Suara Warga

Jelang Transisi, Presiden Lama Seharusnya Tahu Diri

Artikel terkait : Jelang Transisi, Presiden Lama Seharusnya Tahu Diri



Masa pemerintahan SBY tinggal menunggu hari. Kurang lebih tersisa 60 hari lagi. Artinya, pemerintahan SBY akan bersiap-siap untuk menyerahkan kekuasaan dan segala atribut, fungsi serta tugasnya kepada pemerintahan baru. Dalam sejarah transisi kekuasaan di Indonesia, baru sekaranglah pemerintahan lama tidak berkonflik dengan pemerintahan baru. Sehinga diharapkan transisi tahun 2014 ini akan berlangsung dengan aman, lancar dan damai, serta tidak ada ekses negatif berkepanjangan apapun.

Layaknya seorang penguasa yang akan lengser dan penggantinya sudah diketahui sejak beberapa bulan sebelum lengser, maka sang penguasa itu harus tahu diri. Tahu diri artinya paham bahwa kekuasaannya secara de jure sudah selesai. Hanya tinggal menunggu hari penyerahan kekuasaan. Oleh karena itu, pada masa tenggang antara keputusan tentang siapa penguasa baru dengan masa penyerahan, presiden yang sedang berkuasa tidak boleh melakukan kebijakan yang drastis atau kebijakan yang mungkin akan merugikan pemerintahan penggantinya. Bahkan jika pemimpin itu berjiwa besar, dia seharusnya menyiapkan berbagai hal positif untuk pemerintahan berikutnya.

Nampaknya itu pula yang diharapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pengamatan saya, sejak persiapan pemilu 2014 pada tahun lalu, SBY sudah bertekad menyelenggarakan proses transisi pemerintahan yang elegan. SBY tidak terlalu peduli siapapun yang akan menjadi penggantinya. Itulah sebabnya partainya yaitu Demokrat, tidak mengajukan nama calon presiden pada Pilpres lalu. SBY lebih fokus pada bagaimana proses transisi berjalan dengan baik. SBY ingin meletakkan dasar dan tonggak sejarah baru dalam proses transisi di Indonesia, sebagai presiden pertama yang menyerahkan kekuasaan kepada presiden penggantinya dengan mulus.

Tekad itu masih terjaga sampai sekarang, dua bulan jelang berakhirnya masa kekuasaan. SBY berkali-kali meminta jajarannya untuk melakukan kebijakan yang mendukung proses transisi tersebut. Misalnya, dalam video youtube terbarunya SBY meminta para menteri tidak membuat kebijakan drastis seperti memberhentikan pejabat inti. Sebelumnya juga melarang menteri membuat kebijakan strategis. SBY sudah melarang Dahlan Iskan Meneg BUMN untuk mengganbungkan BTN ke Bank Mandiri, dan sejumlah instruksi lainnya yang intinya adalah mendukung proses transisi dan memudahkan pemerintahan baru untuk bekerja.



“Oleh karena itu, sejak April lalu saya sudah mengeluarkan instruksi dan menetapkan kebijakan yang intinya melarang para menteri atau anggota kabinet mengambil kebijakan yang fundamental dan strategis yang berimplikasi pada pemerintahan yang akan datang atas inisiatifnya sendiri,” tegas SBY dalam dialog di Youtube berjudul “Isu Terkini dan Respon Presiden SBY”

Menurut saya, semua yang dilakukan SBY untuk pemerintahan berikutnya luar biasa. Luar biasa karena belum pernah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya. Padahal, memang begitulah seharusnya sebuah pemerintahan memberikan rongkat estafet tugas membangun negeri kepada pemerintahan berikutnya. Bukankah Indonesia masih negaranya juga? Bukankah pemerintahan baru juga bertujuan membangun negeri? Bukankah semaunya ujungnya untuk kemakmuran bersama? Sungguh, presiden SBY berjiwa besar dan sangat tahu diri menjelang peralihan kekuasaannya. Dia menunjukkan diri sebagai pemimpin yang lebih mengutamakan kepentingan bersama, kepentingan negara dan bangsa serta rakyatnya, dibanding egoisme sempit pribadi dan kelompoknya.

Tak perlu malu dan tidak harus bosan untuk mengapresiasi apa yang dilakukan pemerintahan SBY menjelang masa berakhir kekuasannya. Layak dicontoh oleh pemerintahan berikutnya.




Sumber : http://ift.tt/1u3kQit

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz