Suara Warga

Prabowo Memang Presiden

Artikel terkait : Prabowo Memang Presiden



Saya memiliki tetangga yang lahir sumbing. Kebanyakan anak demikian akan minder dan menjadi korban bully di mana-mana, baik di lingkungan sekolah ataupun lingkungan rumah. Anehnya atau luar biasa, anak ini malah menjadi pelaku bully. Temannya banyak, oleh karena itu bisa mem­-bully teman-teman lainnya. Bahkan meskipun baru sekolah dasar sudah mulai memalak rekan-rekannya.

Bully, mem-bully menjadi bagian pembicaraan yang ramai dan hangat selama masa pilpres kali ini. Siapa korban dan siapa pelaku seperti jalannya roda yang selalu menggelinding. Kali ini melakukan bully tidak akan lama menjadi korban, terkadang jauh lebih sadis dan sampai tidak berdaya karena bertubi-tubi serangan tersebut.

Belajar pengalaman ­pem-bully-an selama pilpres:

1. Ahmad Dani: selama Indonesian Idol, kalau Anang dirasa tidak sesuai dengan pemikiran dan seleranya, dia akan seenaknya dengan cengengesan mengolok Anang sebagai selera rendah, musisi daerah, apalagi menyangkut bahasa Inggris. Dia menganggap sebagai hiburan. Saat dia menjadi korban atas tweet yang dia tulis, meskipun dia bantah, membawa-bawa adik dan ibunya untuk melindungi diri atas kerasnya hujat dan bully itu.

2. Prabowo: apapun yang dikatakan Prabowo akan menjadi sarana ­pem-bully-an. Baik yang nyata seperti tidak memiliki pasangan, yang masih samar dan sumir masalah pelemparan hp ke ketum PPP, soal penculikan aktivis ’98, dan harta kekayaannya, apalagi yang jelas-jelas salah namun diungkapkan sebagai lebenaran seperti soal “bocor” yang melegenda selama pilpres ini, menarik diri yang kemudian ditarik kembali, dan masih banyak bully-bully yang lain.

3. Jokowi: bully yang bertubi-tubi, sebagai orang Katolik, komunis, anak oran Singapura, ndeso, tidak amanah, gila kuasa, dan banyak sekali.

Bukan membela siapa-siapa, namun perlu juga melihat sikap di dalam menghadapi bully itu penting. Kemarahan, sering ditunjukkan pengikut dan pendukung Prabowo, hujat ganti hujat, bully ganti bully. Memang Prabowo sendiri sama sekali tidak menjawab atau mengemukakan secara langsung tanggapan atas bully yang dia terima. Namun dari bahasa dan gaya orasinya yang diliputi kemarahan tersebut, bisa menunjukkan kemarahan yang ditahan-tahan. Sering melahirkan bully baru.

Jokowi menyatakan ra popo, dan itu selesai. Bisa saja diam saja, seperti beberapa tokoh lain, karena pasti tidak akan lama juga hilang, mempertahankan diri akan memperpanjang masalah, karena akan lahir bully baru.

Dani, menggunakan metode berbeda dengan melibatkan orang terdekat sebagai tameng, dan kelihatan cukup ampuh. Bully-bully baru jauh berkurang.

Prabowo memang presiden, presiden bully Indonesia, karena banyaknya bully yang ditujukan kepadanya, dan juga perlakukan pem-bully-an kepada pihak lain.

Salam Damai.




Sumber : http://ift.tt/1kxzr2E

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz