Suara Warga

Harga BBM Tinggi, Kemiskinan Bertambah

Artikel terkait : Harga BBM Tinggi, Kemiskinan Bertambah



Harga BBM bisa dipastikan akan meroket, menunggu waktu, ketika Presiden RI terpilih Ir Joko Widodo dan Wakilnya Drs Moh. Yusuf Kalla dilantik dan memulai masa pemerintahannya. Media Kompas.com memberitakan bahwa postur APBN Tahun 2015 dipastikan membuat kebebasan dan ruang gerak pemerintahan Jokowi/Kalla sangat sempit. Dalam porsi APBN Tahun 2015 yang telah diajukan pemerintahan SBY, terdapat porsi yang besar untuk subsidi BBM. Jokowi/Kalla dapat mengambil keuntungan dari usahanya mengerek harga BBM untuk membiayai pemerintahannya. Ini membuat dia menelan pil pahit selama pemerintahannya 5 tahun ke depan.

Media-Media memprediksikan bahwa sudah pasti harga BBM akan dipacu tinggi pada awal pemerintahan Jokowi pada 20 Oktober 2014 hingga tahun 2015. Ini membuat demonstrasi besar-besaran rakyat dan mahasiswa akan bertambah. Gerakan demonstrasi ini sekaligus menunjukkan betapa pemerintahan sekarang kurang begitu populis meskipun terpilih hanya dalam satu kali putaran pemilihan Presiden 9 Juli 2014 yang lalu.

Keputusan untuk menaikan harga BBM akan dinilai tak populis oleh masyarakat Indonesia. Ini juga menunjukan akan sangat sulit untuk bisa mencapai consensus politik antara masyarakat dan pemerintah dalam soal harga BBM. Para pengamat politik tentu hanya akan mengamati gejala-gejala yang tampak, misalnya demontrasi massal, dll. Gejala-gejala ini merupakan tanda bahwa pemerintah sulit mencapai consensus politik dengan masyarakat.

Kemiskinan dipastikan meninggi bila harga BBM meninggi. Kita tahu bahwa musuh terbesar di Indonesia ialah kemiskinan. Selama pemerintahan Indonesia dari masa ke masa, kemiskinan bukannya berkurang namun malah semakin bertambah bahkan pada masa pemerintahan Jokowi diramalkan kemiskinan di Indonesia semakin bertambah tinggi. Ini karena kebijakan Jokowi untuk menaikan harga BBM akibat porsi APBN 2015 tidak memberikan ruang gerak bagi Presiden Jokowi.

Tingkat pengangguran yang tinggi menjadi penyebab tingginya angka kemiskinan, bukan saja patut disesalkan namun sangat mengkuatirkan masyarakat Indonesia sebab dalam situasi tidak tersedianya lapangan kerja, kejahatan akan semakin meningkat. Kemiskinan di Indonesia juga merupakan akibat dari bias-bias krisis moneter sejak tahun 1997 yang lalu. Masalah kemiskinan ini bukan saja masalah ekonomi namun juga meluas kepada masalah-masalah politik dan pendidikan.



Pertanian dan peternakan sebagai tulang punggung ekonomi nasional ternyata kurang mendaptkan perhatian besar. Strategi pendidikan perlu diperbaharui yakni lebih kepada usaha peningkatan keahlian yang tinggi secara merata. KTSP yang sudah berlaku belum menunjukkan tanda-tanda kebermanfaatannya bagi masyarakat local, malahan pemerintah menggulirkan lagi Kurikulum 2013 yang baru. Hingga saat-saat terakhir, terus ada desakan agar pemrintah menarik kembali kebijakan Kurikulum 2013 yang tampaknya sangat membebankan rakyat bersama pemerintah sendiri sebab kenyataan menunjukkan bahwa hingga tahun 2014, buku-buku pelajaran Untuk Kurikulum 2013 belum juga disalurkan ke semua Sekolah di Indonesia

Salah satu penyebab kemiskinan ialah tenaga-tenaga ahli untuk bidang-bidang pemerintahan masih carut marut, misalnya bidang ekonomi mengurusi olah raga, bidang pertanian mengurui perbankan. Orang tidak agi setia pada bidang-bidang kerjanya masing-masing. Saling tumpang tindih bidang-bidang itu menyebabkan persoalan masyarakat hanya diatasi secara setengah-setengah saja, belum benar-benar tuntas. Mudah-mudahan situasi ini akan cepat berlalu.

__________________________________




Sumber : http://ift.tt/WlEvfg

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz