Suara Warga

BUAH SEMANGKA BERDAUN SIRIH

Artikel terkait : BUAH SEMANGKA BERDAUN SIRIH

Parta Gerindra menanam Ahok, berbuah tohok, Tohokan keras tepat di ulu hati. Rupanya belum tentu buah yang kita tanam berbuah sama. Akankah juga terjadi di Partai Nasdem?

Effendi Khoiiri dulunya politisi PKB. Karena sudah tidak sejalan dengan partainya, nyebrang ke Partai Nasdem. Soal wacana Pilkada lewat DRPD atau langsung rakyat, Effendi dengan jelas bin tegas berpihak pada kubu Jokowi. Menolak pilkada lewat DRPD ( Viva news )

Tapi…partai Nasdem dari dulu menentang pilkada langsung.

7 Oktober 2013

Surya Paloh Serukan Hapus Pilkada Langsung

RMOL. Surya Paloh bilang,”Nasdem mendukung penghapusan Pilkada dan mengembalikannya ke tangan DPRD. Terlalu banyak waktu, energi, dan biaya yang terbuang tanpa adanya hasil yang optimal dari penyelenggaraan Pilkada” tambah dia.

Menurut Paloh, kepala-kepala daerah yang dipilih rakyat secara langsung tidak serta-merta membuktikan kualitas dan integritas orang yang terpilih. Hal itu terbukti dengan begitu banyaknya kepala daerah yang terjerat kasus. korupsi dan pelanggaran hukum lainnya. Data Kemendagri menyebutkan, hingga Juli 2013 sebanyak 298 kepala daerah yang terdiri dari gubernur, bupati, maupun walikota tersangkut kasus korupsi.

“Belum lagi ekses pilkada langsung yang acapkali menimbulkan konflik horisontal, hingga puluhan orang tercatat meninggal dunia, dan ratusan lainnya luka-luka,” imbuh Paloh lagi.




Dipertegas lagi oleh Sekjennya pada tanggal 4 September 2014


JAKARTA (4 September): Partai NasDem mendukung wacana pemilihan kepala daerah (pilkada) dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Hal itu berdasarkan pemikiran efektivitas demokrasi, efisiensi anggaran, dan optimalisasi pengawasan kinerja.

Hal itu diungkap Sekjen Partai NasDem Patrice Rio Capella kepada Media Indonesia saat dihubungi, Kamis (4/9).

“Partai NasDem akan mendukung wacana pilkada oleh DPRD jika hal itu didasarkan pada kemaslahatan dan efisiensi anggaran. Karena melihat kondisi pilkada selama ini yang dipilih langsung rakyat hanya menyisakan konflik. Pihak yang terpilih menjadi raja kecil yang otoriter, hanya melanggengkan praktik money politik dan memboroskan anggaran,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pilkada di semua provinsi, kota dan kabupaten menjadi sumber konflik. Karena pendukung pasangan yang kalah dan menang menonjolkan ego. “Konflik merajalela ketika pilkada dipilih langsung masyarakat. Hal itu karena pendukung yang kalah tidak menerima kekalahan. Akibatnya perang langsung maupun pengrusakan sarana menjadi tujuan sasaran luapan emosi,” ungkapnya.

Selain konflik yang marak, efek lain pilkada langsung adalah pasangan terpilih malah menjadi raja kecil. “Pemenang pilkada menggunakan kewenangan untuk kepentingan pribadi. Hal itu dinilai sah karena mereka merasa direstui masyarakat. Akhirnya korupsi dan penyalahgunaan kewenangan menjadi bagian fenomena umum,” jelas Rio lagi.

http://ift.tt/1m1u4cZ

Apakah Effendi Khoiri akan mengikuti jejak Ahok? Membuat surat pengunduran diri karena partainya menolak pilkada langsung? Entahlah. Karena Partai Nasdem juga berada di kubu koalisi Jokowi -JK yang jelas mendukung pilkada langsung.

Kalau sudah begitu, lebih baik nyanyi saja

Engkau begini…aku begitu…sama saja..

Daun sirih berbuah semangka…sama saja..




Sumber : http://ift.tt/WWnSqD

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz