Rizal Ramli: Saya Beruntung Presiden Gus Dur dan Wapres Megawati Beri Kewenangan Kepada Menko
DI bawah ini adalah “sepenggal kisah” dan pengalaman yang pernah dilalui Dr. Rizal Ramli selaku Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Wapres Megawati Soekarnoputri.
Pengalaman Rizal Ramli ini tentu saja sangat patut dijadikan sebagai contoh, minimal cerminan dan perbandingan bagi para menteri yang duduk dalam kabinet di pemerintahan baru, mendatang.
Bahwa salah satu kunci sukses Dr. Rizal Ramli sebagai Menko yang sangat dipercaya karena sekaligus bertindak sebagai “kaki-tangan” Presiden Gus Dur kala itu adalah karakter leadershipnya yang amat kuat. Ia mampu menjadi sentral koordinasi bagi para menteri di bidang ekonomi karena memang kepiawaiannya sebagai ekonom senior, terutama dalam melahirkan ide-ide orisinal yang brilian dan realistis.
Sehingga para menteri yang dibawahinya pun sangat mudah mencerna dan mengimplementasikannya dalam setiap program yang dicanangkannya. Apalagi memang, sebagai Menko, Rizal Ramli dalam setiap ide-idenya tersebut pasti selalu mengikutkan aturan main yang jelas dan tegas.
Di antaranya, sesuai dikutip dalam buku beliau berjudul “Rizal Ramli Lokomotif Perubahan” dijelaskan, bahwa setiap Jumat sore, semua menteri di bawah koordinasinya diminta memasukkan daftar inventarisasi masalah yang belum sempat diselesaikan dari masing-masing departemen.
Dari situ dapat diketahui dengan mudah masalah-masalah yang sedang dihadapi, lalu bergegas untuk segera mencari solusi tepatnya dengan cara membedah hingga tuntas dibawah pengarahan langsung Rizal Ramli. Salah satunya adalah masalah yang sifatnya tumpang tindih antar-departemen.
Dalam bukunya tersebut, Rizal Ramli menyebutkan, timbekerja penuh mulai Jumat malam hingga Minggu sore. Hasilnya adalah alternatif solusi (biasanya ada tiga alternatif) dari tiap-tiap persoalan yang sedang dihadapi oleh para menteri bidang ekonomi.
Di situ juga, menurut Rizal Ramli, dipaparkan kekuatan dan kelemahan masing-masing solusi, penanggungjawab program aksi, dan deadline. Semuanya dituangkan dalam sebuah matriks yang sangat rapi.
Selanjutnya, Minggu sore semua matriks itu disampaikan kepada para menteri terkait untuk dipelajari. Lalu pada Senin pagi, sebelum rapat koordinasi diselenggarakan, Rizal Ramli beserta para Menko lainnya biasanya sarapan dulu bersama Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Ketika sarapan itulah, matriks yang telah disusun tadi dibahas. Rizal Ramli kemudian meminta Wapres Megawati untuk memberikan saran dan masukan.
Di bagian lain juga disebutkan, adanya tim Public-Relation (PR) Menko yang bertugas menyusun siaran Pers (Press Release) mengenai seputar hasil rapat Senin pagi itu, yang selanjutnya dibagikan ke media-media massa agar publik juga dapat mengetahui segala hal yang dilakukan oleh para menteri bidang ekonomi tersebut.
Di sisi lain, Rizal Ramli sendiri juga secara langsung meneruskan keputusan rapat dan jadual deadline-nya itu kepada para asisten dan staf ahlinya. Tujuannya tidak lain adalah agar staf Menko itu menindaklanjutinya dengan “menagih” kepada masing-masing menteri atau dirjen. Dengan begitu, mereka (para menteri dan dirjen tersebut) merasa senantiasa terdorong untuk melakukan program aksi sesuai dengan keputusan rapat koordinasi.
Bukan cuma itu, Rizal Ramli sebagai Menko Perekonomian juga setiap saat menekankan pentingnya kerjasama tim yang solid antar-menteri ekonomi. Tentu saja, soliditas yang dimaksud bukanlah untuk membunuh iklim demokrasi.
Artinya, masing-masing menteri tetap memiliki kesempatan untuk berbeda pendapat dan berdialektika sesama mereka.
Hal itu dibuktikan dalam rapat-rapat koordinasi, yakni setiap peserta bebas melempar dan mengajukan pendapat, gagasan, ide, masukan, juga kritikan dan lain sebagainya. Bahkan mereka pun “dipersilakan menggebrak meja” dalam berdebat guna mempertahankan pendapat disertai argumentasi masing-masing.
“Namun semua silang pendapat tadi seketika pupus saat keputusan telah diambil. Di dalam, mereka boleh saja berbeda. Namun ketika ke luar, publik harus melihat tim ekonomi bersatu dan solid,” ujar Rizal Ramli dalam bukunya tersebut.
Untuk memastikan soliditas sesama anggota tim tetap terjalin kuat, Rizal Ramli pun membuat rule of the game, di antaranya:
1. Para menteri diharamkan saling serang di media massa. Semua persoalan dan perbedaan harus diselesaikan secara internal, dan jauh dari hiruk-pikuk pemberitaan.
2. Peringatan keras akan dilayangkan kepada menteri yang masih juga menyerang koleganyamelalui media massa. Untuk itu, staf Menko selalu menyediakan kliping dan monitoring media tentang bidang perekonomian yang menjadi tanggungjawabnya. Jika ditemukan ada pemberitaan yang saling serang antar-menteri, maka Menko tak segan-segan memberikan peringatan keras.
3. Setiap menteri wajib hadir dalam rapat-rapat koordinasi yang diselenggarakan Menko. Kehadiran mereka sangat diperlukan. Pasalnya, sering kali rapat diselenggarakan untuk mengambil keputusan. Jika ada menteri yang tidak hadir, dan hanya mengutus pejabat yang mewakili, maka ia tidak punya hak untuk menolak keputusan yang dihasilkan. Keputusan rapat tidak bisa direvisi. Menteri yang bersangkutan harus menerima dan melaksanakan hasil keputusan rapat.
Poin ketiga tersebut adalah menjadi “rahasia”, mengapa peserta pada setiap rapat yang dikoordinasikan Rizal Ramli selalu full team. Artinya, para menteri tidak ingin “ketinggalan kereta” karena ketidakhadirannya, khususnya jika materi yang dibahas memang menjadi bidang dan tanggungjawabnya.
“Kunci sukses sebagai Menko juga terletak pada sikap Presiden dan Wakil Presiden. Saya merasa beruntung karena Presiden Gus Dur dan Wapres Megawati memberi keleluasaan dan kewenangan kepada Menko untuk mengelola bidang tugasnya masing-masing,” tutu Rizal Ramli dalam bukunya tersebut yang sengaja ditulis untuk Indonesia yang lebih hebat dan baik, cetakan II (edisi revisi), 2009.
Sumber : http://ift.tt/1pZdki1