Suara Warga

Jokowi Mensontek Prabowo

Artikel terkait : Jokowi Mensontek Prabowo

Mensontek itu belum tentu perbuatan yang salah. Kalau mensontek saat ujian tentu selain salah juga adalah dosa, tetapi mensontek cara belajar seseorang justru baik dan perlu.

Lantas apa yang disontek Jokowi dari Prabowo?. Itu tentang kebocoran kekayaan Negara yang menurut Prabowo jumlahnya sangat fantastis mencapai tujuh ribu triliun rupiah. Meski belakangan hari pada masa kampanye jumlah yang fantastis itu disebut sebagai potensi kehilangan, tetapi sudah kadung terbentuk opini bahwa kekayaan Negara bocor sangat deras dan lancar.

Dahulu kala juga kebocoran yang deras ini sudah sering diungkapkan, bahkan dengan angka yang jelas, mencapai 30%.

Setelah keputusan MK keluar dan menyatakan Jokowi sebagai pemenang pilpres yang sah, lantas Jokowi menetapkan ada tiga bidang prioritas yang hendak dibersihkan dari para mafia. Energi, pangan, dan perijinan. Meski kita semua tahu bahwa sesungguhnya mafia itu ada hampir di segala bidang, bahkan mafia pendidikan juga ada, tetapi mengingat luasnya ruang gerak mafia ini maka harus dipilih beberapa yang menjadi prioritas.

Tengoklah, seorang PNS golongan 4A di Batam ternyata menjadi bagian dari mafia minyak sampai isi rekeningnya menggunung tidak masuk akal. Seorang polisi berpangkat rendah di Papua sudah lebih dahulu tertangkap dengan tumpukan uang direkening yang ajaibullah. Itu dua orang yang sama-sama rendah. Yang pasti, tak mungkin mereka berdua melakukannya sendirian tanpa ada link ke sana ke mari. Jika PNS berpangkat seperti ini dan polisi berpangkat rendah saja sudah bisa menumpuk 1,3 triliun rupiah, berapa banyak lagi yang bisa ditumpuk oleh mafia yang berpangkat lebih tinggi?.

Dua orang yang tertangkap itu mengakumulasi uang sejumlah 2,6 triliun rupiah, super gendut. Nah, berapa orang yang belum atau tidak tertangkap?. Laut begitu luas, daratan juga sangat luas, pasti pengawasan sangat lemah. Lagipula mafia tidak mungkin beroperasi jika tidak ada aparat birokrasi yang terlibat atau sengaja melibatkan diri.

Itu baru mafia minyak, dan baru dua orang. Mafia pangan dan mafia perijinan pasti sami mawon, meraup triliunan rupiah. Bahh ……

Simpulannya adalah bahwa apa yang diungkapkan Prabowo bukanlah sekedar potensi kehilangan kekayaan Negara. Tetapi itu adalah kehilangan yang riil dan nyata, sudah dan sedang terjadi.

Lantas Jokowi memahami bahwa dengan memberantas mafia (tentu itu sulit), maka APBN dapat dibuat menjadi dua atau tiga kali semula dan dengan begitu mampu membiayai program-program kesejahteraan rakyat.

Ini mensontek yang baik, dan itu perlu. Kemauan mensontek hal-hal yang baik adalah cerminan dari adanya sikap LEGOWO.

Sikap legowo itulah yang sudah hilang dalam jangka yang sangat lama.




Sumber : http://ift.tt/1tSdT2N

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz