Surat Saya untuk Bapak Prabowo. Entah Apa Masih Ada yang Mau Baca
Kepada Bpk. Prabowo yang saya hormati,
Sebelumnya saya hendak mengucapkan minal aidin walfaidzin, mohon maaf atas segala salah-salah kata dan ucapan yang saya keluarkan dari mulut atau saya tulis di media jejaring sosial selama ini.
Sat ini saya hendak mengucapkan selamat pada Bapak yang telah berhasil membangkitkan semangat setengah bangsa Indonesia (entah lebih atau kurang, saya tidak tahu) untuk berdiri dan maju ke TPS dan menggunakan hak pilih mereka sebagai warga negara Indonesia yang baik. Mungkin fenomena ini baru terjadi baru-baru ini, karena pemilu dua periode lalu masih banyak anak-anak bangsa yang begitu pesimisnya akan kemungkinan terjadinya perubahan sampai mereka tidak mau menggunakan hak pilihnya secara baik dan benar. Pemilu lalu sebelum ini pun saya hanya memilih karena saya menginginkan stabilitas nasional lebih dari apapun. Jujur saya dulu memilih SBY karena alasan tersebut. Di masa Bapak inilah saya dan teman2 saya sampai tergerak untuk berbicara, berdiskusi, bahkan berdebat demi kelangsungan bangsa dan negara selama 5-10 tahun ke depan.
Pak Prabowo, saya berusaha untuk mengerti mengapa hingga bisa lebih (atau kurang, tergantung keputusan MK) dari 50% pemilih mempercayai Bapak sebagai pemimpin mereka. Jujur juga saya adalah pencoblos Jokowi, seorang calon yang terlihat sederhana dan tampak begitu lugunya bila sebelumnya kita tidak mengetahui portfolio beliau di bidang pemerintahan.
Sebuah perbincangan antar generasi dari saya dan ayah saya yang merupakan pendukung berat Bapak kemudian membuka mata saya. Luntur sudah asumsi saya bahwa Bapak adalah seorang jendral fascist yang berusaha mendorong rakyat Indonesia untuk berperang lawan Amerika. Luntur sudah asumsi bahwa Bapak berusaha menjadi presiden hanya untuk mencari keuntungan kapitalistik semata. Tidak, Bapak bukan itu semua. Bapak Prabowo yang ada di benak saya kini adalah seorang ksatria yang mengemban tugas suci untuk melindungi bangsa ini dari dirinya sendiri dan dari negara lain.
Namun mohon maaf Bapak, dukungan saya pada Pak Jokowi hingga saat ini tidak berubah. Saya tetap merasa bahwa di masa ini, sekarang ini, Pak Jokowi adalah pilihan yang paling tepat untuk menjadi presiden, terlepas dari berapa besarnya tim sukses di belakang beliau melakukan kecurangan bila ada. Pak Jokowi memiliki suatu hal yang Bapak tidak miliki, yaitu kemampuan menggerakkan hati dan pikiran generasi muda Indonesia. Generasi yang menghadapi penindasan sendiri dari pihak industri, konglomerasi, dan bobroknya moral ekonomi kapitalistis. Perjuangan kami tidaklah berbentuk perlawanan terhadap negara asing, tidaklah berbentuk persiapan memegang senjata ataupun memegang cangkul. Kami bukan petani miskin, kami manusia-manusia berpendidikan menengah keatas yang dijanjikan kelayakan hidup lebih tinggi daripada ayah-ibu kami di kampung, kami anak-anak yang berlarian mengejar impian kami sambil terus menengadah ke atas, tidak merunduk untuk bergumam sembari menggiling padi. Kami adalah aset negara yang perlu dipertahankan, karena kami tahu bahwa selain kenangan masa kecil kami tidak ada yang menghalangi kami untuk beterbangan ke negeri orang mencari kehidupan yang lebih layak.
Bapak Prabowo yang terhormat, kami yang muda muda ini masih butuh banyak belajar dari Bapak. Bisa kita lihat betapa bodohnya Ahmad Dhani sesumbar mendukung Bapak padahal dia tidak sanggup memenuhi janji ngawur yang dia ucapkan sebelum pemilu. Betapa bodohnya kami hingga berpikir bahwa seragam Nazi akan membuat Bapak lebih berwibawa di dunia internasional. Bapak punya hak dan dukungan kami untuk menempeleng bolak balik anak2 muda seperti ini. Kami memang generasi sok tahu yang dibesarkan oleh Youtube, Google dan Wikipedia.
Namun sesok tahunya kami, kami punya pendapat sendiri yang perlu ikut Bapak dengar dibanding pendapat orang2 di belakang Bapak yang mungkin hanya ingin dapat persenan dari kursi menteri, yang mungkin hanya ingin proyekan-proyekan milyaran mereka gol, yang mungkin secara diam-diam mencari celah supaya bisa menikung Bapak di tengah jalan. Kami harap Bapak masih dapat menghargai kreativitas kami, pengetahuan kami, dan pandangan segar kami terhadap permasalahan-permasalahan bangsa. Pada hal inilah yang saya rasa Pak Jokowi lebih bisa merangkul kami daripada Bapak. Intinya kami hanya ingin pendapat kami didengar.
Bapak Prabowo, andaikan Bapak berusaha mendekati kami lebih serius sejak awal Bapak kembali ke Indonesia, saya berani jamin Bapak pasti bisa memenangkan pemilu dengan hasil suara 80% lebih dari seluruh rakyat Indonesia. Bukan 49% atau 54% seperti hasil lembaga survey atau KPU. Bapak tidak mungkin menang atau kalah tipis bila Bapak dari awal berusaha mendengarkan kami selaku generasi muda.
Bapak Prabowo yang terhormat, terlepas dari siapa pemenang sah nanti yang akan dilantik menjadi presiden RI, saya akan terima dan turut mendukung siapapun yang terpilih. Saya hanya minta bahwa segala janji2 yang pernah terucap tidak hilang bagai angin surga. Namun bila pada saatnya nanti Bapak tidak terlantik menjadi presiden, saya mohon dengan amat sangat, janganlah mundur dan diam sendirian di peternakan Bapak. Kuda tidak butuh pertolongan Bapak, terserah berapa mahalnya harga kuda tersebut.Tetaplah menjadi penyeimbang Indonesia dengan gaya dan pribadi Bapak sendiri.Lawanlah intervensi asing dengan cara Bapak sendiri, entah dengan menjadi oposisi atau mungkin masuk ke pemerintahan sebagai penasihat.Negara ini masih butuh bantuan Bapak dalam mencapai kedewasaan.Saya masih butuh Bapak untuk mengajarkan saya sikap ksatria. Jokowi tidak akan bisa melakukannya, karena paling maksimal pun Pak Jokowi mungkin lebih mendekati kasta brahmana atau bahkan kasta sudra yang berhasil lepas dari samsara.
Di dunia yang sempurna versi saya, Bapak pasti sudah saya jadikan Menteri Pertahanan Indonesia yang paling gagah perkasa. Dalam sejarah dunia, banyak jenderal yang berhasil menjadi orang nomor satu karena sepak terjangnya dalam perang meningkatkan popularitasnya dalam pemerintahan; Eisenhower, Theodore Roosselvelt, dan bahkan Bapak Alm. Soeharto. Tetapi kita belum dalam keadaan perang. Kita masih berada dalam masa menghimpun kekuatan ke dalam, memperkuat mental kita dari keterpurukan ratusan tahun yang terdoktrin oleh penjajah untuk selalu menunduk tanpa protes. Tanpa ada tokoh pemimpin yang dapat menginspirasi kita seperti misalnya Pak Jokowi mencontohkan seorang pengrajin mebel bisa menjadi calon presiden, Bapak menyuruh kami perang esok hari pun kemungkinan besar kami akan pilih kabur mengkhianati bangsa.
Maka dari itu biarkanlah kami menikmati kesalahan kami sendiri yang telah memilih Pak Jokowi. Maafkan bila segala hal yang Bapak peringatkan tentang calon kami ini ternyata terbukti benar. Ajarkan kami bertanggungjawab atas keputusan kami sendiri. Bila memang Pak Jokowi tidak amanah, percayakan pada kami para generasi muda untuk menuntut perubahan-perubahan yang telah dijanjikan hingga titik darah penghabisan. Saya percaya kalau kami adalah anak-anak macan, bukan anak-anak domba yang dikarbit untuk jadi macan. Sekali lagi saya tekankan, kami bangsa Indonesia masih membutuhkan Bapak. Mungkin belum sebagai presiden, tapi sebagai sosok inspiratif yang menanamkan pada diri kami bagaimana menjadi manusia sejati yang berani dan rela berjuang. Saya mohon kembalilah kepada persatuan Indonesia. You are the people’s champion. Nothing can take that away from you.
Dengan hormat,
Meda Media Purnama
Sumber : http://ift.tt/1lIDVye