Suara Warga

(11) BBM Dan Macet, Kata Siapa Buntu?

Artikel terkait : (11) BBM Dan Macet, Kata Siapa Buntu?

DIPLOMA


Hari-hari aktif dihadang kembali dengan macet. Dalam jarak 3 km harus dilewati 2 jam. Hebat nian negeri kita ini.


Saya tidak tahu apa program penyelenggara negeri untuk meniadakan macet di Indonesia, terhebatnya di Jawa. Apalagi, macet terdahsyat di dunia ini terjadi di Jakarta. Itu sebabnya jika saya yang menjadi pemimpin PBB, maka dengan senang hati saya akan berikan sertifikat “Kebanggaan Tertinggi” kepada Jakarta sebagai “Kota Macet Tersukses di Dunia”.


SIA-SIA


Menghitung sederhana, maka BBM yang habis percuma tersia-sia di Indonesia mendekati Rp 38 Trilun/tahun. Itupun hanya berasumsi pada 42 juta kendaraan roda dua sampai truk, dengan rata-rata macet 3 jam/hari.


Pemerintah di satu pihak menekan rakyat untuk hemat BBM, namun disisi lain tidak menyediakan fasilitas agar rakyat tidak buang BBM.


Tradisi macet yang terus dipelihara pemerintah ini menempatkan pemerintah di sudut kamar putusasa, yang mentok kiri mentok kanan, maju tidak bisa, mundur apalagi.


Subsidi sebagai program kebanggaan negara malah menjadi satu dari banyak cara untuk makin meruntuhkan keuangan negara. Orang membeli kendaraan karena BBM disubsidi pemerintah, sementara setiap penambahan kendaraan semakin melemahkan keuangan negara. Belum lagi dampak ekstra lainnya dimana akumulasi kerugian ekonomi negara semakin membesar setiap tahun, maka nilai rupiah semakin merosot di pasar dunia.

Entah sampai kapan pemerintah hanya bisa mengangkat bahu melihat BBM yang terus menguap tanpa kendali, jika pemerintah tidak bersemangat dan tidak berjiwa pejuang untuk paksa diri keluar dari kamar putusasa itu. Pemerintah harus percaya bahwa ada banyak jalan diluar kamar.


DAYAGUNA


BBM yang hilang percuma 38 triliun rupiah itu, adalah milik negara. 10 tahun jumlahnya menaik bukan lagi 38 triliun. Jika di akumulasi rata, maka tahun 2024, Indonesia buang uang sedikitnya 380 triliun rupiah. Dan sejak 2025 sampai 2044, BBM dibuang bisa mencapai Rp 800 trilun lagi.


Supaya berdaya guna, maka mari pemerintah menolong Indonesia untuk menyelamatkan setidaknya yang 800 triliun itu, pemerintah boleh pinjam uang lagi yang terpisah, bukan investasi, tidak diposkan ke program yang ditetapkan reguler, lalu bermodalkan Rp 38 triliun itu setiap tahun, Indonesia bisa menuntaskan persolan macet di setiap titik kritis.


Bangun sekaligus, jadi sekaligus, macet beres, BBM selamat, bisnis hidup kompetitif. Bukan bikin di sini sepotong, di sana sepotong, macet pindah di sini, tambah macet di sana; BBM tetap hilang percuma, utang tambah tanpa bisa bayar pulang, dan macet malah makin gila.


Pemerintah cerdas akan menyelesaikan masalah bukan tambah bikin masalah baru.


Modal itu bisa membuat jalan/kembatan tol tambahan setiap tahun sebanyak 87 buah rata-rata 3 km, dan menjadi 450 buah pada tahun kelima. Ada banyak ahli Indonesia yang bisa rancang jalan bebas macet, lepas kritis, dan selalu lancar, jadi setiap penambahan jalan/jembatan tol, hasilnya sungguh meniadakan macet; dan mulai tahun 2024 Indonesia menambah jalan/jembatan tol 100 buah/tahun dengan pembiayaan sendiri.


TANTANGAN


Tidak sulit bagi pemerintah untuk mendapatkan 200 triliun pinjaman untuk 5 tahun awal ini, sebab dalam 5 tahun pula, pendapatan tolnya mendekati 950 triliun, hanya dengan asumsi tol Rp 1000/km dan dilalui rata-rata 2 juta kendaraan dari sepeda motor sampai truck setiap hari.

Pengendara akan memilih bayar 3000 rupiah daripada macet 2 jam. Sistem pembayaran otomatis diterapkan di semua pintu tol, maka perjalanan lancar bagi semua pengendara.


Ini cuma hitungan dan hitungan, tetapi seandainya pemerintahan Presiden Joko Widodo mau cerdas, maka hal ini bisa dilaksanakan, dan kota besar Indonesia akan bebas macet dalam 3 tahun kedepan.


Terlalu naif jika kita berpikir tidak bisa dan tidak demikian. Apakah ilmu pengetahuan kita hanya mampu berhenti di putusasa? Apakah Indonesia hanya berhenti di buntu?

Kita bisa, karena kita tidak putusasa , dan kita juga tidak buntu.

Tapi ini bukan final, masih awal menujunya bangsa kepada kesejahteraan sejati. Sebab semua harus diiringi dengan melaksanakan program 50R, yang adalah program untuk mencapai penambahan pendapatan negara murni sekitaran Rp 1600 Triliun/ tahun, diluar yang sudah dicanangkan di APBN.


(BERSAMBUNG)

Salam Indonesia Sejahtera

Tuhan memberkati Indonesia




Sumber : http://ift.tt/1kxzrQa

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz