Curhat Prabowo di Sidang MK Tentang Pemilu Korut Sungguh Tidak Tepat
Prabowo Subianto, capres pilpres 2014 yang menolak kalah dan menggugat hasil pemilu presiden 2014 ke MK, hari ini menyampaikan “curhat” nya pada sidang perdananya. Sayangnya, sama dengan materi gugatannya yang banyak salah ketik, tidak lengkap, salah data, tidak jelas, dll, “curhat” beliau ini juga lagi-lagi salah data.
Prabowo bersuara tentang peroleh suaranya yang “nol” di banyak TPS, ada ratusan lah. Karena itu, Prabowo menilai pemilu kita kali ini lebih buruk dari pemilu di Korea Utara. Dasarnya apa?
“Bahkan di Korea Utara pun tidak terjadi, mereka bikin 97,8 persen. Di kita, ada yang 100 persen, ini luar biasa. Ini hanya terjadi di negara totaliter, fasis dan komunis,” kata Prabowo di ruang sidang MK, di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2014), seperti dilansir Detiknews hari ini.
Nah, Prabowo mungkin tidak mengerti kondisi dunia, atau salah dapat bisikan dari timsesnya ya.
Padahal hanya di Korea Utara (Korut), para pemenang pemilu mendapat suara mutlak 100 persen, dan tidak ada golput.
Seperti dilansir oleh Daily North Korea Korut dan News.com.au , pada tanggal 9/3/2014 lalu Korut telah menggelar Pemilu untuk memilih Majelis Agung Rakyat/ Supreme People’s Assembly (SPA) yang ke-13, yang berlangsung setiap 5 tahun sekali. SPA adalah lembaga semacam parlemen di Korut. Para anggota SPA mewakili masing-masing distrik dari 687 distrik yang ada di Korut. Banyak pejabat tinggi Korea adalah anggota SPA, dan sang pemimpin muda Korut Kim Jong Un juga adalah salah satu kandidat dengan nomor urut 111 dari distrik Mount Paektu, sama seperti mendiang ayahnya, Kim Jong Il, penguasa Korut terdahulu.
Bagaimana cara para kandidat, termasuk sang Supreme Leader Kim Jong Un meraih kemenangan 100%-nya itu? Cukup mudah saja, dan bisa terjadi hanya di negara yang fasis dan komunis, yaitu;
1). Hanya ada 1 (satu) kandidat untuk setiap distrik, sehingga karena tidak ada saingan, para pemilih hanya tinggal mencontreng “Yes” saja di sebelah nama kandidat, dan dengan adanya himbauan terus menerus, semua kandidat akhirnya mendapat 100% suara.
2). Setiap pemilih yang terdaftar diwajibkan hadir dan memilih, terkecuali yang berada di luar negeri (bagi yang sakit atau tak mampu pergi ke TPS disediakan kotak suara mobile). Kata “wajib” ini sudah dimengerti betul bagaimana konsekuensinya jika tidak dilaksanakan, alhasil angka golput pun bisa ditekan sampai ke 0%.
3). Hari Pemilu diselenggarakan sebagai “pesta rakyat” dengan banyak dansa, pertunjukan musik, dan atraksi lainnya di jalanan, dan orang-orang pun mengenakan pakaian terbaik mereka.
Jadi kalau negara Indonesia dikatakan kualitas pemilu nya lebih buruk dari Korut, ya kebangeten aja tuh yang ngomong, entah keblinger entah lagi sakit hati tak tertahankan…
Sumber : http://ift.tt/1sbfdhJ
Prabowo bersuara tentang peroleh suaranya yang “nol” di banyak TPS, ada ratusan lah. Karena itu, Prabowo menilai pemilu kita kali ini lebih buruk dari pemilu di Korea Utara. Dasarnya apa?
“Bahkan di Korea Utara pun tidak terjadi, mereka bikin 97,8 persen. Di kita, ada yang 100 persen, ini luar biasa. Ini hanya terjadi di negara totaliter, fasis dan komunis,” kata Prabowo di ruang sidang MK, di Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (6/8/2014), seperti dilansir Detiknews hari ini.
Nah, Prabowo mungkin tidak mengerti kondisi dunia, atau salah dapat bisikan dari timsesnya ya.
Padahal hanya di Korea Utara (Korut), para pemenang pemilu mendapat suara mutlak 100 persen, dan tidak ada golput.
Seperti dilansir oleh Daily North Korea Korut dan News.com.au , pada tanggal 9/3/2014 lalu Korut telah menggelar Pemilu untuk memilih Majelis Agung Rakyat/ Supreme People’s Assembly (SPA) yang ke-13, yang berlangsung setiap 5 tahun sekali. SPA adalah lembaga semacam parlemen di Korut. Para anggota SPA mewakili masing-masing distrik dari 687 distrik yang ada di Korut. Banyak pejabat tinggi Korea adalah anggota SPA, dan sang pemimpin muda Korut Kim Jong Un juga adalah salah satu kandidat dengan nomor urut 111 dari distrik Mount Paektu, sama seperti mendiang ayahnya, Kim Jong Il, penguasa Korut terdahulu.
Bagaimana cara para kandidat, termasuk sang Supreme Leader Kim Jong Un meraih kemenangan 100%-nya itu? Cukup mudah saja, dan bisa terjadi hanya di negara yang fasis dan komunis, yaitu;
1). Hanya ada 1 (satu) kandidat untuk setiap distrik, sehingga karena tidak ada saingan, para pemilih hanya tinggal mencontreng “Yes” saja di sebelah nama kandidat, dan dengan adanya himbauan terus menerus, semua kandidat akhirnya mendapat 100% suara.
2). Setiap pemilih yang terdaftar diwajibkan hadir dan memilih, terkecuali yang berada di luar negeri (bagi yang sakit atau tak mampu pergi ke TPS disediakan kotak suara mobile). Kata “wajib” ini sudah dimengerti betul bagaimana konsekuensinya jika tidak dilaksanakan, alhasil angka golput pun bisa ditekan sampai ke 0%.
3). Hari Pemilu diselenggarakan sebagai “pesta rakyat” dengan banyak dansa, pertunjukan musik, dan atraksi lainnya di jalanan, dan orang-orang pun mengenakan pakaian terbaik mereka.
Jadi kalau negara Indonesia dikatakan kualitas pemilu nya lebih buruk dari Korut, ya kebangeten aja tuh yang ngomong, entah keblinger entah lagi sakit hati tak tertahankan…
Sumber : http://ift.tt/1sbfdhJ