Suara Warga

FPI, Contoh Diri Kerdil, Tidak Berani Bersaing

Artikel terkait : FPI, Contoh Diri Kerdil, Tidak Berani Bersaing



Rasa kecil, minder, rendah diri, sering dinampakkan oleh tanda-tanda. Tidak akan ada orang yang mengaku terus terang kalau dirinya minder.

Arogan, tampil garang, dan teriak-teriak keras. Hal ini ditampilkan saat ramai-ramai dan bersama-sama. Saat sendirian, atau saat sedang sendiri tidak berani. Beraninya main keroyok dan ramai-ramai. Permainan komunal, dan pribadi per pribadi bersembunyi di balik kebersamaan.

Paranoid. Selalu curiga, ketakutan, dan khawatir akan pihak lain sebagai pesaing yang akan menghancurkan mereka. Dalam hal ini, Fenthung selalu curiga akan dunia Barat dan Israel. Keberadaan yang sama sekali tidak ada kaitannya, dihubung-hubungkan sebagai tindakan yang akan menyakiti atau menindas, memusuhi, dan sikap negatif lainnya. Reaksi selanjutnya, sebelum “disakiti” mereka bereaksi berlebihan dengan mencari-cari rasionalisasi pembenaran tindakan mereka untuk mendahului memusuhi dan “menyerang” terlebih dahulu. Ketakutan itu dianggap nyata, ada bahaya, ada serangan, ada permusuhan yang akan hadir. Semua tindakan pihak yang berbeda dengan kelompok mereka dianggap musuh yang perlu dibasmi, dibinasakan. Semua yang dikhawatirkan dan ditakuti sebenarnya hanya bayangannya sendiri. Tidak ada apapun, selain bayangannya sendiri dianggap sebagai musuh yang datang untuk menyakiti mereka.

Orientasi dan pemikiran selalu kepada pihak lain dan melupakan kewajibannya sendiri. Federasi Pentung selalu menyatakan diri sebagai pembela Islam, namun menghancurkan kelompok yang berbeda bagi mereka, sama sekali belum ada tindak nyata mereka tentang Keislaman dalam karya dan tindakan mereka. Memperbaiki keadaan dunia, sedang dirinya sendiri tidak jelas baik dan benarnya. Peribahasa semut di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tiada terlihat, menjadi ciri diri yang kecil.

Tidak berani bersaing secara sehat. Kompetisi hanya bisa dilakukan oleh pribadai dan kelompok yang sehat. Kelompok yang memandang diri kecil dan minder akan ketakutan dengan persaingan dan kompetisi. Mereka akan datang dan berlagak merusak dengan sikap arogan, kembali justru menunjukkan sikap diri yang minder, ditutup-tutupi dengan kesombongan. Sikap merusak tempat ibadah orang lain, selalu menyatakan diri sebagai diri yang paling benar dan paling baik, menyatakan pihak lain sebagai sesat dan perlu “dibenarkan” menunjukkan pribadi kerdil.

Keberanian berkompetisi sebagaimana pasar, semua menjual barang yang sama akan di tempatkan di bagian yang sama, seperti los beras, daging, buah, barang kelontong, dan sebagainya. Semua sama dan akan ada pembeli yang telah diatur oleh Tuhan. Pribadi atau kelompok yang sehat akan membuat berani berkompetisi, kompetisi yang sehat, berani menjual kebaikan agar dipilih konsumen bukan menghalangi pembeli untuk tidak memilih “lawan.”

Berani bersaing, tidak akan memusuhi “rival”-nya. Saudara seperjalanan bukan musuh, perbedaan adalah alamiah, dan memandang sebagai dinamikan hidup. Ketika kelompok atau orang berpikir seragam dan satu, memperlihatkan kejiwaan yang kerdil.

Kalau memang paling baik, tidak perlu menjelekkan pihak lain orang lain tentu datang dan memilih, ini ciri pribadi dewasa dan sehat. Keberanian membebaskan siapun untuk memilih dengan bebas pilihan yang terbaik.

Salam Damai




Sumber : http://ift.tt/1CguRKU

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz