Suara Warga

SBY Ku Sayang, SBY Ku Malang

Artikel terkait : SBY Ku Sayang, SBY Ku Malang



Sebagai pengagum SBY, saya merasakan kepiluan mendalam menjelang masa-masa berakhirnya kepemimpinan beliau. Di mata saya dan keluarga, dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya, banyak sekali sisi yang lebih baik darinya. Yang paling membuat hati saya kagum adalah kesantunan beliau dalam berkomunikasi. Bahkan ketika marah pun, cara komunikasi beliau tetap santun. Sebuah hal yang sulit dicari tandingannya. Menurut saya itulah salah satu faktor kenapa beliau sukses menduduki kursi presiden, bahkan sampai dua kali berturut-turut dan dipilih secara langsung oleh rakyat. Belum ada kan presiden sebelumnya yang seperti itu?

Cara SBY bersikap, bertindak, dan berbicara mampu menaklukkan sebagian besar rakyat Indonesia (termasuk saya hehe). Kan hasil pemilu menunjukkan 60% rakyat memilih SBY, jadi boleh kalau saya bilang sebagian besar kan? SBY juga mampu ‘menaklukkan’ sebagian besar elit politik yang tersebar di sejumlah partai politik. Sehingga, DPR tidak terlalu mampu macam-macam terhadap presiden, dan membiarkan SBY berkuasa selama dua periode. Bukan cara mudah lho berkuasa selama 10 tahun dalam situasi dan kondisi yang bebas merdeka seperti sekarang. Salah sedikit saja bisa langsung diserang dan dihajar dari berbagai sudut. SBY lulus…

Cuma saya menjadi sedih saja melihat perkembangan terakhir ini. SBY sudah berbaik hati mau membantu pemerintahan baru, dan menyatakan siap membantu bahkan mungkin mementori. SBY sudah menyiapkan banyak hal baik untuk pemerintahan baru. Tapi… lihatlah sekarang. Pemerintahan baru mendesak kenaikan harga BBM, agar mereka nanti tidak ketiban pulung harus menaikkan harga BBM. Dan apa yang terjadi setelah pemerintahan baru itu meminta kenaikan harga BBM? SBY yang sekarang disalahkan dan menjadi sorotan, karena BBM langka di sejumlah daerah. Duh gusti, malang benar nasib mu pak sebagai pemimpin. Pada awal kepemimpinan mu, katanya banyak sekali musibah yang menimpa bangsa ini. Sekarang, di akhir masa kepemimpinan mu yang sedikit lagi akan berjalan mulus, eh malah diwarnai dengan permintaan kenaikan harga BBM.

Rasa-rasanya sulit dipercaya. Ada pemerintahan yang sudah memasuki masa akhir, sudah dalam masa transisi, sudah ada presiden baru terpilih, masih dipaksa-paksa untuk membuat keputusan krusial, keputusan strategis. Biasanya, pemerintahan transisi begini dilarang keras membuat keputusan krusial. Biasanya, kalau ada hal penting bahkan sangat penting, akan ditunda dan dibiarkan sampai pemerintahan baru berkuasa. Entahlah. Mungkin dunia ini sudah dapat dibolak-balik bebas. Namanya juga zaman demokrasi, bebas, merdeka dan mungkin bablas. Apapun bisa terjadi.

Tapi apapun yang terjadi, saya tetap bangga pernah punya presiden yang sabarnya minta ampun seperti pak SBY. Sopannya minta ampun seperti SBY. Seorang militer, seorang prajurit, yang justru sangat demokratis, lebih demokratis dibanding orang sipil, punya intelektual yang tinggi, dan layak jika nanti menjadi salah satu negarawan Indonesia. Tokoh yang berjiwa besar mau mengantarkan transisi kekuasan dengan sebaik-baiknya, dan mengenyampingkan kepentingan pribadinya. Walaupun terus “disakiti” oleh berbagai pihak. Biasanya, seseorang akan lebih terlihat kehebatan dan warisan kehebatannya setelah orang itu tak lagi berkuasa. Semoga.




Sumber : http://ift.tt/1wzH6mu

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz