Edi Prayitno: Mutiara yang Hilang [Serial Sketsa Calon Bupati Alternatif]
Sebagai mantan ketua KPUD Asahan, nama Edi Prayitno tentu saja cukup dikenal masyarakat Asahan. Putra Jawa yang sempat berkarir sebagai wartawan harian terkemuka ini lumayan banyak makan asam garam dibidang aktivisme sosial. Ia sempat hilang peredaran setelah mundur dari keanggotaan KPUD Asahan karena harus menjalankan tugas barunya sebagai Hakim Adhock PHI di Samarinda, Kalimantan Timur.
Alumni Fakultas Sastra USU Jurusan Sastra Indonesia ini juga pernah berprofesi sebagai guru di SLTA, dosen di UNA dan UMSU, sebelum akhirnya pada Tahun 2008-2013 menjabat sebagai Ketua KPUD Asahan, dan Tahun 2011 mengundurkan diri karena diangkat sebagai Hakim Adhoc PHI. Kemampuannya menyesuaikan diri dengan situasi sosial politik menjadikannya satu dari segelintir aktivis yang tergolong sukses meniti karir.
Latar belakang pengalaman dan kepekaan sosial Edi Prayitno mulai tertempa melalui aktivitasnya di sebuah LSM bernama Sintesa. LSM ini berdiri pada era tahun 1986, bermula dari kelompok diskusi mahasiswa di USU. Awalnya lebih banyak bekerja dalam isue-isue pemberdayaan petani kecil melalui program community developement. Seiring jalannya waktu menjadi LSM yang diperhitungkan, bahkan masuk dalam keanggotaan organisasi petani internasional.
Kabupaten Asahan termasuk dalam fokus area kerja LSM Sintesa selain Deli Sedang, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Sehingga dalam satu masa tertentu LSM ini berkantor di Kisaran. Ketika itulah awal mula Edi Prayitno bergabung sebagai volunteer (sukarelawan) pada tahun 90an.
Selama dua belas tahun menjadi aktivis LSM Sintesa, tentu saja Edi Prayitno sudah ditempa dengan berbagai pengalaman dan keahlian. Sebagai aktivis LSM kemampuan komunikasi dengan massa akar rumput, kepekaan untuk melakukan advokasi perubahan sosial, dan kemampuan melakukan pemetaan kondisi sosial-ekonomi-budaya, adalah skill yang niscaya harus dimiliki. Dengan pengalaman dan skill seperti itu, Edi Prayitno patut diperhitungkan sebagai salah satu figur alternatif untuk memimpin Asahan ke depan.
Pengalaman sosial selama menjadi aktivis di LSM Sintesa tentu saja akan memberikan warna dan pendekatan yang unik serta berbeda dari yang selama ini dilakukan pemerintahan Taufan Gama. Demikian juga pengalaman sebagai Anggota dan Ketua KPUD akan memberikan bekal yang cukup untuk mengembangkan prigram-program pembangunan pendidikan politik masyarakat sebagai pondasi untuk membentuk kesadaran politik yang kritis. Sedangkan kepekaannya terhadap isue-isue tentang kesejahteraan buruh karena aktivitasnya sebagai Hakim Adhoc PHI akan memberikan harapan baru bagi perjuangan kaum buruh di Asahan.
Kaki Merapi
06 Agustus 2014
Bem Simpaka
Sumber Photo: Kompasiana
Alumni Fakultas Sastra USU Jurusan Sastra Indonesia ini juga pernah berprofesi sebagai guru di SLTA, dosen di UNA dan UMSU, sebelum akhirnya pada Tahun 2008-2013 menjabat sebagai Ketua KPUD Asahan, dan Tahun 2011 mengundurkan diri karena diangkat sebagai Hakim Adhoc PHI. Kemampuannya menyesuaikan diri dengan situasi sosial politik menjadikannya satu dari segelintir aktivis yang tergolong sukses meniti karir.
Latar belakang pengalaman dan kepekaan sosial Edi Prayitno mulai tertempa melalui aktivitasnya di sebuah LSM bernama Sintesa. LSM ini berdiri pada era tahun 1986, bermula dari kelompok diskusi mahasiswa di USU. Awalnya lebih banyak bekerja dalam isue-isue pemberdayaan petani kecil melalui program community developement. Seiring jalannya waktu menjadi LSM yang diperhitungkan, bahkan masuk dalam keanggotaan organisasi petani internasional.
Kabupaten Asahan termasuk dalam fokus area kerja LSM Sintesa selain Deli Sedang, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Sehingga dalam satu masa tertentu LSM ini berkantor di Kisaran. Ketika itulah awal mula Edi Prayitno bergabung sebagai volunteer (sukarelawan) pada tahun 90an.
Selama dua belas tahun menjadi aktivis LSM Sintesa, tentu saja Edi Prayitno sudah ditempa dengan berbagai pengalaman dan keahlian. Sebagai aktivis LSM kemampuan komunikasi dengan massa akar rumput, kepekaan untuk melakukan advokasi perubahan sosial, dan kemampuan melakukan pemetaan kondisi sosial-ekonomi-budaya, adalah skill yang niscaya harus dimiliki. Dengan pengalaman dan skill seperti itu, Edi Prayitno patut diperhitungkan sebagai salah satu figur alternatif untuk memimpin Asahan ke depan.
Pengalaman sosial selama menjadi aktivis di LSM Sintesa tentu saja akan memberikan warna dan pendekatan yang unik serta berbeda dari yang selama ini dilakukan pemerintahan Taufan Gama. Demikian juga pengalaman sebagai Anggota dan Ketua KPUD akan memberikan bekal yang cukup untuk mengembangkan prigram-program pembangunan pendidikan politik masyarakat sebagai pondasi untuk membentuk kesadaran politik yang kritis. Sedangkan kepekaannya terhadap isue-isue tentang kesejahteraan buruh karena aktivitasnya sebagai Hakim Adhoc PHI akan memberikan harapan baru bagi perjuangan kaum buruh di Asahan.
Kaki Merapi
06 Agustus 2014
Bem Simpaka
Sumber Photo: Kompasiana
Sumber : http://ift.tt/1zTbExB