Suara Warga

Bijak Menanggapi Isu NKRI Pecah Tahun 2015

Artikel terkait : Bijak Menanggapi Isu NKRI Pecah Tahun 2015

Ada banyak orang yang mencuat ke permukaan “berkat” perhelatan Pilpres 2014. Salah satu nama yang mendadak populer adalah Djuyoto Suntani. Siapa Djuyoto dan mengapa pula ia mendadak populer berkat Pilpres 2014? Silakan saja baca di sini: http://ift.tt/1syr1br dan http://ift.tt/XFSspc

Intinya, persaingan ketat dan perseteruan yang keras antara kedua kubu capres/cawapres Prabowo/Hatta dan Jokowi/JK, memicu orang berspekulasi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terancam. Kekhawatiran berlebihan itu lalu membuat orang kembali mengingat ramalan/prediksinya Djuyoto dalam bukunya berjudul ‘Tahun 2015 Indonesia Pecah.’

Jangan-jangan Djuyoto benar? Djuyoto bahkan menyebut negara-negara yang akan muncul dari perpecahan NKRI. Wow, apa iya, ya? Ah gak mungkin! Indonesia pecah adalah hal yang tidak pernah terpikirkan di dalam benak kita.

Tapi jika menengok kepada sejarah sudah banyak contoh negara modern yang terpecah, sebut saja Yugoslavia dan Cekoslowakia, siapa juga yang pernah menyangka bahwa raksasa abad ke-20, pesaing berat AS, yaitu Uni Soviet bakalan pecah menjadi negara-negara kecil seperti saat ini? Waduh, bagaimana ini?

Begini cara bijak menanggapi ramalan Djuyoto!

Yang paling penting adalah menegaskan kembali bahwa pecahnya NKRI itu bukanlah hal yang mustahil, apabila kita tidak waspada! Saya lebih yakin dengan cita-cita bersama terbentuknya NKRI, ketimbang ramalan seorang Djuyoto. Artinya, kata kuncinya adalah KITA sebagai bangsa. Apakah kita ingin NKRI utuh selamanya, ataukah sebaliknya!

Maka, kemudian kita mesti mendasari setiap apa yang kita lakukan dalam konteks berbangsa, dengan semangat menjaga keutuhan NKRI. Minimal yang bisa saya (baca: kita) lakukan sebagai orang sipil biasa adalah tidak memperkeruh keadaan soal pilpres ini, dengan komentar-komentar tak berdasar di sosial media (misalnya). Nah, soal yang besar-besar biarlah negara yang mengurusnya.

Kita (baca: saya) harus bisa menahan diri untuk tidak “meratap” masalah SARA di “tembok” (wall) FB saya dan sosmed lainnya. Jujur saya ngeri melihat posting-posting yang menyerang keyakinan atau suku orang lain. Apa yang mereka cari sebenarnya?! Atau jangan-jangan ada pihak ketiga yang memang ingin memecah belah bangsa melalui berbagai sosmed. Kita harus benar-benar pintar menyaring setiap informasi yang diposting atau dishare di sosmed.

Ramalan Djuyoto biasa saja

Di sisi lain, ramalan Djuyoto saya kira hampir semua orang bisa melakukannya, bukan hal yang luar biasa. Ramalan Djoyoto juga beberapa tahun sebelumnya sudah banyak orang yang mengatakan dan diberitakan di media massa.

Saya katakan hampir semua orang bisa melakukan ramalan seperti ini, karena saya sendiri di tahun 2004 sudah mendengar bahwa perjuangan Islam garis keras untuk menjadikan NKRI menjadi negara berasaskan Islam akan tinggal landas tahun 2015 dan di tahun 2020 hukum syariah sudah rampung penerapan di seluruh NKRI.

Jauh sebelumnya ada ramalan Joyoboyo tentang nama-nama presiden RI yang tersirat dalam dua kata Noto Nogoro. Bukannya kita lalu mau meremehkan ramalan-ramalan semacam itu. Di satu sisi ramalan-ramalan itu bagus karena membuat kita waspada.

Namun demikian, penekanannya saya ulangi adalah pada pertanyaan apakah kita mau NKRI selamanya utuh atau tidak? Kita sendiri yang bisa menjawab pertanyaan dan tantangan itu! Bukan Djuyoto, Prabowo, Jokowi, atau Amerika Serikat sekalipun.

Kita lah sendiri yang menentukan nasib kita sendiri dan itu bisa dimulai dengan hal-hal kecil, seperti tidak menyebarkan kebencian (provokatif) di sosmed (misalnya) atau dalam kehidupan sehari-hari! Khusus untuk proses Pilpres 2014, marilah kita percayakan prosesnya sesuai prosedur hukum (di MK)!

AKU INGIN HIDUP 1000 TAHUN LAGI!





Sumber : http://ift.tt/1syqZjY

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz