Iwan Piliang Ada Untukmu… Indonesiaku
IWAN PILIANG ADA UNTUKMU… INDONESIAKU
Menteri adalah seorang harus selalu aktif mencari tahu apa saja dan kejadian apa saja yang terjadi di bangsanya terutama hal-hal yang menyangkut bidang dan bagian yang menjadi tanggung-jawabnya, cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi, dan tahu solusi apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah yang sedang terjadi di bangsanya. Dia dipercaya sebagai wakil masyarakat, maksudnya ia adalah perpanjangan tangan rakyat untuk melakukan banyak hal yang rakyat tidak bisa lakukan karena terbatas pada ruang lingkup dan wewenang. Jadi tugasnya itu bukan untuk duduk diam dan sebagai penonton yang hanya mengamati, apalagi sampai menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi. Menteri itu harus banyak bertindak daripada banyak bicara, karena rakyat tidak membutuhkan banyak janji tetapi tindakan nyata. Rakyat juga tidak menuntut menteri harus sempurna, karena memang tidak ada manusia yang sempurna 100% dan manusia juga memiliki keterbatasan dalam banyak hal, tetapi setidaknya ada tindakan nyata yang dilakukan walaupun tidak banyak daripada hanya sekedar omongan atau hanya sebagai pengamat saja.
Dibawah ini ada sosok seorang yang sangat tegas, mempunyai leadership yang sangat kuat, responsif terhadap banyak hal yang sedang terjadi di bangsa ini, cepat tanggap dalam mencari informasi, ia tidak hanya sekedar membuat tulisan tetapi juga melakukan tindakan nyata dengan terjun langsung serta melakukan berbagai penyelidikan, dia juga memiliki latar belakang pendidikan Komunikasi Massa dan Hukum, dan ia sangat cocok dan layak untuk diusung menjadi Menkoinfo Kabinet Joko Widodo. Menteri yang menguasai bidangnya, Menteri yang banyak bekerja, Menteri yang tegas dan memiliki kepemimpinan kuat. Menteri yang cerdas dan memiliki banyak pengetahuan. Belum menjadi menteri saja, ia sudah melakukan banyak tindakan nyata, apalagi jika ia menjadi menteri. Adalah sangat rugi jika Joko Widodo tidak memilihnya untuk masuk dalam jajaran kabinet, karena ia sangat potensial dan mempunyai kualitas seorang menteri. Dan sosok itu adalah Narliswandi Piliang atau yang lebih dikenal dengan nama Iwan Piliang, ia juga merupakan Citizen Reporter dan Private Investigator.
Dibawah ini adalah beberapa alasan kenapa ia layak menjadi Menkoinfo yaitu: http://ift.tt/1o8dSXi dan
http://ift.tt/1qPrc02
Satu hal lagi alasan kenapa Iwan harus dipertimbangkan masuk dalam Kabinet Joko Widodo, dibawah ini ada ide yang sangat luar biasa dari Iwan untuk bangsa ini.
Pada Maret 2013 lalu, lantai tiga Sekretariat Negara-RI terbakar. Kendati tidak ada korban, peristiwa itu mengkuatirkan. Fasilitas fital berkeamanan ekstra bermusibah. Iwan seakan diingatkan dengan kebakaran yang pernah menimpa Ruang Seremonial yang biasa dipakai Wapres Amerika Serikat di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, pada Desember 2007 lalu. Lalu bagaimana jika fasilitas kantor Presiden kita sampai terbakar, tentu saja ini bisa membuat Presiden tidak bisa masuk ke kantor dan menjalankan tugas dan aktivitasnya dengan maksimal, lalu bagaimana cara presiden untuk mengendalikan kepemimpinannya? Iwan adalah seorang yang sangat responsif, peka, dan peduli terhadap keadaan negaranya.
