Harapan Kepada MK, Benteng Tertinggi Keadilan Dunia
Jika kita berusaha mencari cermin untuk berkaca dalam upaya manusia mencari kebenaran dan keadilan, maka salah satu cara yang bisa dilakukan ialah : kita harus kepada para penghulu manusia (nabi dan rasul utusan Tuhan Yang Maha Esa) dan alam semesta lainnya dalam perjuangannya menegakkan keadilan di muka bumi ini.
Dalam sejarah umat manusia tentunya kita berkaca kepada sejarah suci mulai zaman nabi Adam AS, Idris AS, Nuh AS, Hud AS Sholeh AS, Ibrahim AS, Luth AS, Islamil AS, Ishaq AS, Ya’qub AS, Yusuf AS, Ayub AS, Dzulkifli AS, Syuaib AS, Musa, AS, Harun AS, Daud As, Sulaiman As, Ilyas AS, Ilyasa As, Yunus AS, Zakaria AS, Yahya AS, Isa As dan Muhammas SAW. (Hafal karena ngaji, jadi santri ‘kalong’ di Sumedang)
As di atas itu bukan Negara adidaya yang saat ini konon sedang berkuasa tapi singkatan gelar nabi dan rosul dalam ajaran Islam yakni Alaihis Salam (Semoga keselamatan terlimpah kepadanya). Sedangkan bagi nabi akhir zaman penutup para nabi dan rasul yakni Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib gelarnya sedikit berbeda yakni Sallallahu Alaihi Wasallah (SAW).
Semoga tidak ada yang protes dengan gelar yang terakhir itu, karena nabi terakhir pembawa agama baru dan agama samawi yang terakhir maka kita tidak perlu protes dengan kebijakan yang sebelumnya sudah ditentukan oleh pemilik keadilan pemilik otoritas dalam kehidupan ini yakni Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, jika ada yang protes juga siap-siap anda akan di cap sebagai JIL.
Apa itu JIL, JIL yang dapat kita ketahui dari literature yang ada yaitu singkatan dari Jaringan Islam Liberal yang hanya mendasarkan Islam hanya kepada akal dan logika semata. Mudah-mudahan kita dan umat Islam yang ada di Indonesia terhindar dari paham JIL tersebut, mengingat faham itu suatu saat cepat atau lambat pasti akan berbenturan dengan syariat Islam dan keimanan yang murni juga dasar Negara.
Jika dalam kontek syariat agama Islam apabila kita menuntut keadilan maka keadilan itu bisa didapatkan di dunia dan akhirat. Di dunia tentu melalui pengadilan agama (Islam) dan para hakim agama atau pengadilan umum yang ada. Maka pengadilan di akhirat ialah pengadilan yang sebenarnya tentunya otoritasnya ada disisi Allah SWT beserta para malaikat-malaikat-Nya.
Lalu bagimana cara mencari keadilan dalam konteks penyelenggaraan PILPRES 2014 yang baru saja berlalu? Maka keberadaan MK yang ada dalam tatanan Negara kita semua kita menaruh harapan kepadanya agar menjadi benteng terakhir pengadilan terutama terkait dengan sengketa atau keberatan yang ada di masing-masing atau salah satu pasangan CAPRES.
Cara yang ditempuh oleh MK dan para hakim konstitusinya maupun oleh para penghulu manusia (nabi dan rosul) dalam menetapkan hukum adalah tidak terlepas dari yang namanya ayat suci, hadits nabi serta ayat-ayat konstitusi. Disinilah pentingnya kita mengambil pelajaran dari PILPRES 2014 menurut hemat penulis semua pihak harus tunduk dan patuh kepada ayat suci dan konstitusi di atas.
