Suara Warga

Jokowi: "Selamat Datang Golkar, Minal Aidin Wal Faizin"

Artikel terkait : Jokowi: "Selamat Datang Golkar, Minal Aidin Wal Faizin"


Semboyan dan teriakan ala metal yang dilantangkan oleh Jokowi bahwa tidak ada transaksional di kubu Indonesia Hebat sepertinya harus ditelan kembali dan digerus oleh usus 12 jari agar tidak lagi terlihat seperti bentuk semula.


“Ini bukan masalah gemuk dan tidak gemuk. Yang terpenting adalah transaksional atau tidak, kerja sama tanpa syarat,” kata Jokowi


“Koalisi tanpa adanya tawar-menawar itu tidak mungkin, karena kalau kita ingin mengajak partainya berarti kita tentu ada bargaining partai itu. Oke saya dukung asal dapat menteri-menteri itu atau dukung program-program ini,” ujar Bagir Manan di Jakarta, Rabu


“Realitas politik di Indonesia seperti itu jadi pakai bahasa apapun sama saja. Jadi jangan debat semantiklah, jangan mengatakan dia (Jokowi, red.) bahwa gotong-royong tapi tidak ngomongi jatah kursi,” imbuhnya.


Demikianlah salah satu jualan Jokowi saat melakukan political marketing di sela-sela kampanye pilpres. Jualan yang mengakibatkan jutaan orang termakan mantra-mantra khas pria lulusan Fakultas Kehutanan UGM yakni glembuk Solo.


Berharap ada beberapa elemen masyarakat untuk selalu mengingat dan mencatatnya sebagai sebuah sejarah baru bagi Indonesia dimana susunan kabinet murni berbasiskan kompetensi dan profesionalitas dan bukan tukar menukar kepentingan politik sesaat.


Mereka harus konsisten, non-transaksional dalam menentukan kabinet. Momen ini menjadi pembuktian. Sebaiknya, Jokowi-JK melakukan konsultasi publik untuk mencari orang-orang di kabinet, sehingga prosesnya terbuka,” tutur koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar saat dihubungi SP di Jakarta, Rabu (23/7


Tapi apakah betul Jokowi akan tetap melakukan sesuai dengan janji-janji surga dan bukan PHP?


Mari kita tunggu dengan sabar meski seorang Arbi Sanit dalam sudut pandangnya sebagai akademisi meragukan kekuatan mulut dari Jokowi tidak hanya sekedar lips atau jualan alias glembuk. Karena fenomena yang berlaku di Indonesia meskipun berbentuk presidensial akan tetapi ‘gangguan’ dari Senayan tidak bisa dianggap angin lalu. Kekuatan eksekutif tidak berlaku tunggal.


“Jokowi sangat memerlukan kekuatan koalisi di parlemen, yang sangat kemungkinan itu Golkar karena ada JK,” kata Arbi Sanit kepada INILAHCOM, Jakarta, Sabtu (26/7/2014)


Meski Golkar tidak berkeringat dalam kompetisi pemenangan Jokowi-JK di pilpres, namun capres nomor urut dua itu lebih membutuhkan keberadaan Golkar untuk mengimbangi pertarungan politik di parlemen nanti.


“Harus mengalah, kalau orang yang rasional pasti akan terima (Golkar). Kecemburuan itu harus dimatikan,” lanjut Arbi Sanit.


Masih yakin tidak ada transaksional dan Arbi Sanit sedang menggigau di siang hari? Kita tunggu saja!


Maaf lahir batin ya Golkar, dulu sempat mendepak dirimu,…


Salam Anti Glembuk Solo!


Tautan Rujukan



  1. http://ift.tt/1lIDTGC

  2. http://ift.tt/WXB2Eg






Sumber : http://ift.tt/WXB0My

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz