Ahok, Jokowi Episode 2
Entah karena momentumnya yang membuat nama Ahok jadi begitu banyak jadi bahan pembicaraan belakangan ini, ataukah ini bagian dari sebuah agenda besar oleh sesuatu –yang entah apa namanya- yang akan mencetak Wagub DKI Jakarta itu menjadi “Jokowi episode 2”
Basuki Tjahaya Purnama yang lebih dikenal orang dengan nama panggilan Ahok ini akhir-akhir ini sering hilir mudik di media massa. Banyak menjadi bahan perbincangan orang-orang di media sosial serta di warung-warung kopi. Beliau memang sudah beberapa kali menyita perhatian public sejak menjadi Wagub bahkan sejak menjadi Bupati Belitung, hanya saja saya melihat frekuensi kehadiran beliau diruang public akhir-akhir ini lumayan tinggi dibanding biasanya.
Mungkin saja apa yang saya tulis ini juga bagian dari betapa sosok yang lahir di Belitung Timur tanggal 29 Juni 1966 ini menyita perhatian. Opini-opini tentang beliau entah sengaja atau tidak tersaji di banyak media dan ruang-ruang diskusi public seperti facebook atau twitter dan media lainnya.
Ini mungkin sebuah agenda besar dari sesuatu kekuatan yang entah apa namanya –yang tidak selalu berkonotasi negative-, bahwa apa yang terjadi pada Ahok kali ini seperti proses lahirnya sosok yang sekarang kita ketahui sebagai Presiden terpilih Republik Indonesia periode 2014-2019, Joko Widodo.
“Manuver-manuver” Ahok belakangan sangat sering muncul di Koran dan media berita lainnya. Pergerakannya selama memimpin Jakarta mudah ditemukan rekamannya di berbagai media cetak ataupun online. Beberapa waktu lalu juga muncul di acara talk show sebuah stasiun televisi dan rekaman acara tersebut termasuk yang dalam kategori yang lumayan banyak dilihat di youtube.
Media sedang gandrung untuk menceritakan tokoh yang pernah menjadi politisi Partai Golkar ini. Rakyat juga banyak yang kemudian menjatuhkan penilaian positif terhadap tindak tanduknya. Gaya bicara yang ceplas ceplos tanpa tedeng aling-aling menjadi sesuatu yang diluar kebiasaan para pejabat lainnya yang jika menjawab pertanyaan wartawan sering diplomatis dan mengambang jawabannya.
“Transparansi” Ahok dalam berkomunikasi membentuk opini bahwa sosok ini adalah orang yang bersih dan dibutuhkan oleh rakyat. Gaya bicara yang keras dan kadang sering terlihat marah seperti mengobati kerinduan masyarakat akan sebuah pemerintahan yang tegas dan bersih dari para bajingan.
Keluesan beliau dalam memberikan solusi seakan memberi gambaran bahwa sebenarnya tidak terlalu sulit untuk merubah pemerintahan ini jadi lebih baik, asalkan ada kemauan dan kerja keras serta tegas.
Tanpa komprominya mengobati rasa sakit hati rakyat yang selama ini sering ditipu dan kadali oleh politikus-politikus busuk. Tidak ada komprominya beliau belakangan tercermin dari sikap beliau yang akan mundur dari partainya karena berbeda sikap tentang pemilihan kepada daerah langsung atau dipilih oleh DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Sikap-sikap beliau ini jika dipandang dari sudut negative akan bisa ditafsirkan sebagai pencitraan untuk menarik simpati masyarakat, sepertihalnya yang terjadi pada Jokowi, bahwa blusukannya pun dinilai sebagai bentuk politik pencitraan oleh sebagian orang. Seperti yang saya sebutkan diatas, bahwa bisa jadi apa yang terjadi saat ini adalah bagian dari sebuah agenda besar untuk beliau.
Kita lihat saja perkembangannya akan seperti apa. Apakah akan bernasib sama dengan beberapa tokoh lain yang sempat menajdi “media darling” namun kemudian hilang atau menurun daya tawarnya di dunia perpolitikan, ataukan beliau akan tetap bertahan secara konsisten dicintai oleh rakyat dan media hingga waktu “pertempuran politik” berikutnya pada tahun 2019?.
Sumber : http://ift.tt/WHEUZo