Suara Warga

Srimulat Bangkit Lagi…

Artikel terkait : Srimulat Bangkit Lagi…



Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, bermimpi Indonesia bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia. Menurutnya, peluang Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 terbuka lebar.

“Tahun 2022 saya mencanangkan Insya Allah Indonesia menjadi bagian dari penyelenggaraan Piala Dunia. Mungkin kalau Qatar mengundurkan diri,” tutur Roy Suryo usai menutup ASEAN Forum and International Conference on Sport Science and Technology (AFICSST) di Kuta, Bali, Minggu malam, 10 Agustus 2014.
Senin, 11 Agustus 2014, 02:31 WIB

Dagelan macam apalagi ini? Saya orang yang optimis dan penuh harapan. Semua ada harapan dan kemungkinan, tetapi kalau ada realitas dan setitik arah yang pasti. Bagaimana impian menpora ini sama sekali tidak memiliki dasar dan pijakan yang wajar untuk bermimpi.

Masih banyak persoalan mendesak yang jauh lebih penting untuk sekedar gengsi-gengsian menjadi tuan rumah piala dunia. Uang begitu besar untuk menyelenggarakan itu lebih baik untuk membangun jembatan, baru saja ada sebuah laporan televisi yang menyusuri perjalanan ke desa di Kabupaten Kupang, harus menyeberangi 147 sungai tanpa satupun jembatan.

U-19 sudah layak dijadikan impian untuk menapak ke panggung besar piala dunia. Namun itu masih berupa harapan, kalaupun bisa, baru satu kali, dan belum pernah akrab dengan hebohnya piala dunia. Arab Saudi, Nigeria, Kamerun yang sudah hapal dinamika piala dunia saja belum berpikir sejauh itu.

Jikalau ada satu saja pemain Indonesia yang benar-benar binaan sendiri, lahir, besar, dan berakar dari Indonesia menjadi pemain di liga-liga top Eropa, masih lah berani memiliki impian sebesar itu. Pantai gading saja memiliki pemain inti di klub-klub utama liga top Eropa tidak sebesar ini impiannya. Iran sudah memiliki pemain yang bermain di level dunia, dan main di klub elit Eropa juga belum bermimpi sejauh ini.

Apakah akan bangga kalau lolos kemudian numpang lewat dan memperbesar kemaluan lagi, karena akan panen gol di rumah sendiri? Alangkah lebih bijak ketika di level ASEAN sudah bosan karena tidak memiliki pesaing, di ASIA langganan juara, dan merasa bosan dengan yang itu-itu saja, bolehlah berbangga mimpi ke tingkat dunia. Klub-klub selalu masuk semifinal minimal di ajang-ajang kejuaraan Asia.

Asean saja belum pernah juara, emas Sea Games puluhan tahun tidak pernah teraih, Piala Asia apalagi, emas Asian Games sama sekali belum pernah diperjuangkan, karena final saja belum pernah. Piala dunia masuk putaran final saja baru satu kali dan itupun masih zaman Hindia Belanda.

Bagi saya kebesaran mimpi menteri olah raga ini membebani PSSI. Pikirkan saja Liga agar makin baik bukan hanya istilahnya yang mentereng, pemain mahal, namun kualitas masih jauh dari membanggakan.

Lampu indikator untuk menunjukkan penggantian pemain dan waktu pertandingan saja masih kertas dan tulisan bolak-balik, media komunikasi untuk ofisial pertandingan belum pernah terlihat, apalagi teknologi garis gawang, spray untuk tendangan bebas, bahkan banyak pengetahuan wasit dan hakim garis yang masih sering salah karena off date.

Kualifikasi wasit Indonesia setahu saya tidak ada yang masuk FIFA, sekali lagi saya tidak tahu persis, masih perlu pembelajaran dan peningkatan kualitas. Demikian juga pelatih, staf yang lain, dan penunjang yang lain baik itu teknologi dan sarana prasarana sepakbola yang jauh lebih modern.

Pengelolaan klub yang masih memprihatinkan, pemain meninggal karena tidak mampu berobat. Bapak Menteri Anda katakan bermimpi, marilah bangun dan membangun dulu persepakbolaan yang modern, mandiri, membanggakan, dan nyata.

Bekal untuk perjalanan itu masih belum mumpuni. Pengharapan adalah baik, mimpi boleh, namun realistis juga tidak boleh dilupakan.

Salam Damai.




Sumber : http://ift.tt/1nI1Wpo

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz