Suara Warga

Generasi Nahdliyin Yang Santun , Rahmatan Lil ‘Alamin

Artikel terkait : Generasi Nahdliyin Yang Santun , Rahmatan Lil ‘Alamin

Bila Presiden dan wakil presiden terpilih dalam kesibukannya yang padat itu masih bersedia bertemu para ulama –ulama NU serta bersilaturahmi dengan para ulama senior NU menunjukan bahwa Pak Jokowi-Jk dapat menempatkan diri beliau dengan baik, bahwa beliau adalah seorang Nahdliyin tulen yang memahami tradisi dan kebiasaan yang dianut warga NU sejak lama, itulah sebaik-baiknya warga nadliyin untuk bersikap atau berlaku sopan santun mengikuti budaya yang telah dicontohkan oleh para Kyai dan ulama NU dari awal sejarah berdirinya organisasi masa islam terbesar di Republik ini.


Bahwa para genari muda NU, para penerus NU, Para Gus, semua laki-laki dan perempuan Nahdliyin, para santri, sudah menjadikan tradisi-sowan para kyai menjalin silahturahmi kepada para ulama sepuh, kepada para tokoh bangsa, tokoh senior, sangat diutamakan . Ini salah satu bentuk pehormatan kepada para Kyai terutama kepada para Kyai sepuh, sudah menjadi adat kebiasaan yang turun temurun kebiasaan yang sudah mendarah daging.


Kita ketahui dengan sadar selalu akan terjadi pergantian zaman dengan kata lain zaman akan mengalami perubahan dari generasi tua ke generasi muda, budaya juga akan mengikuti perubahan itu, sistim sosial juga akan mengalami perubahan nilai-nilai, sistim pergaulan hidup juga mengalami perubahan , demikian pula tata pergaulan hidup di masyarakat akan mengalami perubahan, sampai dengan selerapun juga akan mengalami perubahan. Selera generasi sekarang tentu berbeda dengan selera generasi terdahulu, demikian pula cara perpolitikan generasi tua dengan generasi muda berbeda karena semua mengalami perubahan, bergesernya nilai-nilai tua ke nialai-nilai yang dianut kaum muda.


Namun demikian coba kita lihat, gali sedikit demi sedikit, kita gali sejengkal demi sejengkal budaya tradisi NU tentu akan mulai tampak, apakah dengan perubahan zaman warga nahdliyin juga akan membawa arus perubahan . Apakah keluarga besar NU akan terbawa arus sehingga mengalami perubahan prilaku, perubahan budaya, dll; dari yang paling mudah saja misalnya model berbusana baik dari santri pria maupun santri wanitanya, dari yang Gus maupun yang Mas, dari Kang, sampai Mba, dari abah sampai nyai, dari Pak –Bu, dst. Cara berpakaian ternyata masih tetap sama antara generasi tua dan generasi muda. Bagi pria-nya memakai kain sarung, dan kaum ibu dengan kerudungnya yang khas. Kita gali lebih dalam lagi, disana coba kita lihat cara bertutur sapa generasi muda NU terhadap yang lebih senior, atau sebaliknya , ternyata masih kental adat tata-susila –nya. Yang muda menghormati yang lebih tua, dan sebaliknya yang tua menyayangi yang lebih muda. Didepan orang awam yang Kyai tidak menonjolkan keahlian ilmunya, yang Gus tidak menyombongkan ke-Gusannya.


Demikian pula cara perpolitikannya warga NU apakah mengalami perubahan juga dari cara berpolitik nya. Perpolitikan yang ber-Etika, perpolitikan yang mengedepankan kemaslahatan bagi bangsa dan Negara ini tentu menjadi tujuan penting para warga NU yang terjun berpartisipasi aktif di partai politik itu yang diajarkan para pendahulunya. Para pendiri NU mewariskan ajaran cara berpolitik yang mengedepankan kesantunan. Warga NU yang menjadi anggota atau pengurus partai politik harus tetap mewarisi tradisi para pendiri NU yakni amar ma’ruf nahi mungkar, berpolitik yang rahmatan lil ‘alamin. Wadah warga nahdliyin untuk berpolitik yang tampak bukan saja nempel di PKB , akan tetapi menyebar di berbagai partai-parta politik yang lain lain, di GOLKAR, GERINDRA, PDIP, dll. Mudah-mudahan mereka yang berbasis NU dan sekarang nempel di bermacam partai , tidak terpengaruhi oleh perubahan zaman, jiwa dan semangatnya tidak berubah menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, jiwa yang rahmatan lil ‘alamin setiap lankah dan perbuatan selalu menjaga etika dan selalu menjaga norma –norma kesantunan, rendah hati, tawadu, mudah memafaafkan pihak saingannya, lawan berpolitik tidak dianggap lawan atau musuh, tetapi tetap diperlakukan kawan seperjuangan yang bersama-sama berjuang menuju masyarakat Indonesia yang makmur dan sejahtera.


Semoga partai-partai besar sebagai tempat menuangkan ekspresi politiknya warga nahdliyin senantiasa dapat menjaga tradisi warisan Kyai besar NU itu. PKB yang dikenal adalah PKB yang santun, GOLKAR yang dikenal adalah GOLKAR yang santun,GERINDRA yang dikenal adalahGERINDRA yang santun , PPP yang dikenal adalah PPP yang santun DST, semuanya menghormati pendahulu-pendahulunya , menghormati lawan maupun kawan, sama-sama berjuang menegakan amar ma’ruf nahi mungkar, jiwa yang rahmatan lil ‘alamin , amin.





Sumber : http://ift.tt/1pziUwC

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz