Suara Warga

Nunggu Pemerintahan Jokowi Di-Bully Koalisi Merah Putih, Macam Mana Bentuknya?

Artikel terkait : Nunggu Pemerintahan Jokowi Di-Bully Koalisi Merah Putih, Macam Mana Bentuknya?



14087899361716028231 http://ift.tt/1v8kcRq



Kemenangan Jokowi/JK dalam Pilpres tidak otomatis membuat mereka mudah menjalankan kebijakan dan programnya untuk mensejahterakan rakyat. Ada aroma dendam lama tim Prahara yang berlanjut yang akan merecoki segala kebijakan pemerintahan Jokowi/JK.

Tentu saja Tim Prahara dalam koalisi merah putih akan melakukannya atas nama kepentingan rakyat. Sebuah bahasa basi yang selalu diucapkan sejak masa pilpres kemarin. Namun bau dendam tentu tak akan mudah disembunyikan. ”Liat aja, entar gue kerjain lu”, begitulah lantunan nada suara dalam hati yang mereka ikuti.

Ini bisa terlihat dari beberapa hal :

Pertama, secara mental mereka tidak pernah mengakui kemenangan Jokowi. Walau secara ‘de jure’ keputusan MK sudah final. Usai keputusan dikeluarkan MK saja mereka masih berusaha menjegal dengan mengutus 8 pengacaranya ke DPR untuk membatalkan pelantikan Jokowi.

Kedua, tidak ada ucapan tulus dan resmi dari pihak koalisi merah putih kepada Jokowi/JK selaku pemenang Pilpres. Ini menandakan tidak ada etika dan spirit sportifitas berpolitik dalam diri mereka. Jokowi/Jk tetap sebagai musuh yang harus dikalahkan sampai kapan pun dan dimana pun. Tidak bisa di KPU dan MK, ya..di parlemen dan jalanan kelak.

Ketiga, pernyataan-pernyataan politik elit tim prahara yang tetap pedas terhadap hasil keputusan MK. Kemudian mereka bersembunyi dibalik pernyataan akan menjadi oposisi dan penyeimbang pemerintahan. Walau sebenarnya sistem politik negara kita tidak mengenal oposisi, namun dalam prakteknya, kelompok ini akan berlaku seperti oposisi yang radikal.

Kempat, sejak awal tim koalisi merah putih tidak mau ikut dalam pemerintahan walaupun ditawarkan sekalipun. Tentu saja karena gengsi politik yang berlebihan dan tidak mau tunduk pada syarat-syarat kerjasama yang tak memberi ruang gerak bagi kepentingan kelompoknya sendiri.

Kelima, cara-cara mereka berpolitik sejak awal pilpres yang selalu menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan Jokowi. Cara ini akan mereka lestarikan dan menjadi tradisi dalam mem-bully pemerintahan Jokowi/JK.

Ibarat sebuah panita opspek, mereka sudah tidak sabar menunggu waktunya tiba dan siap dengan segala perangkat, cara dan ‘petunjuk teknis’ mem-Bully di lapangan opspek,yakni pemerintahan yang berjalan.

14087901111736743296 http://ift.tt/1AGUyn7



Istilah mereka yang khas ; ‘Terstruktur, Sistematis dan Masif’ kali ini akan digunakan terbalik yakni untuk mem-Bully pemerintahan Jokowi/JK yang sedang berjalan. Hal ini mereka lakukan lewat kekuatan kader yang sudah terlebih dahulu berada di pemerintahan dan parleman tingkat rendah sampai tertinggi; DPRD Kabupaten dan Kota hingga DPR pusat, bupati, walikota dan gubernur.

Bila dirasa belum cukup maka gaya parlemen jalanan akan mereka turunkan seperti saat pengumumam MK. Ini kembali menegaskan bahwa istilah ‘Terstruktur, Sistematis dan Masif’ yang dulu mereka tuduhkan kepada pihak Jokowi sebenarnya adalah asli milik mereka seutuhnya.

Segala kebijakan pemerintahan Jokowi/JK yang jelas-jelas pro rakyat sekalipun akan tetap jadi bahan Bully dengan argumentasi politis atas nama kepentingan rakyat juga. Sehingga tidak tampak bahwa mereka adalah kumpulan orang-orang yang terluka, haus dan lapar kekuasaan karena tak dapat makan dalam politik terkini.

Sistem politik yang cair dan kenyal akan gunakan sebaik-baiknya untuk membentuk, memutar-balikkan logika politik bangsa, kemudian berlindung pada jargon kepentingan rakyat saat mereka menghambat kebijakan pemerintahan. Sehingga akan tampak Jokowi/JK seperti pemimpin yang tidak mampu bekerja yang pada akhirnya kehilangan kepercayaan rakyat.

Pada situasi itulah tim koalisi merayakan kemenangannya, dan kemudian mencoba meraih hati rakyat yang kecewa dan terluka. Seolah mereka adalah pahlawan yang bisa diandalkan menangani semua itu.

Bila dahulu mereka mem-Bully Jokowi/JK dalam kapasitas sama-sama calon presiden peserta pemilu, maka kali ini yang dihadapi adalah penguasa. Tentu daya tempur tim merah putih akan lebih kuat dan licin lagi dan relatif lebih mudah karena posisi sensitif pemerintahan berkuasa yang sedang menyenangkan hati rakyat yang sedang memenuhi janji politik masa kampanye.

Situasi politik negeri ini akan selalu ramai. Kompasiana pun kembali menggeliat seperti masa kampanye dahulu. Ratingnya akan melejit, media massa jadi hiruk-pikuk. Lalu bagaimana dengan rakyat? Hanya Tuhan yang tahu.

Baca Juga Ini

14087902472038608198 http://ift.tt/1AGUzYg






Sumber : http://ift.tt/1v8kd7M

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz