Suara Warga

Politik Atas Nama

Artikel terkait : Politik Atas Nama

1409957397945811123

Politik memang sukar untuk di tebak karena politik sendiri adalah soal. Politik terkadang mengakibatkan kita semua lalai terhadap norma-norma kemanusian. Menghilangkan nilai-nilai keharmonisasian murni. Sulit sekali untuk mengatakan bahwa politik itu jalan terbaik untuk mencapai kemanusian yg hakiki.

Banyak orang kebingungan ketika di hadapkan dengan politik. Seakan-akan politik itu akan memakan mangsa yg sangat gurih. Perjalanan politik sendiri di hiasi berbagai macam lika-liku kebohongan, lika-liku atas nama, dan lika-liku kemunafikan.

Dengan kebohongan kita bisa membodohi orang yg bodoh, dengan atas nama kita bisa mengatasnamakan pro kebaikan, dan dengan kemunafikan kita bisa ber-munafik dengan orang-orang yg hanya diam sambil manggut-manggut mengatakan -iya-. Semuanya hanya ketiadaan nilai harmonisasi di dlm kehidupan.

Ketika kita mempunyai nilai harmonisasi dlm kehidupan, dengan segera kebohongan akan lenyap, ke-atas namaan akan mengatasnamakan manusia yg hakiki, dan kemunafikan akan hilang. Semuanya akan ada ketika nilai-nilai harmonisasi di aplikasikan. Jadi sifat kasih sayanglah yg hilang dlm perjalanan politik itu sendiri.

Terkadang orang mengatasnamakn prosedur organisasi untuk menyalahkan kinerja atasanya ataupun temanya. Usut punya usut ternyata dia mengatasnamakan pribadinya guna menyalahkan yg lain. Mungkin punya sejarah lama, atau mungkin punya sifat ketidak sukaan terhadap seseorang tersebut. Oleh karenanya; Janganlah kita meng ‘kamuflase’ kepentingan pribadi dengan atas nama prosedur organisasi.

Kita tidak bisa mengelak ketika situasi seperti ini di hadapkan. Karena ini merupakan sesuatu yg wajar dlm perjalanan politik, Sesuatu yg lumrah di dunia perpolitikan. Solusinya, kita investigasi dulu akar masalahnya apa, Sebabnya apa, Kenapa bisa begini, dan macam-macam investigasi lain. Sehingga pada akhirnya kita memberikan penilaian bahwa ini salah dan bahwa ini benar.

Sifat tuduh menuduhpun akan hilang dan yg ada hanya harmonisasi kehidupan dan kasih sayang di dlm perjalanan politik itu sendiri. Kisah lama hanya sebatas hikmah dan kisah kedepan kita anggap sebagai kedewasaan. Sehingga terkesan “Mereka milik kita dan kita milik mereka”.

Ada lagi yaitu atas nama. Atas nama agama, Atas nama ras, Atas nama suku, Atas nama golongan, dan Atas nama pribadi. Politik itu sendiri esensinya bebas dari atas nama. Kalau masih beranggapan bahwa politik itu atas nama. Saya harap, Keluar saja dari dunia perpolitikan. Ikut politik ko’ masih takut atas nama daerahnya hilang, Masih takut agamanya hilang.

Ketika kita berada di puncak atau kita sebut di “Kasta tertinggi”. Kita harus menghilangkan atas nama daerah dan atas nama golongan. Kalau memang skala politik kita dalam satu wadah yg lebih besar. Sehingga nilai-nilai kesamaan akan terlihat jelas.

Pada akhirnya ‘Mari kita hilangkan negeri atas nama”. Kita bangun atas nama kesatuan dan kita bangun politik atas nama kemanusian.




Sumber : http://ift.tt/Wqx06U

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz