Kebusukan, Kemunafikan Ditutupi Tuduhan Fitnah Keji
Ternyata para pendukung Jokowi masih terus melakukan berbagai penipuan dan kebohongan untuk menutupi semua kelemahan, semua kebodohan serta semua agenda terselubung, semua agenda konspirasi kotor kelompok Jokowi yang dimunculkan oleh para pendukung Jokowi sendiri dan para begundal serta para kaki busuknya. Mereka menuduh para pendukung Prabowo mengeluarkan berbagai fitnah keji, padahal mereka sendirilah yang sering melakukan fitnah yang sesungguhnya dalam berbagai cara paling kotor sampai hari ini kepada Prabowo dan kepada para pendukung. Fitnah keji itu selalu dipakai para pendukung Jokowi untuk mendiskreditkan Islam Indonesia dengan menuduh beberapa media Islam dan partai yang sempat menggunakan nama Islam.
Tuduhan dengan berbagai akun palsu serta pengerahan massa cyber untuk menyerang Jokowi dari pihak pendukung Parabowo, padahal merekalah para pendukung Jokowi yang sesungguhnya telah lama mempersiapkan pasukan cyber dan pasukan pembuat selebaran kampanye hitam untuk menyerang Prabowo. Budaya “maling teriak maling” ternyata sudah sangat mendarah daging dari para pendukung Jokowi dan strategi ini juga dipakai oleh para konspirator ulung dunia dari para Mason-zioner. Dengan banyaknya berkumpul para Neo Komunisme, Neo Gospel Kharismatis, Neo Zioner Kapitalisme, Neo Liberalisme didalam partai PDIP pastilah strategi kotor kesepahaman “maling teriak maling” dipakai bersunguh-sungguh oleh mereka.
Menuduh hanya media Islam yang selalu melakukan fitnah kepada Jokowi, ternyata sesungguhnya banyak media Nasrani serta tulisan di medsos dari para Nasraniawan yang sering memfitnah serta merusak citra pendukung Prabowo dan Prabowo sendiri. Contoh dekatnya, di Kompasiana ini, kita selalu menyaksikan berbagai tulisan mereka yang selalu memfitnah Prabowo bahkan sampai hari ini termasuk para pasukan komentator pendukung Jokowi yang tidak bermoral dalam tulisan komentarnya. Tidakkah ini sesungguhnya dendam kesumat yang telah dijalankan dan dilancarkan oleh para pendukung Jokowi ? Inilah yang kita namakan politik “maling teriak maling” yang sedang dijalankan oleh para pendukung Jokowi agar tokoh dan nabi mereka bernama Jokowi bisa terlihat masih baik pencitraannya. Lalu mereka memegang kuat prinsip “Boleh berbohong dengan segala cara, asal untuk kepentingan Tuhan”.
Disaat dahulu adanya upaya dari kader PDIP menghendaki dihilangkannya kolom agama di KTP, maka ramai-ramai para pendukung Jokowi menyatakan hal itu tidak benar dan itu hanya merupakan pendapat pribadi saja. Semuanya selalu melakukan pembenaran untuk menutupi niat jahat mereka dalam berbangsa dan bernegara. Disaat cuatan kader mereka banyak dicerca masyarakat tentang ketatanegaraan, maka mereka ramai-ramai menutupinya agar citra mereka dalam nasionalisme Indonesia tetap terjaga padahal mereka mayoritas merupakan kader “Sekulerisasi Indonesia” yang berpendapat bahwa agama harus dipisah dalam urusan kenegaraan dan kebangsaan. Mereka tidak mau tahu, bahwa prinsip Islam adalah agama harus bersatu padu dengan segala urusan kenegaraan dan kebangsaan. Inilah yang kita katakan dengan orogansi serta diskriminasi minoritas terhadap mayoritas. Mereka yang minoritas ternyata akan memanfaatkan kekuasaan yang diperoleh untuk melakukan berbagai cara intimidasi, diskriminasi minoritas terhadap mayoritas.
Seperti cuatan adanya rencana mengganti Kementerian Agama dengan sebuah kementerian baru bernama “Kementerian Haji, Zakat, Wakaf dan Kementerian Majelis-Majelis Umat Beragama ” yang mendapat reaksi cukup keras dari berbagai kalangan, malah dikatakan oleh pihak pendukung Jokowi dan Tim Transisi bahwa rencana itu adalah tidak benar dan itu hanya sebagai pelintiran dari media di Republika, Actual.Co dan RMOL dan tidak ada beritanya di Kompas dan Detiknews. Tidakkah Tim Transisi dan para penjilat Jokowi memeriksa bahwa Kompasiana.com sendiri membuat kolom baru dalam hal ini, seperti membuat “Kotak Suara Pro dan Kontra” tentang Setujukah Anda dengan rencana Jokowi-Jk merubah “Kementerian Agama” tersebut menjadi “Kementerian Haji, Zakat, dan Wakaf”? Selajutnya Kompasiana sendiri yang mengutip dari media besar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, tanggal 16 September 2014. Tidakkah ini merupakan trik sosialisasi dan pembuktian adanya kebenaran dari rencana pendegradasian Kementerian Agama kepada Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf ? Lalu apakah hanya Republika, Actual.Co dan RMOL saja yang memberitakannya ? Inilah yang kami pandang dari Tim Transisi dan para pendukung dan penjilat Jokowi, janganlah sembarangan membuat tulisan abal-abal yang seolah-olah benar sendiri dan bersih sendiri, padahal bentuk pembenaran seperti inilah merupakan perbuatan paling keji dan paling busuk.
Memang sangat letih jika berhadapan dan berargumentasi dengan orang yang ber pola pikir busuk yang hanya ingin benar sendiri. Hal ini terlihat dari gaya tulisannya dan cara mereka berkomentar dalam bahasa Indonesia yang sangat kotor dan jorok. Diperhatikan dari pola pikir dan latar belakang ideologinya (Neo Komunisme, Neo Gospel Kharismatis, Neo Zioner Kapitalisme, Neo Liberalisme), mereka itu bukan dari bagian keluarga besar rakyat Indonesia.
Adanya Kompasiana.com membuka kolom khusus “Kotak Suara Pro dan Kontra” tentang Setujukah Anda dengan rencana Jokowi-Jk merubah “Kementerian Agama” tersebut menjadi “Kementerian Haji, Zakat, dan Wakaf”? Menunjukkan adanya kebenaran yang diniatkan dalam keputusan awal uji coba (pancingan) oleh Tim Transisi dan para pendukung Jokowi-Jk untuk merubah Kementerian Agama dengan Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf. Setelah reaksi keras dari berbagai pihak tidak mendukung, maka mereka para pendukung Jokowi melakukan pembenaran seolah-olah rencana itu tidak ada dan bukan dalam rencana Tim Transisi, lalu berbagai tulisan yang menguatkan pembenaran-pun di kumandangkan di berbagai media social agar pencitraan Jokowi masih tetap terjaga dengan baik. Semua rakyat sekarang ini sudah bisa menilai siapa sebenarnya yang ingin memandirikan dan mensejahterakan bangsa Indonesia terlepas dari pengaruh kuat kapitalis dalam negeri dan kapitalis asing. (Abah Pitung)
Dari media Nasional info “Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf”.
Sumber : http://ift.tt/1rcHJ10
Tuduhan dengan berbagai akun palsu serta pengerahan massa cyber untuk menyerang Jokowi dari pihak pendukung Parabowo, padahal merekalah para pendukung Jokowi yang sesungguhnya telah lama mempersiapkan pasukan cyber dan pasukan pembuat selebaran kampanye hitam untuk menyerang Prabowo. Budaya “maling teriak maling” ternyata sudah sangat mendarah daging dari para pendukung Jokowi dan strategi ini juga dipakai oleh para konspirator ulung dunia dari para Mason-zioner. Dengan banyaknya berkumpul para Neo Komunisme, Neo Gospel Kharismatis, Neo Zioner Kapitalisme, Neo Liberalisme didalam partai PDIP pastilah strategi kotor kesepahaman “maling teriak maling” dipakai bersunguh-sungguh oleh mereka.
Menuduh hanya media Islam yang selalu melakukan fitnah kepada Jokowi, ternyata sesungguhnya banyak media Nasrani serta tulisan di medsos dari para Nasraniawan yang sering memfitnah serta merusak citra pendukung Prabowo dan Prabowo sendiri. Contoh dekatnya, di Kompasiana ini, kita selalu menyaksikan berbagai tulisan mereka yang selalu memfitnah Prabowo bahkan sampai hari ini termasuk para pasukan komentator pendukung Jokowi yang tidak bermoral dalam tulisan komentarnya. Tidakkah ini sesungguhnya dendam kesumat yang telah dijalankan dan dilancarkan oleh para pendukung Jokowi ? Inilah yang kita namakan politik “maling teriak maling” yang sedang dijalankan oleh para pendukung Jokowi agar tokoh dan nabi mereka bernama Jokowi bisa terlihat masih baik pencitraannya. Lalu mereka memegang kuat prinsip “Boleh berbohong dengan segala cara, asal untuk kepentingan Tuhan”.
Disaat dahulu adanya upaya dari kader PDIP menghendaki dihilangkannya kolom agama di KTP, maka ramai-ramai para pendukung Jokowi menyatakan hal itu tidak benar dan itu hanya merupakan pendapat pribadi saja. Semuanya selalu melakukan pembenaran untuk menutupi niat jahat mereka dalam berbangsa dan bernegara. Disaat cuatan kader mereka banyak dicerca masyarakat tentang ketatanegaraan, maka mereka ramai-ramai menutupinya agar citra mereka dalam nasionalisme Indonesia tetap terjaga padahal mereka mayoritas merupakan kader “Sekulerisasi Indonesia” yang berpendapat bahwa agama harus dipisah dalam urusan kenegaraan dan kebangsaan. Mereka tidak mau tahu, bahwa prinsip Islam adalah agama harus bersatu padu dengan segala urusan kenegaraan dan kebangsaan. Inilah yang kita katakan dengan orogansi serta diskriminasi minoritas terhadap mayoritas. Mereka yang minoritas ternyata akan memanfaatkan kekuasaan yang diperoleh untuk melakukan berbagai cara intimidasi, diskriminasi minoritas terhadap mayoritas.
Seperti cuatan adanya rencana mengganti Kementerian Agama dengan sebuah kementerian baru bernama “Kementerian Haji, Zakat, Wakaf dan Kementerian Majelis-Majelis Umat Beragama ” yang mendapat reaksi cukup keras dari berbagai kalangan, malah dikatakan oleh pihak pendukung Jokowi dan Tim Transisi bahwa rencana itu adalah tidak benar dan itu hanya sebagai pelintiran dari media di Republika, Actual.Co dan RMOL dan tidak ada beritanya di Kompas dan Detiknews. Tidakkah Tim Transisi dan para penjilat Jokowi memeriksa bahwa Kompasiana.com sendiri membuat kolom baru dalam hal ini, seperti membuat “Kotak Suara Pro dan Kontra” tentang Setujukah Anda dengan rencana Jokowi-Jk merubah “Kementerian Agama” tersebut menjadi “Kementerian Haji, Zakat, dan Wakaf”? Selajutnya Kompasiana sendiri yang mengutip dari media besar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, tanggal 16 September 2014. Tidakkah ini merupakan trik sosialisasi dan pembuktian adanya kebenaran dari rencana pendegradasian Kementerian Agama kepada Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf ? Lalu apakah hanya Republika, Actual.Co dan RMOL saja yang memberitakannya ? Inilah yang kami pandang dari Tim Transisi dan para pendukung dan penjilat Jokowi, janganlah sembarangan membuat tulisan abal-abal yang seolah-olah benar sendiri dan bersih sendiri, padahal bentuk pembenaran seperti inilah merupakan perbuatan paling keji dan paling busuk.
Memang sangat letih jika berhadapan dan berargumentasi dengan orang yang ber pola pikir busuk yang hanya ingin benar sendiri. Hal ini terlihat dari gaya tulisannya dan cara mereka berkomentar dalam bahasa Indonesia yang sangat kotor dan jorok. Diperhatikan dari pola pikir dan latar belakang ideologinya (Neo Komunisme, Neo Gospel Kharismatis, Neo Zioner Kapitalisme, Neo Liberalisme), mereka itu bukan dari bagian keluarga besar rakyat Indonesia.
Adanya Kompasiana.com membuka kolom khusus “Kotak Suara Pro dan Kontra” tentang Setujukah Anda dengan rencana Jokowi-Jk merubah “Kementerian Agama” tersebut menjadi “Kementerian Haji, Zakat, dan Wakaf”? Menunjukkan adanya kebenaran yang diniatkan dalam keputusan awal uji coba (pancingan) oleh Tim Transisi dan para pendukung Jokowi-Jk untuk merubah Kementerian Agama dengan Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf. Setelah reaksi keras dari berbagai pihak tidak mendukung, maka mereka para pendukung Jokowi melakukan pembenaran seolah-olah rencana itu tidak ada dan bukan dalam rencana Tim Transisi, lalu berbagai tulisan yang menguatkan pembenaran-pun di kumandangkan di berbagai media social agar pencitraan Jokowi masih tetap terjaga dengan baik. Semua rakyat sekarang ini sudah bisa menilai siapa sebenarnya yang ingin memandirikan dan mensejahterakan bangsa Indonesia terlepas dari pengaruh kuat kapitalis dalam negeri dan kapitalis asing. (Abah Pitung)
Dari media Nasional info “Kementerian Haji, Zakat dan Wakaf”.
Sumber : http://ift.tt/1rcHJ10