Terlepas dari keberagaman dan keagamaan kita yang jelas jika kita ingin hidup kita di dunia ini teratur maka ketiga ayat di atas harus kita junjung tinggi. Rahasiah keberhasilan perjuangan dakwah nabi dan rosul terakhir Muhammad SAW menurut para ahli sejarah ialah tidak lepas dari keluhuran akhlak dan budi pekerti beliau selain tentunya atas taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Firman Allah SWT :
Ayat Suci :
“Katakanlah (Muhammad) Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia biasa seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya”
Meskipun nabi SAW adalah manusia biasa bukan berarti tidak ada perbedaannya dengan kita sebagai manusia biasa tetapi yang membedakan kita dengannya ialah beliau langsung menerima wahyu dari Allah SWT dan sudah barang tentu maksum (dijamin masuk ke dalam syurga-Nya). Begitu juga dalam menegakkan keadilan, beliau tentu dengan bimbingan Wahyu dan Petunjuk dari Tuhan-Nya.
Maka kita akan melihat suatu keindahan dan kemuliaan jika pada saatnya nanti MK, atau pihak KPU serta peserta PILPRES baik dari kubu Prabowo-hatta maupun dari Jokowi-JK sama-sama mengedepankan akhlak mulia dalam berkompetisi terutama di gerbang terakhir yaitu sidang atau pengadilan Mahkamah Konstitusi atau MK. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW :
Hadits Nabi :
“Innama Buitstu Liutammima Makarimal Akhlaq, sesungguhnya aku di utus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak (manusia)”
Jika pada saatnya nanti MK tetap memenangkan Bapak Jokowi-JK sebagaimana telah diputuskan oleh KPU maka saya dan kita semua pasti berharap bahwa :
1. Bukan berarti MK maaf “Masuk Angin” atau terkena Suap (Na’udzu billahi min dzalik) tetapi secara fakta hukum dan substansi atau barang buktinya yang ada tidak atau kurang mendukung
2. Pihak Tim Sukses Prabowo-Hatta kurang memiliki bukti-bukti yang penting untuk dihadirkan dalam mendukung dugaan yang dituduhkan baik ke KPU atau ke Capres No.2
3. MK bekerja professional, transfaran dan ihsan sehingga pihak Tim Sukses Prabowo-Hatta menerima dengan legowo keputusan MK tersebut yang tentunya telah memenuhi rasa keadilan terhadap keberatan yang diajukan.
Begitu juga sebaliknya jika MK berdasarkan kerja professional, transfaran dan ihsan mengabulkan dan memenangkan Bapak Prabowo-Hatta serta menganulis keputusan sebelumnya (KPU) atau merekomendasikan untuk adanya PSU (Pemungutan Suara Ulang) di beberapa titik yang ditentukan maka saya dan kita semua pasti berharap agar :
1. Bukan berarti MK maaf “Masuk Angin” atau terkena Suap (Na’udzu billahi min dzalik) tetapi secara fakta hukum dan substansi atau barang buktinya yang ada tidak atau kurang mendukung
2. Pihak Tim Sukses Prabowo-Hatta memiliki bukti-bukti yang penting dan dihadirkan dalam mendukung dugaan yang dituduhkan baik ke KPU atau ke Capres No.2
3. MK bekerja professional, transfaran dan ihsan sehingga pihak Tim Sukses Jokowi-JK menerima dengan legowo keputusan MK tersebut yang tentunya telah memenuhi rasa keadilan terhadap keberatan yang diajukan.
Adapun harapan kita kepada pengadilan yang tertinggi sesungguhnya yaitu nanti di alam akhirat maka itu bukan domain kita, biarlah kelak nanti kita masing-masing yang akan menghadapinya.
Semoga hikmah di balik itu bisa kita semua bisa mengambilnya, wallahu a’lam. [DM]
Bekasi, 5 Agustus 2014 M. / 9 Syawwal 1435 H.
Pendiri/Pembina Yayasan Rumah Ukhuwah Indonesia (RUHI) Bekasi
PIN BB 2354576E WA 089674106123
Sumber : http://ift.tt/1luJWii