Politisi: Muda atau Tua Sama Saja
Vonis terhadap mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum masih hangat diberitakan media. Beliau dinyatakan terbukti bersalah, melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang terkait proyek Hambalang dan proyek APBN lainnya. Beluai divonis delapan tahun penjara dan denda 300 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.
Saya tidak akan membahas proses hukum, gantung di monas, sumpah mubahalah dan pembelaan dari beberapa organisasi massa terhadap Anas Urbaningrum. Tapi saya hanya ingin sedikit membahas mengenai mana yang lebih baik, politisi tua atau politisi muda?
Anas Urbaningrum adalah seorang politisi muda, masuk dalam jajaran aktivis 98. Beliau sebenarnya sudah digadang-gadangkan sebagai stok pemimpin masa depan. Selain Anas, ada M.Nazaruddin, Andi A Mallarangeng dan Angelina Sondakh, mereka semua politisi muda yang sudah ditahan karena melakukan korupsi. Politisi muda yang seharusnya karir politik mereka masih panjang, tapi mereka malah mematikan karir mereka sendiri. Korupsi telah membunuh karir politik para politisi muda tersebut.
Selain itu ada nama Bachtiar Chamsyah dan Zulkarnaen Djabar yang juga pernah tersangkut kasus korupsi. Mereka saya anggap sebagai politisi golongan tua. Sudah banyak politisi yang tersangkut korupsi, ada yang masih muda ada juga yang sudah tua. Meskipun yang tua masih merasa berjiwa muda, tapi disini saya mengkategorikan tua atau mudanya berdasarkan umur. Umur 60 tahun kebawah saya kategorikan golongan muda dan 60 tahun keatas saya ketegorikan golongan tua.
Ketika musim kampanye, baik kampanye pileg maupun kampanye pilkada, sering ditemukan tulisan dalam spanduk atau disampaikan saat kampanye akbar kalimat “saatnya pilih yang muda”, “yang muda lebih enerjik”, “yang muda lebih amanah”, “yang muda tidak korupsi”, dan lain-lain. Caleg maupun Calon kepala daerah yang masih muda merasa lebih pantas untuk dipilih. Golongan tua pun tak mau kalah, mereka juga punya slogan, “yang tua lebih berpengalaman”, “yang tua lebih matang”, dan lain-lain. Semua tetap kembali kepada rakyat yang akan memilih, apakah rakyat akan memilih yang muda atau yang tua.
Tapi, jika kita melihat para politisi yang tersangkut kasus korupsi, mereka ada yang muda dan ada juga yang tua. Jadi, baik politisi tua atau politisi muda semuanya sama-sama berpotensi melakukan korupsi. Hal ini kemungkinan yang membuat orang bingung dan kesulitan dalam memilih. Hal ini juga kemungkinan yang memicu orang memilih untuk golput.
Untuk yang anti golput tetap harus berhati-hati dalam memilih. Masih banyak politisi yang baik, yang benar-benar merakyat.
Jambi, 25 September 2014
Sumber : http://ift.tt/1BbheKq