Bahasa Prabowo Seperti Bahasa Cewek, Hiperbolis
Perhatikan komunikasi antara pria dan wanita berikut:
Wanita: kamu ini ga pernah punya waktu buatku…. selalu ajah mikir dirimu sendiri
Pria : Lah ini aku beri waktu untuk kamu…. ini juga karena mikir kamu. kemarin juga kita pergi bareng…. kenapa kamu bilang aku ga pernah punya waktu buatmu?
Atau begini….
Wanita: Semua lelaki itu jahat…. tidak peka….
Lelaki: Ga ah…. bapakku orang baik. peka juga…..
Atau begini:
Wanita: Kenapa sih urusan rumah semua harus wanita yang menyelesaikan?
Lelaki: Ga semua ah… lah kemarin aku menyapu ga kamu itung…..
hehehee… tentu anda para wanita akan gemes dengan semua jawaban tersebut. Yang dibutuhkan bukan jawaban, tapi tugas lelaki untuk mengiyakan meskipun sebenarnya sang lelaki bingung. Begitulah salah satu inti tulisan Allan dan Barbara Pease dalam bukunya Why Women Cry. Menurut mereka, dengan wanita melebihlebihkan, maka percakapan seputar masalah hubungan menjadi jauh lebih menarik dan hidup.
Rupanya dengan bahasa hiperbolis juga, bahasa yang melebih-lebihkan semacam itu, politik sekarang menjadi lebih hidup. Khususnya dari pihak Prabowo. Tentu kita masih ingat, ketika dengan berapi-api Prabowo menyebutkan bahwa Anggaran Negara Indonesia bocor 1.000 trilliun. Pernyataan itu lantas dibantah berbagai pihak, mulai dari KPK sampai Istana negara. Tragisnya, hal tersebut langsung dikaitkan dengan kinerja Pak Hatta hingga kemudian penjelasanpun dibuat bahwa maksudnya adalah potensi kebocoran anggaran. Gimana bocornya bisa 1.000 T, sementara APBN saja 1.500 T.
Berikutnya, bagi saya yang menarik adalah ungkapan ketika mendeklarasikan kemenangan tanggal 9 Juli lalu yang menyatakan bahwa beliau mendapatkan mandat rakyat. berkali-kali dalam berbagai kesempatan kata mandat rakyat, mandat seluruh rakyat, kedaulatan rakyat selalu ditampilkan. Seru memang membawa-bawa nama rakyat. pertanyaannya rakyat yang mana? setahu saya malah mandat elite-elite partai yang sampai membuat koalisi permanen tanpa ideologi. Mungkin dasarnya adalah hasil pencerahan Obor Rakyat. Logikanya memang suara partai adalah suara rakyat. Partai pendukungnya mencapai lebih dari 60% di badan legislatif. bagi mereka ungkapan Golkar dianggap relevan, suara golkar adalah suara rakyat. Padahal banyak rakyat yang tidak merasa bersuara demikian seperti yang diperjuangkan Golkar.
Berikutnya adalah berdasarkan apa yang disampaikan Prabowo dalam sidang di MK tadi pagi. Ada pembakaran pos pemenangan, ternyata hanya pelemparan batu. Pemilu di negara fasis dan totaliter yang mencapai 100% kemenangan. Lah negara fasis dan komunis mana sih yang dimaksudkan? Yang lebih parah dari Korea Utara? Padahal Korea Utara ini sudah paling parah dalam pemilu 2014. Ternyata ada yang lebih parah.
Yang paling ekstrim datang dari pendukungnya, seorang cendekiawan wanita yang menyebut Prabowo sebagai titisan Allah SWT. wuih….. lebih hebat dari nabi. Untunglah kemudian diakui kalau lidahnya sedang keseleo. Mungkin perlu dicarikan param kocok agar keseleonya sembuh. Eh, sebenarnya tidak heran kalau pendukungnya agak hiperbolis.
Yah… benar yang dikatakan Allan dan Barbara Pease…. dengan melebih-lebihkan percakapan bisa menjadi lebih hidup…..
Sumber : http://ift.tt/1svEJvL
Wanita: kamu ini ga pernah punya waktu buatku…. selalu ajah mikir dirimu sendiri
Pria : Lah ini aku beri waktu untuk kamu…. ini juga karena mikir kamu. kemarin juga kita pergi bareng…. kenapa kamu bilang aku ga pernah punya waktu buatmu?
Atau begini….
Wanita: Semua lelaki itu jahat…. tidak peka….
Lelaki: Ga ah…. bapakku orang baik. peka juga…..
Atau begini:
Wanita: Kenapa sih urusan rumah semua harus wanita yang menyelesaikan?
Lelaki: Ga semua ah… lah kemarin aku menyapu ga kamu itung…..
hehehee… tentu anda para wanita akan gemes dengan semua jawaban tersebut. Yang dibutuhkan bukan jawaban, tapi tugas lelaki untuk mengiyakan meskipun sebenarnya sang lelaki bingung. Begitulah salah satu inti tulisan Allan dan Barbara Pease dalam bukunya Why Women Cry. Menurut mereka, dengan wanita melebihlebihkan, maka percakapan seputar masalah hubungan menjadi jauh lebih menarik dan hidup.
Rupanya dengan bahasa hiperbolis juga, bahasa yang melebih-lebihkan semacam itu, politik sekarang menjadi lebih hidup. Khususnya dari pihak Prabowo. Tentu kita masih ingat, ketika dengan berapi-api Prabowo menyebutkan bahwa Anggaran Negara Indonesia bocor 1.000 trilliun. Pernyataan itu lantas dibantah berbagai pihak, mulai dari KPK sampai Istana negara. Tragisnya, hal tersebut langsung dikaitkan dengan kinerja Pak Hatta hingga kemudian penjelasanpun dibuat bahwa maksudnya adalah potensi kebocoran anggaran. Gimana bocornya bisa 1.000 T, sementara APBN saja 1.500 T.
Berikutnya, bagi saya yang menarik adalah ungkapan ketika mendeklarasikan kemenangan tanggal 9 Juli lalu yang menyatakan bahwa beliau mendapatkan mandat rakyat. berkali-kali dalam berbagai kesempatan kata mandat rakyat, mandat seluruh rakyat, kedaulatan rakyat selalu ditampilkan. Seru memang membawa-bawa nama rakyat. pertanyaannya rakyat yang mana? setahu saya malah mandat elite-elite partai yang sampai membuat koalisi permanen tanpa ideologi. Mungkin dasarnya adalah hasil pencerahan Obor Rakyat. Logikanya memang suara partai adalah suara rakyat. Partai pendukungnya mencapai lebih dari 60% di badan legislatif. bagi mereka ungkapan Golkar dianggap relevan, suara golkar adalah suara rakyat. Padahal banyak rakyat yang tidak merasa bersuara demikian seperti yang diperjuangkan Golkar.
Berikutnya adalah berdasarkan apa yang disampaikan Prabowo dalam sidang di MK tadi pagi. Ada pembakaran pos pemenangan, ternyata hanya pelemparan batu. Pemilu di negara fasis dan totaliter yang mencapai 100% kemenangan. Lah negara fasis dan komunis mana sih yang dimaksudkan? Yang lebih parah dari Korea Utara? Padahal Korea Utara ini sudah paling parah dalam pemilu 2014. Ternyata ada yang lebih parah.
Yang paling ekstrim datang dari pendukungnya, seorang cendekiawan wanita yang menyebut Prabowo sebagai titisan Allah SWT. wuih….. lebih hebat dari nabi. Untunglah kemudian diakui kalau lidahnya sedang keseleo. Mungkin perlu dicarikan param kocok agar keseleonya sembuh. Eh, sebenarnya tidak heran kalau pendukungnya agak hiperbolis.
Yah… benar yang dikatakan Allan dan Barbara Pease…. dengan melebih-lebihkan percakapan bisa menjadi lebih hidup…..
Sumber : http://ift.tt/1svEJvL