Mekanisme Ketatanegaraan yg dibangun dalam pemikiran Kuper
Hanya karena kuper, maka banyak mekanisme ketatanegaraan kita terbangun secara kurang baik, karena hanya mengandalkan pemikiran sendiri, yg cilakanya, kuper tadi.
Dua contoh dulu saja ya:
1. Yg ini saya membicarakan konteks kontinuitas atau ketersinambungan.
Lembaga-lembaga/dan Komisi2 Negara, sudah berpuluh2 taun menganut mekanisme: dilantik bersamaan, dan kemudian pensiun bersamaan. Byuh. Lah, trus artinya, anggota yg baru dilantik, belajar dari nyaris nol lagi. Trus ntar begitu dah mulai in, eh pensiun bareng….wkekekek. lucu.
misalnya: KPU, DPR, termasuk MPR, DPD, DPRD, dll….KPK aja, yg krn “kecelakaan” sejarah, jadi ada anggota dg masa jabatan yg saling “nalip”. Demikian pula MA, MK, dan bbrp lembaga/komisi negara lain.
** catatan: Nalip, saya belum tau apa istilah yg tepat utk ini, dalam bhs indonesianya.
2. Sistem perwakilan. Yg menitikberatkan kekuasaan partai. Padahal, idealnya kita ini ya diwakili oleh individu. Menitikberatkan kapabilitas individu. Partai tu cm perkumpulan ideologis. Begini, dlm satu Area Pemilihan (ArPil, utk membedakan terminologinya dg DaPil), kita ini ya milih satu individu saja. Masing2 partai mengajukan 1 org calon Senator (jg representative member). Misalnya ada 10 partai, ya msg2 hanya ajukan 1 org calon senator. Jadi ada 10 indvidu, silakan mereka beradu dalam 1 ArPil. Masyarakat, silakan pilih salah satu. Winner Takes All. Siapapun yg jadi, mewakili seluruh masayarakat di ArPil tsb.
Jd kenapa saya bilang kuper?
Pdhl di jaman google gini, udah mudah laah klo kita pengen liat2, utk belajar/mempelajari, kepada bangsa2 dg peradaban (ketatanegaraan) yg sudah lebih maju itu.
Liat aja, cm berapa gelintir aja -bahkan diantara kita2- yg tau, klo (misalnya di Amerika deh ya), itu udah terpikir mekanisme sinambungnya. Dg adanya Senator Class 1, Class 2, Class 3.
Lah kok masyarakat awamnya, lah wong intelektualnya -bahkan negarawannya aja-, nyaris gak ada yg pernah menyinggung masalah sesimple ini. Pdhl menurut saya, kesinambungan ini sungguhlah penting.
Pdhl kalau mau mencontoh hal2 baik dari pihak lain, sudah seharusnya hal2 simple kayak gitu tu sangat bisa kita laksanakan sesegera, di momentum2 hari gini.
.
Sumber : http://ift.tt/1Bj5bh2
Dua contoh dulu saja ya:
1. Yg ini saya membicarakan konteks kontinuitas atau ketersinambungan.
Lembaga-lembaga/dan Komisi2 Negara, sudah berpuluh2 taun menganut mekanisme: dilantik bersamaan, dan kemudian pensiun bersamaan. Byuh. Lah, trus artinya, anggota yg baru dilantik, belajar dari nyaris nol lagi. Trus ntar begitu dah mulai in, eh pensiun bareng….wkekekek. lucu.
misalnya: KPU, DPR, termasuk MPR, DPD, DPRD, dll….KPK aja, yg krn “kecelakaan” sejarah, jadi ada anggota dg masa jabatan yg saling “nalip”. Demikian pula MA, MK, dan bbrp lembaga/komisi negara lain.
** catatan: Nalip, saya belum tau apa istilah yg tepat utk ini, dalam bhs indonesianya.
2. Sistem perwakilan. Yg menitikberatkan kekuasaan partai. Padahal, idealnya kita ini ya diwakili oleh individu. Menitikberatkan kapabilitas individu. Partai tu cm perkumpulan ideologis. Begini, dlm satu Area Pemilihan (ArPil, utk membedakan terminologinya dg DaPil), kita ini ya milih satu individu saja. Masing2 partai mengajukan 1 org calon Senator (jg representative member). Misalnya ada 10 partai, ya msg2 hanya ajukan 1 org calon senator. Jadi ada 10 indvidu, silakan mereka beradu dalam 1 ArPil. Masyarakat, silakan pilih salah satu. Winner Takes All. Siapapun yg jadi, mewakili seluruh masayarakat di ArPil tsb.
Jd kenapa saya bilang kuper?
Pdhl di jaman google gini, udah mudah laah klo kita pengen liat2, utk belajar/mempelajari, kepada bangsa2 dg peradaban (ketatanegaraan) yg sudah lebih maju itu.
Liat aja, cm berapa gelintir aja -bahkan diantara kita2- yg tau, klo (misalnya di Amerika deh ya), itu udah terpikir mekanisme sinambungnya. Dg adanya Senator Class 1, Class 2, Class 3.
Lah kok masyarakat awamnya, lah wong intelektualnya -bahkan negarawannya aja-, nyaris gak ada yg pernah menyinggung masalah sesimple ini. Pdhl menurut saya, kesinambungan ini sungguhlah penting.
Pdhl kalau mau mencontoh hal2 baik dari pihak lain, sudah seharusnya hal2 simple kayak gitu tu sangat bisa kita laksanakan sesegera, di momentum2 hari gini.
.
Sumber : http://ift.tt/1Bj5bh2