Suara Warga

Memudarnya Fatsoen Politik

Artikel terkait : Memudarnya Fatsoen Politik

Pada hakikatnya, politik itu suci. Karena sebagai sebuah ilmu, politik datangnya dari Tuhan. Konsepsi politik yang berada pada tataran idea ini menjadi bias ketika memasuki ranah praksis. Heterogenitas sosial dan stratifikasi ekonomi yang mempengaruhi karakteristik manusia kemudian memberikan pengaruh yang besar dalam implementasi politik sebagai sebuah ilmu menjadi politik sebagai sebuah praktek.

Pada tataran tertentu tak ayal pengaruh keduniawian diatas mengalahkan term politik sebagai sebuah ide. Sehingga wajah politik sangat duniawiah bahkan kadang kala menampilkan wajah beringas bagai binatang buas. Tersingkirlah idea-idea yang terbangun dalam “politik”, digantikan dengan mahzab-mahzab kepentingan sektarian, golongan dan personal.

Aras utama itulah yang melahirkan konsep “dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi. yang ada hanyalah kepentingan”. Term ini makin menyingkirkan nilai-nilai idea yang baik yang terkandung dalam “politik” itu sendiri. Siapapun pelaku politik pada endingnya akan mengedepankan aspek kepentingan dari pada aspek-aspek lainnya, terutama aspek “idea”, “kebaikan”, “nilai-nilai fundamental”, “etika” dst. Maka muncullah politik pecah bambu, sikut kanan sikut kiri, injak bawah jilat atas dlsb. Inilah praktek “tukang politik” yang melahirkan idiom “politik itu kotor”.

Padahal, sejatinya politik itu suci, bersih dan mulia. Politik (praktek) kemudian menjadi kotor sebenarnya karena perilaku pelaku politik. Syahwat kekuasaanlah yang memalingkan idea politik yang seharusnya dibumikan. #part-1




Sumber : http://ift.tt/1q3wfHT

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz