begitu) yang memberikan pendapat mereka berdasarkan ilmu yang memang benar-benar mereka dalami. Mereka yang memberikan hasil pemikiran mereka untuk kebaikan bangsa ini berdasarkan profesionalitas bidang mereka. Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat Indonesia terhadap isu-isu sensitif yang menjadi berita hangat di Indonesia. Agar kita tidak mudah dipecah belah oleh oknum-oknum yang hanya berpikir untuk keuntungan mereka pribadi. Mereka yang percaya kepada kabar yang lebih menjurus kepada fitnah lebih baik mulai berpikir kritis.
Sumber : http://ift.tt/1D5VH9S