Merinci pertanyaan tadi, Iwan lalu teringat kepada cerita lain. Sehari sebelum mundur menjadi menteri perumahan rakyat, Suharso Monoarfa, menyampaikan ke Iwan, bahwa selama menjadi menteri, ia tidak pernah rapat empat mata dengan Presiden, hanya rapat-rapat formal di kabinet saja yang ada. Tentu saja ini menimbulkan banyak pertanyaan di benak Iwan, lalu bagaimana dengan pengawasan, bagaimana presiden paham Positioning hal urgent, bagaimana kordinasi real time masyarakat, dan banyak pertanyaan lainnya yang membutuhkan jawaban seketika.
Karena Iwan adalah seorang yang cerdas, memiliki banyak ide dan pengetahuan luas, pemikiran yang tajam, kreatif, cepat tanggap dan pro-aktif, maka ia segera mengambil tindakan. Maka usai Jumatan, Iwan segera menelepon Hemat Dwi Nuryanto, mantan karyawan IPTN, yang kini menjabat pimpinan Zamrud Technology, yang kantornya berada di kawasan Masjid Salman ITB, Bandung. Hemat itu pernah mengajak Iwan untuk ikut memikirkan dalam mengembangkan konten situs konten materi pelajaran seperti www.cryonpedia.org. Kini Hemat mengembangkan jaringan www.diradio.net. Hemat juga membuat aplikasi otomasi radio dengan nama RISE. Berdiskusi dengan sosok seperti Hemat, membuat rasa optimis masa depan Iwan semakin menebal.
Iwanpun berdiskusi ihwal bagaimana caranya ibarat sebuah dash board mobil, dimana presiden bisa mendapatkan bantuan sinyal, data, bisa dibaca, berisi prioritas perhatian seorang presiden. Input datapun bisa diberi sinyal hijau, kuning, merah di layar monitor komputer. Warna itu menjadi pembeda prioritas. Iwan memang seorang yang sangat berinisiatif, padahal ia tidak memiliki jabatan apapun di pemerintahan, tetapi ia sangat memikirkan keadaan pemerintah, presiden, dan negaranya.
Hemat kepada Iwan mengatakan hal itu membutuhkan waktu tidak sampai 3 bulan untuk membuat aplikasi itu. Makin jernih input yang diharapkan, makin cepat untuk membuat aplikasi itu. Dan Iwan pasti meminta Hemat membuat aplikasi melalui format open source. Seperti pemerintah di China, yang menurut Iwan lebih cerdas dalam mengamankan datanya. Dengan aplikasi open source, programmer bisa mengamankan aplikasi tinggi karena diprogram sendiri. Sehingga aplikasi Digital Dash Board untuk Presiden (DDP) yang akan dibuat memiliki keamanan paripurna.
Iwan katakan kepada Hemat, ia hanya membutuhkan 7 item yang menjadi poin utama dari perhatian sebagai presiden yaitu: mulai dari transaksi pembayaran; uang keluar dan masuk; transaksi perdagangan, surplus dan minus; kondisi 7 bahan pokok, dan seterusnya. Ketujuh item itu dikalikan dengan jumlah kementerian, misalnya ada 30 kementerian, maka akan ada 210 input data yang menjadi titik krusial. Maka di setiap saat, masing-masing kementerian mengisi data rutin yang dapat dibaca real time oleh presiden. Bahkan melalui DDP, Presiden bisa klik tombol, untuk seketika bisa bicara dengan sang menteri di lapangan atau dimana saja ia berada.
Hampir dipastikan tidak akan ada lagi menteri yang tidak bisa rapat empat mata dengan presiden. Semua menteri termasuk Panglima TNI, dengan mudah bisa berkomunikasi. Mereka yang memiliki urusan yang sangat urgent tinggal mengirim sinyal warna merah, dan seketika Presiden bisa alokasikan waktu bicara atau sekadar chatting. Bahkan waktu Presiden ke kamar kecilpun, DDP otomatis dapat memberikan sinyal ke Mobile Phone-nya. Maka dengan DDP, presiden bisa mengetahui secara persis keadaan bawang merah dan putih yang dipermainkan di pasaran, keadaan stock BBM, gas, dan seterusnya. Bahkan Presiden dengan mudah bisa mengetahui para pelaku impor-ekspornya.
Presidenpun dapat memonitor real time pajak masuk, karena ada di salah satu ikon dari 7 inputan data yang Iwan prioritaskan tadi. DDP akan terus disempurnakan bahkan DDP dapat dibuatkan Hardware-nya, bukankah kita memiliki Lembaga Elektronika Nasional (LEN) dibawah LIPI, kenapa selama ini seakan “dibiarkan”. Sehingga Indonesia akan menjadi Presiden pertama di dunia yang secara prima optimal memanfaatkan kemajuan teknlogi informasi melalui DDP.
Melalui DDP, presiden dimanapun berada tetaplah Presiden. Thomas Freidman mengatakan di-bukunya “The World is Flat”: maka Thomaspun berani berkata kepada dunia: Saya adalah Presiden dalam genggaman”
Dengan mudah dan ringannya sistem “Kepresidenan” ini, maka energi sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dapat optimal untuk berpikir dan berbuat bagi berdaulatnya negara di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Presiden tidak menghabiskan banyak waktu dan umur lewat komunikasi, hanya untuk mengadakan rapat secara terus-menerus.
DDP dapat pula dikoneksikan ke publik melalui media sosial, apa saja yang dilakukan dan bagaimana keseharian Presiden. Komunikasi dengan warga juga seketika dapat berjalan dengan cepat.
Jika DDP di pusat berjalan dengan baik, maka dibuat juga DDG (Digital Dashboard Gubernur), DDB (Digotal Dashboard untuk Bupati) dan seterusnya. Bila seorang Presiden memiliki data lengkap, real time, akurat, maka kepemimpinan itu dipastikan akan lebih memberi manfaat dan rakyat akan merasakan manfaatnya.
DDP bukanlah barang baru. Logika membuatnya sederhana. Pembuat aplikasi canggihnya adalah anak-anak bangsa yang mumpuni. Jauh sebelum DDP ada, di perang modern, simaklah di film lama Black Hawk Down; seorang Jenderal pemimpin perang cukup melihat dari laptop. Bila di Black Hawk berkisah tentang kegagalan,DDP, versi dari Iwan digaransi total foot ball bermuara kepada keberhasilan.
Melalui DDP, Presiden bisa memonitor lansung di lapangan, mengapa rupanya timah ditambang dua abad di Bangka Belitung, hari ini di kota Pangkal Pinang sejam mengalami hujan banjir, ekonomi rakyat sulit, KP PT Timah dikapling, Negeri Jiran tidak memiliki timah tetapi kenapa di laporan keuangannya menjadi eksportir timah? Jika bukan dari Bangka-Belitung, lalu dari mana? Maka Presiden pasti bisa menuntaskan penambangan illegal. Begitu pula urusan SDA di daerah lain yang belakangan sejak reformasi ini sudah “dirampok”, dan tidak sesuai dengan UUD pasal 33.
Maka DDP ini, bagi Iwan bukanlah merupakan ranah kecanggihan, tetapi sejatinya ranah kerendahan hati untuk memanfaatkan teknologi, mau atau tidak bekerja untuk semata-mata mengabdikan diri bagi kemajuan bangsa. Jika mau , maka segalanya pasti dimudahkan.
DDP menjadikan Anda Presiden dimanapun Anda berada, termasuk jika kantor kepresidenan sampai dibakar atau terbakar. DDP adalah solusi yang tepat.
Tentu saja, jika Iwan dipercaya untuk menjadi Menkoinfo, ia akan mempraktekkan hal ini dalam tugas, tanggung-jawab dan wewenangnya untuk meringankan beban dan tanggung-jawab Joko Widodo sebagai Presiden. Saya hanya bisa berharap dan berdoa Iwan Piliang, bisa menjadi bagian dari kabinet di negara ini. Negara ini memerlukan orang-orang yang memiliki potensi, potensi saja tidak cukup tetapi dia juga harus mau peduli akan keadaan negara ini, dia juga mau menyerahkan segala kemampuannya untuk kemajuan negara ini
Sumber : http://ift.tt/1o8dRm0
Menteri adalah seorang harus selalu aktif mencari tahu apa saja dan kejadian apa saja yang terjadi di bangsanya terutama hal-hal yang menyangkut bidang dan bagian yang menjadi tanggung-jawabnya, cepat tanggap terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi, dan tahu solusi apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah yang sedang terjadi di bangsanya. Dia dipercaya sebagai wakil masyarakat, maksudnya ia adalah perpanjangan tangan rakyat untuk melakukan banyak hal yang rakyat tidak bisa lakukan karena terbatas pada ruang lingkup dan wewenang. Jadi tugasnya itu bukan untuk duduk diam dan sebagai penonton yang hanya mengamati, apalagi sampai menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi. Menteri itu harus banyak bertindak daripada banyak bicara, karena rakyat tidak membutuhkan banyak janji tetapi tindakan nyata. Rakyat juga tidak menuntut menteri harus sempurna, karena memang tidak ada manusia yang sempurna 100% dan manusia juga memiliki keterbatasan dalam banyak hal, tetapi setidaknya ada tindakan nyata yang dilakukan walaupun tidak banyak daripada hanya sekedar omongan atau hanya sebagai pengamat saja.
Dibawah ini ada sosok seorang yang sangat tegas, mempunyai leadership yang sangat kuat, responsif terhadap banyak hal yang sedang terjadi di bangsa ini, cepat tanggap dalam mencari informasi, ia tidak hanya sekedar membuat tulisan tetapi juga melakukan tindakan nyata dengan terjun langsung serta melakukan berbagai penyelidikan, dia juga memiliki latar belakang pendidikan Komunikasi Massa dan Hukum, dan ia sangat cocok dan layak untuk diusung menjadi Menkoinfo Kabinet Joko Widodo. Menteri yang menguasai bidangnya, Menteri yang banyak bekerja, Menteri yang tegas dan memiliki kepemimpinan kuat. Menteri yang cerdas dan memiliki banyak pengetahuan. Belum menjadi menteri saja, ia sudah melakukan banyak tindakan nyata, apalagi jika ia menjadi menteri. Adalah sangat rugi jika Joko Widodo tidak memilihnya untuk masuk dalam jajaran kabinet, karena ia sangat potensial dan mempunyai kualitas seorang menteri. Dan sosok itu adalah Narliswandi Piliang atau yang lebih dikenal dengan nama Iwan Piliang, ia juga merupakan Citizen Reporter dan Private Investigator.
Dibawah ini adalah beberapa alasan kenapa ia layak menjadi Menkoinfo yaitu: http://ift.tt/1o8dSXi dan
http://ift.tt/1qPrc02
Satu hal lagi alasan kenapa Iwan harus dipertimbangkan masuk dalam Kabinet Joko Widodo, dibawah ini ada ide yang sangat luar biasa dari Iwan untuk bangsa ini.
Pada Maret 2013 lalu, lantai tiga Sekretariat Negara-RI terbakar. Kendati tidak ada korban, peristiwa itu mengkuatirkan. Fasilitas fital berkeamanan ekstra bermusibah. Iwan seakan diingatkan dengan kebakaran yang pernah menimpa Ruang Seremonial yang biasa dipakai Wapres Amerika Serikat di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, pada Desember 2007 lalu. Lalu bagaimana jika fasilitas kantor Presiden kita sampai terbakar, tentu saja ini bisa membuat Presiden tidak bisa masuk ke kantor dan menjalankan tugas dan aktivitasnya dengan maksimal, lalu bagaimana cara presiden untuk mengendalikan kepemimpinannya? Iwan adalah seorang yang sangat responsif, peka, dan peduli terhadap keadaan negaranya.
Merinci pertanyaan tadi, Iwan lalu teringat kepada cerita lain. Sehari sebelum mundur menjadi menteri perumahan rakyat, Suharso Monoarfa, menyampaikan ke Iwan, bahwa selama menjadi menteri, ia tidak pernah rapat empat mata dengan Presiden, hanya rapat-rapat formal di kabinet saja yang ada. Tentu saja ini menimbulkan banyak pertanyaan di benak Iwan, lalu bagaimana dengan pengawasan, bagaimana presiden paham Positioning hal urgent, bagaimana kordinasi real time masyarakat, dan banyak pertanyaan lainnya yang membutuhkan jawaban seketika.
Karena Iwan adalah seorang yang cerdas, memiliki banyak ide dan pengetahuan luas, pemikiran yang tajam, kreatif, cepat tanggap dan pro-aktif, maka ia segera mengambil tindakan. Maka usai Jumatan, Iwan segera menelepon Hemat Dwi Nuryanto, mantan karyawan IPTN, yang kini menjabat pimpinan Zamrud Technology, yang kantornya berada di kawasan Masjid Salman ITB, Bandung. Hemat itu pernah mengajak Iwan untuk ikut memikirkan dalam mengembangkan konten situs konten materi pelajaran seperti www.cryonpedia.org. Kini Hemat mengembangkan jaringan www.diradio.net. Hemat juga membuat aplikasi otomasi radio dengan nama RISE. Berdiskusi dengan sosok seperti Hemat, membuat rasa optimis masa depan Iwan semakin menebal.
Iwanpun berdiskusi ihwal bagaimana caranya ibarat sebuah dash board mobil, dimana presiden bisa mendapatkan bantuan sinyal, data, bisa dibaca, berisi prioritas perhatian seorang presiden. Input datapun bisa diberi sinyal hijau, kuning, merah di layar monitor komputer. Warna itu menjadi pembeda prioritas. Iwan memang seorang yang sangat berinisiatif, padahal ia tidak memiliki jabatan apapun di pemerintahan, tetapi ia sangat memikirkan keadaan pemerintah, presiden, dan negaranya.
Hemat kepada Iwan mengatakan hal itu membutuhkan waktu tidak sampai 3 bulan untuk membuat aplikasi itu. Makin jernih input yang diharapkan, makin cepat untuk membuat aplikasi itu. Dan Iwan pasti meminta Hemat membuat aplikasi melalui format open source. Seperti pemerintah di China, yang menurut Iwan lebih cerdas dalam mengamankan datanya. Dengan aplikasi open source, programmer bisa mengamankan aplikasi tinggi karena diprogram sendiri. Sehingga aplikasi Digital Dash Board untuk Presiden (DDP) yang akan dibuat memiliki keamanan paripurna.
Iwan katakan kepada Hemat, ia hanya membutuhkan 7 item yang menjadi poin utama dari perhatian sebagai presiden yaitu: mulai dari transaksi pembayaran; uang keluar dan masuk; transaksi perdagangan, surplus dan minus; kondisi 7 bahan pokok, dan seterusnya. Ketujuh item itu dikalikan dengan jumlah kementerian, misalnya ada 30 kementerian, maka akan ada 210 input data yang menjadi titik krusial. Maka di setiap saat, masing-masing kementerian mengisi data rutin yang dapat dibaca real time oleh presiden. Bahkan melalui DDP, Presiden bisa klik tombol, untuk seketika bisa bicara dengan sang menteri di lapangan atau dimana saja ia berada.
Hampir dipastikan tidak akan ada lagi menteri yang tidak bisa rapat empat mata dengan presiden. Semua menteri termasuk Panglima TNI, dengan mudah bisa berkomunikasi. Mereka yang memiliki urusan yang sangat urgent tinggal mengirim sinyal warna merah, dan seketika Presiden bisa alokasikan waktu bicara atau sekadar chatting. Bahkan waktu Presiden ke kamar kecilpun, DDP otomatis dapat memberikan sinyal ke Mobile Phone-nya. Maka dengan DDP, presiden bisa mengetahui secara persis keadaan bawang merah dan putih yang dipermainkan di pasaran, keadaan stock BBM, gas, dan seterusnya. Bahkan Presiden dengan mudah bisa mengetahui para pelaku impor-ekspornya.
Presidenpun dapat memonitor real time pajak masuk, karena ada di salah satu ikon dari 7 inputan data yang Iwan prioritaskan tadi. DDP akan terus disempurnakan bahkan DDP dapat dibuatkan Hardware-nya, bukankah kita memiliki Lembaga Elektronika Nasional (LEN) dibawah LIPI, kenapa selama ini seakan “dibiarkan”. Sehingga Indonesia akan menjadi Presiden pertama di dunia yang secara prima optimal memanfaatkan kemajuan teknlogi informasi melalui DDP.
Melalui DDP, presiden dimanapun berada tetaplah Presiden. Thomas Freidman mengatakan di-bukunya “The World is Flat”: maka Thomaspun berani berkata kepada dunia: Saya adalah Presiden dalam genggaman”
Dengan mudah dan ringannya sistem “Kepresidenan” ini, maka energi sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dapat optimal untuk berpikir dan berbuat bagi berdaulatnya negara di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Presiden tidak menghabiskan banyak waktu dan umur lewat komunikasi, hanya untuk mengadakan rapat secara terus-menerus.
DDP dapat pula dikoneksikan ke publik melalui media sosial, apa saja yang dilakukan dan bagaimana keseharian Presiden. Komunikasi dengan warga juga seketika dapat berjalan dengan cepat.
Jika DDP di pusat berjalan dengan baik, maka dibuat juga DDG (Digital Dashboard Gubernur), DDB (Digotal Dashboard untuk Bupati) dan seterusnya. Bila seorang Presiden memiliki data lengkap, real time, akurat, maka kepemimpinan itu dipastikan akan lebih memberi manfaat dan rakyat akan merasakan manfaatnya.
DDP bukanlah barang baru. Logika membuatnya sederhana. Pembuat aplikasi canggihnya adalah anak-anak bangsa yang mumpuni. Jauh sebelum DDP ada, di perang modern, simaklah di film lama Black Hawk Down; seorang Jenderal pemimpin perang cukup melihat dari laptop. Bila di Black Hawk berkisah tentang kegagalan,DDP, versi dari Iwan digaransi total foot ball bermuara kepada keberhasilan.
Melalui DDP, Presiden bisa memonitor lansung di lapangan, mengapa rupanya timah ditambang dua abad di Bangka Belitung, hari ini di kota Pangkal Pinang sejam mengalami hujan banjir, ekonomi rakyat sulit, KP PT Timah dikapling, Negeri Jiran tidak memiliki timah tetapi kenapa di laporan keuangannya menjadi eksportir timah? Jika bukan dari Bangka-Belitung, lalu dari mana? Maka Presiden pasti bisa menuntaskan penambangan illegal. Begitu pula urusan SDA di daerah lain yang belakangan sejak reformasi ini sudah “dirampok”, dan tidak sesuai dengan UUD pasal 33.
Maka DDP ini, bagi Iwan bukanlah merupakan ranah kecanggihan, tetapi sejatinya ranah kerendahan hati untuk memanfaatkan teknologi, mau atau tidak bekerja untuk semata-mata mengabdikan diri bagi kemajuan bangsa. Jika mau , maka segalanya pasti dimudahkan.
DDP menjadikan Anda Presiden dimanapun Anda berada, termasuk jika kantor kepresidenan sampai dibakar atau terbakar. DDP adalah solusi yang tepat.
Tentu saja, jika Iwan dipercaya untuk menjadi Menkoinfo, ia akan mempraktekkan hal ini dalam tugas, tanggung-jawab dan wewenangnya untuk meringankan beban dan tanggung-jawab Joko Widodo sebagai Presiden. Saya hanya bisa berharap dan berdoa Iwan Piliang, bisa menjadi bagian dari kabinet di negara ini. Negara ini memerlukan orang-orang yang memiliki potensi, potensi saja tidak cukup tetapi dia juga harus mau peduli akan keadaan negara ini, dia juga mau menyerahkan segala kemampuannya untuk kemajuan negara ini
Sumber : http://ift.tt/1o8dRm0