Suara Warga

Presiden Terpilih Jokowi, Sengketa di Laut Tiongkok Selatan itu Masalah Gawat, bukan Alien

Artikel terkait : Presiden Terpilih Jokowi, Sengketa di Laut Tiongkok Selatan itu Masalah Gawat, bukan Alien

Dalam debat capres Jokowi menyatakan bahwa sengketa di Laut Tiongkok Selatan(LTS) tidak mengikutsertakan Indonesia. Masalah tersebut merupakan urusan antar negara lain.

Jokwi juga mengisyaratkan akan amati dan cek apakah kita masuk ke konflik itu justru membuat kita berhubungan tidak baik dengan Tiongkok, lalu apakah kita bisa kasih solusi.

Usai debat, staf ahli dalam tim pemenangan kandidat Jokowi-JK memberikan pernyataan yang semakin menjadikan Indonesia penonton di Asean. Diantara beberapa pernyataannya:

· Untuk apa kita bergabung untuk menyelesaikan masalah LTS kalau tidak menguntungkan buat kita?

· Lebih baik untuk fokus kepada membantu kemerdekaan Palestina dibandingkan menyelesaikan sengketa LTS. Isu Palestina lebih dilihat oleh dunia internasional dibandingkan sekedar hamparan laut.

· Pak Jokowi sudah dapat doa dari rakyat Palestina. Memang kita bisa minta doa dari LTS? Kalau dari Laut Kidul sih mungkin bisa. Isu Palestina lebih bergengsi, lebih hipster, lebih rame !

Hipster itu mahluk apa?



Mengapa Cina bernafsu menguasai LTS?

Tiongkok mengklaim sebagian besar perairan LTS sebagai wilayah kedaulatannya.

Selama ini empat negara anggota ASEAN (Brunei, Filipina, Malaysia, dan Vietnam) dan Taiwan yang juga memiliki klaim wilayah di perairan LTS berhadapan dengan Tiongkok tanpa dukungan Indonesia.

Risiko sengketa di LTS bagi Indonesia

Ketegangan yang muncul antara Tiongkok dengan Filipina dan Tiongkok dengan Vietnam mudah memanas dan berkembang menjadi konflik bersenjata.

Konflik bersenjata akan menghambat ekonomi Indonesia karena LTS memegang peran penting untuk lalu lintas kapal laut menuju dan dari Indonesia

Tidak ada jaminan bahwa apabila RRC secara resmi memenangkan sengketa, negara tersebut tidak akan melakukan klaim lebih jauh ke arah selatan menuju Natuna dan Anambas.

Posisi Indonesia sangat strategis mencegah meluasnya konflik di LT S

Sebagai bagian dari Asean, Indonesia harus berperan aktif, malah di barisan terdepan dalam menangani konflik LTS.

Terdepan dalam upaya mencari penyelesaian secara damai lewat dialog. Ini sejalan dengan seruan Presiden Myanmar Thein Sein dalam pidato pembukaan AMM: ASEAN harus memperkuat kemampuan untuk menyelesaikan perselisihan secara damai.

Tidak terlibat langsung dengan RRC justru membuat posisi Indonesia sangat strategis menghadapi RRC. RRC akan memperlakukan Indonesia sebagai penengah bukan mengajak berkelahi.

Berguru kepada Bung Karno dan Suharto

Bung Karno tidak hanya aktif dalam menangani isu internasional tetapi Bung Karno adalah GURU dan PELOPOR bagi negara berkembang dalam mengadapi kekuatan raksasa. Pada saat ini RRC adalah raksasa bagi Indonesia, raksasa bagi Asean maupun bagi dunia.

Suharto tidak cekatan dalam menghadapi isu internasional tetapi disegani oleh dunia karena keteguhan hatinya dan kekuatan Indonesia. Asean tidak pernah bergerak sebelum minta pendapat dan dukungan Suharto.

Presiden terpilih Jokowi jangan jadikan Indonesia penonton di kancah Asean dan di kancah Internasional

Presiden terpilih Jokowi pertahankanlah posisi Indonesia sebagai negara terbesar di Asean, sebagai penentu



Bacaan:

Laut Tiongkok Selatan itu urusan Alien

Nasionalisme di Laut Tiongkok Selatan

Asean bersama hadapi Tiongkok




Sumber : http://ift.tt/VfTuXI

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz