Suara Warga

Jangan Hanya Tambal Sulam

Artikel terkait : Jangan Hanya Tambal Sulam

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah,Anies Baswedan akan mengeluarkan kebijakan mengembalikan kurikulum 2013 ke kurikulum 2006. Hal ini dilandaskan atas dasar kurikulum 2013 yang dipandang tidak sesuai dengan bobot siswa dan tidak efektif.

Setiap pergantian pemerintahan, akan ada suatu gebrakan-gebrakan dan kebijakan-kebijakan yang tujuannya sudah tentu untuk membawa Negeri Indonesia tercinta ke arah perubahan-perubahan yang lebih baik. Entah di bidang Pendidikan,Kesehatan,Sosial ataupun Ekonomi. Tapi kita perlu menengok apakah sebuah kebijakan yang dikeluarkan memilik dampak seperti apa pada rakyat. Apa dampaknya luas,menyeluruh atau hanya sebatas tambal-sulam saja.

Merubah sistem adalah langkah yang baik. Mutu Pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan. Sah-sah saja Anis Baswedan merubah kurikulum,akan tetapi melihat kenyataan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesiq terpusat di pulau Jawa,menurut hemat saya,hal ini suatu langkah yany tak efektif.

Apa bijak kita mengotak-atik sistem A sitem B , jika kita bisa melihat dengan kepala mata telanjqng bahwa di pulau-pulau luar Jawa pendidikan adalqh sesuatu yang amat langka.

Di Pqpuq,misqlnyq,banyqk anqk-anak yang belum mengenyam pendidikan dasar. Mereka rqtq-rata buta huruf. Pendidikan yang semestinya menjadi hak rakyqt Papua dan warga negara Indonesia,tidak pernah mereka dapatkan selqma bertqhun-bertahun. Juga di pulau-pulau pedalqman Kqlimantqn,Sulawesi,NTT, dan Mqluku yang tidak pernah mendapatkan akses-akses pendidikan serta kesehatan.

Pembagunan 100 sekolah untuk mereka-mereka jquh lebih positif daripada berkutat mengenai sistem. Dengan itu saja, menandakan bahwa pemerintahan sekarang berbeda dengan pemerintahan sebelumnya yang main tambal-sulam belaka.

Revolusi Mental yang sesungguhnya dimulai dari meningkatkan taraf pendidikan rqkyqt. Sesuqi dengan salah satu tujuan NKRI dibentuk,yaitu untuk mencerdaskqn kehidupan bangsa.

Langkah pembagunan sekolah-sekolah di luar Jawa menjadi bukti slogan “Revolusi Mental” bukan hanya semboyan-semboyan agitasi politik,tapi suatu lambang dan motivasi pembangunan progresif.

Tentu kiranya,wacana saya tidak secepat kilat terwujud. Bahwa apapun sesuatunya perlu proses. Nqmun, yang terpenting adalah langkah-langkah yang kita ambil berada pada jalur yang tepat atau tidak. Jikq tidak, selamanya pemerintah akan mengalami stagnasi.




Sumber : http://ift.tt/1ztCcYT

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz