Kian Meresahkan, Konflik Antardesa di Bima
Dalam beberapa hari terakhir ini, masyarakat pengguna jalan pada poros Tente ke arah Parado resah dengan adanya penutupan jalan yang dilakukan warga di Desa Sekuru dan Desa SiE. Warga kedua desa itu memasang barikade berupa batu-batu besar pada ruas jalan provinsi yang menghubungkan Desa Baralau dengan Sekuru, demikian juga dengan Desa SiE dengan Desa Simpasai. Aksi blokade menggunakan batang pohon besar yang melintang di jalan ini memutus hubungan transportasi dari Tente ke Parado dan sebaliknya.
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva yang mengadakan silaturahim di desa kelahirannya di Parado, Jumat (1/8) juga sempat tidak memperoleh jaminan akan dapat melewati jalur blokade jalan tersebut. Dia minta kepada Kapolres Bima segera membersihkan jalan tersebut.
‘’Jika tidak, saya terpaksa menelepon Kapolri untuk menangani masalah ini,’’ ujar Hamdan Zoelva dalam perbincangan santai ketika transit di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sabtu (2/8) petang.
Dia menegaskan aksi pemblokadean jalan seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena akan mengganggu aktivitas masyarakat. Dia minta Pemkab Bima segera berkoordinasi dengan Forum Pemerintah Daerah guna mencari solusi guna mengatasi konflik antardesa tersebut.
Salah seorang anggota rombongan Hamdan yang juga transit di Makassar menjelaskan, rombongannya gagal menghadiri acara silaturahim Ketua MK dengan warga Parado Jumat siang, karena aparat kepolisian yang menjaga blokade jalan antara Baralau dengan Sekuru tidak dapat menjamin kendaraan yang ditumpanginya lewat dengan selamat. Bahkan Hamdan sendiri mengatakan, sekitar 40 kendaraan gagal menghadiri acara silaturahim itu, karena jalan diblokade warga.
Informasi yang saya peroleh dari salah seorang warga melalui telepon, Sabtu (2/8) siang menyebutkan, blokade jalan itu terjadi, karena persoalan anak muda yang konon kabarnya melintasi desa Sekuru dengan suara knalpot kendaraan yang sangat mengganggu. Pengendara tersebut sudah diingatkan warga agar tidak mengusik warga dengan suara kendaraannya yang sangat mengganggu. Dia yang berboncengan dengan salah seorang temannya ternyata tetap bergeming, hingga 2-3 kali mondar mandir di jalan desa Sekuru. Warga yang jengkel akhirnya membuat perhitungan dan menghakimi keduanya.
Warga Desa SiE menuntut polisi segera menangkap pelaku yang menganiaya pengendara sepeda motor tersebut. Polisi kesulitan menemukan saksi. Karena belum berhasil menangkap pelaku, warga Desa SiE bereaksi dengan memblokade jalan ke arah Parado. Polisi yang belum berhasil menemukan pelaku, terpaksa mengambil langkah dengan menahan orangtua yang terduga pelaku penganiayaan. Tindakan polisi ini pun direspons warga Sekuru dengan memblokade jalan antara Desa Baralau dengan Sekuru.
Menurut Hamdan, kondisi seperti ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Negara harus tampil menyelesaikan persoalan seperti ini agar rakyat tidak dikorbankan. Para pejabat Bima baru akan mengadakan pertemuan membahas masalah ini, Ahad (3/8). Langkah yang sangat terlambat, sementara rakyat sudah begitu resah dengan ulah warga kedua desa itu.
Bahkan ketika Hamdan dan rombongannya dari Parado, juga terjadi kesalahpahaman antara warga Desa Tente dengan Cenggu, Sabtu (2/8). Gara-gara warga kedua desa itu ‘bersoal’, rombongan Ketua MK dialihkan melintas melalui Godo (dari Tente ke arah Desa Samili dan Kalampa) dan belok kanan pada poros jalan dari cabang Talabiu ke Sila dan Dompu selanjutnya menuju Bandara Sultan Muhammad Salahuddin.
Konflik dan tawuran antardesa di Bima dalam beberapa tahun terakhir ini sangat sering terjadi. Bahkan, kondisinya semakin kronis, karena dapat terjadi setiap saat jika muncul gesekan kecil antarwarga dari dua desa yang berbeda. ***
Sumber : http://ift.tt/1rWliLn