Suara Warga

LIMA CARA MENYINGKIRKAN ORANG BAIK DARI BIROKRASI DI NEGERI ANTAH BERANTAH

Artikel terkait : LIMA CARA MENYINGKIRKAN ORANG BAIK DARI BIROKRASI DI NEGERI ANTAH BERANTAH



Dalam pemerintahan di negeri antah berantah jabatan adalah segala-galanya. Meskipun masyarakat punya imej buruk tentang birokrat namun para pegawai negeri berduyun-duyun berebut jabatan saling sikut saling tendang, dan budaya menjilat tumbuh subur. Masyarakat menilai birokrat adalah orang-orang yang rakus, malas dan bodoh. Sebenarnya bukan tidak ada orang baik disana, namun kuasa orang buruk sangat mendominasi, sehingga di negeri antah berantah masyarakatnya “sebel” kalo lihat birokrat.

Birokrasi sebagai proses pelayanan public, jika diisi orang-orang baik akan memberi out put baik namun jika yang mengisi orang-orang buruk out put nya pasti buruk. Terminologi “birokrat hitam” untuk yang buruk dan “birokrat putih” untuk yang baik rasanya akan mempermudah kita dalam pembahasan ini.

Pengalaman sejarah panjang negeri antah berantah dimana “birokrat hitam” adalah gerombolan birokrat yang lebih sering tampil gaduh dan menampilkan wajah kusamnyalah yang membuat masyarakat negeri itu punya persepsi bahwa birokrat adalah orang-orang kotor dan berperilaku buruk. Ini adalah kidung rutin dan dipertahankan dengan seksama oleh perilaku serba buruk oleh kebanyakan “birokrat seleb”yang muncul di media-media dengan gaya yang membosankan dan memberi kesan mendalam kepada masyarakat negeri itu bahwa yang namanya birokrat itu “ÿa… memang harus kayak gini… . Berani pamer macam-macam yang tidak masuk akal dan berani ngomong apa saja meskipun menunjukkan kualitas mereka tidak memadai untuk menjalankan amanah rakyat. Dan ketika orang menertawakan keadaan mereka, para birokrat inipun berani ikut tertawa. Kasihan benar masyarakat negeri antah berantah itu.

Berita baiknya adalah bahwa sebenarnya di negeri antah berantah itu lebih banyak birokrat yang baik dan masih selalu berpikir “padamu negeri”, sehingga atas kerja keras tanpa pamrih mereka itulah maka pemerintahan dan layanan publik masih bisa berjalan walaupun terseok-seok. Namun seperti biasa mereka tidak dikenali karena mereka memang tidak mau “cari muka”.

“Birokrat putih” ini kehadirannya sangat mengganggu “birokrat hitam”, namun mereka tetap dibutuhkan oleh “birokrat hitam” untuk menutupi borok dan untuk menjalankan roda pemerintahan agar “kelihatan” jalan. Berkat upaya “birokrat putih” maka pemerintahan masih bisa berkinerja lumayan.

Namun demikian gerombolan “birokrat hitam” merasa harus membatasi sepak terjang “Birokrat putih” , karena jika mereka dibiarkan terus bergerak maka keteraturan, ketertiban dan kemajuan negeri akan menyababkan kaum hitam terpojok, bisa tersingkir dan bahkan terusir, artinya mereka tidak bisa berkiprah dan berarti pula tidak bisa melanjutkan aksi perampokannya terhadap hak-hak orang banyak. Ada 5 cara yang sering dilakukan oleh gerombolan birokrat buruk untuk menyingkirkan orang-orang baik dari Pemerintahan.

1. Beri mereka (birokrat putih) pekerjaan yang berat namun jangan diapresiasi. Karena apresiasi akan menaikkan semangat dan nama baik mereka dan artinya mereka akan bisa melakukan lebih banyak lagi untuk memperbaiki keadaan. Keadaan yang baik akan membatasi gerak dan bahkan merugikan “birokrat hitam”

2. Bikin mereka frustrasi agar “burn out”. Jika mereka frustrasi maka prestasi akan turun dan mereka tidak akan bisa berkontribusi terus dalam memperbaiki system.

3. Buat citra bahwa “birokrat putih” sebagai orang yang tidak bisa kerja sama. Maka mereka akan disingkiri lalu menjadi manusia tak berguna, mereka akan makin terpojok agar akhirnya terpaksa mau bekerja sama/bergabung dalam kelompok hitam.

4. Buat citra bahwa mereka birokratis. Agar setiap orang merasa enggan berurusan dengan birokrat putih ini. Lalu biasanya “birokrat hitam” akan mengeluarkan kata-kata “jangan mempersulit, kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit, kita harus kompak dsbnya”.

5. Buat citra bahwa mereka mengganggu system. “birokrat hitam” sering kali memojokkan “birokrat putih”, dan mencitrakan mereka sebagai mata rantai pelayanan yang lemah, sehingga dianggap mengganggu pelayanan serta mengganggu kelancaran berjalannya system secara fair.

Akhir ceriteranya biasanya “birokrat putih” akan keluar dari birokrasi karena kehabisan nafas, atau mereka tetap bekerja dengan tidak mendapatkan kepuasan kerja, atau mereka tetap setia dan menikmati apa yang ada sampai pensiun dan mengakhiri kariernya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Di negeri antah berantah system diperbaiki terus, dengan menggunakan manajemen modern dan makin modern namun tradisi birokrasi tidak pernah berubah. Dalam masyarakat yang demikian, dalam lingkungan yang pragmatis system sebaik apapun dibangun tidak akan memberi daya ungkit perbaikan secara bermakna karena disana “birokrat hitam” masih menjadi sutradara yang mengatur laku setiap komponen birokrat sesuai kehendaknya, untuk menciptakan suasana kerja yang mendukung kepentingan mereka, dan “birokrat putih” melakukan pekerjaan demi pekerjaan secara tertib, menyelesaikannya dengan baik namun kontribusi mereka tidak bisa merubah kultur birokrasi secara bermakna. Perbaikan apa saja boleh dilakukan sekedar sebagai keindahan untuk diceriterakan, bukan untuk diteladani dan dipertahankan dan tidak pula akan diperluas, bukan karena orang tidak mau meneladani, tapi lebih karena orang kesulitan untuk meneladani. Sulit pula dipertahankan karena “birokrat putih” tidak bisa melakukan kaderisasi, terhambat oleh nafsu kuasa buruk “birokrat hitam”.

Dikalangan birokrat negeri antah berantah orang-orang yang melakukan hal-hal yang biasa dianggap luar biasa karena kebaikan sudah menjadi barang langka, bahkan bagi sebagian besar mereka berbuat baik adalah sebuah keberanian

Jika anda ingin jumpa dengan “birokrat putih” anda musti memulai dengan mencari siapa-siapa orang yang perilakunya dianggap tidak lazim di instansi pemerintah, lalu perhatikan apa kata mereka tentang sistem, mereka bias mengatakan

1. Kami tidak dihargai

2. Kami tidak tahan dengan berbagai tekanan

3. Kami disingkirkan

4. Kondisinya sulit diperbaiki

5. Harus ada perubahan system yang radikal

Semoga Tuhan menolong masyarakat negeri antah berantah itu, apalagi mereka baru saja memilih pemimpin mereka, yang menjanjikan banyak perbaikan. Apa iya bisa dibenahi kalau kondisi birokratnya seperti itu.

Mudah-mudahan ceritera ini nyampai ke pak Jokowi-JK dan juga pak Ahok, agar dipahami bahwa perubahan harus dimulai dari situ, insya Allah sukses.




Sumber : http://ift.tt/1AcAnv7

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz