Suara Warga

Sembilan belas hari pemerintahan Jokowi, tampak Tri Sakti yang menonjol.

Artikel terkait : Sembilan belas hari pemerintahan Jokowi, tampak Tri Sakti yang menonjol.

14155433871079117503Gambar kreasi dengan sumber yang jelas.

Sembilan belas hari pemerintahan Jokowi, tampak Tri Sakti yang menonjol.

Mengamati gebrakan-gebrakan Presiden Jokowi selama Sembilan belas hari ini, mulai tampak gambaran kasar Tri Sakti Jokowi dari sisi pandang yang lain. Yang tampak menggambarkan garis-garis besar kebijakan pemerintahan dan peran domonan yang ada dibelakangnya.

Pada garis besarnya Tri Sakti Rezim Jokowi melaksanakan :

1. Kelangsungan Pencitraan untuk meraih dukungan masyarakat.

2. Penyelamtan Pemerintahan Presiden Jokowi.

3. Peletakan landasan program-program jangka panjang yang telah tersusun dengan mempergitungkan segalanya secara matang.

Berbagai indicator yang tampak dari Tri Sakti versi ini adalah :

Sakti Pertama : Untuk mewujudkan kelangsungan pencitraan sebagai sarana meraih dukungan masyarakat adalah program-program Kartu Sakti Jokowi dan program blusukan para ,menterinya.

Program-progam kegiatan ini nyaris tanpa didukung dengan perencanaan yang matang, dilakukan dengan mengedepankan improvisasi dan bahkan dilaksanaan tanpa payung hukum yang mapan dan nyaris tanpa standar keberhasilan yang terukur.

Adalah Puan Maharani merupakan sosok yang kemudian muncul dipermukaan sebagai bumper program-program pencitraan ini.

Sakti Kedua : Untuk penyelamatan Pemerintahan Presiden Jokowi dibebankan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan Ham serta Menteri Pertahanan yang disinergikan dengan berbagai maneuver Koalisi Indonesia Hebat di Lembaga Legislatif.

Ketakutan yang berlebihan, cenderung paranoid akan adanya ancaman upaya pemakzulan terhadap Pemerintahan Jokowi yang mendasari dilaksanakannya langkah-langkah penyelamatan secara dini ini, justru berakibat pada tindakan-tindakan yang kemudian menjadi langkah blunder, seperti apa yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Ham bersama Koalisi Indonesia Hebat.

Prestasi yang layak diapresiasi, adalah kebijakan yang diambil Menteri Pertahanan: Ryamizard Ryacudu, dengan menjaga kewibawaan wilayah udara Indonesia, sayang kurang ditindak lanjuti dengan diplomasi Luar Negeri yang lebih berani memberikan sanksi dengan membebankan biaya operasional shukoi kepada Negara asal pelanggar wilayah.

Tingginya biaya opersional pesawat shukoi akan menjadi beban tersendiri bagi Angkatan Udara Republik Indonesia.

Sakti Ketiga : Adalah hal yang paling penting dan merupakan gambaran yang sangat jelas arah masa depan Republik ini, bukan hanya lima tahun kedepan akan tetapi minimal sampai dua puluh tahun kedepan.

Peletakan batu pertama bangunan masa depan yang telah dilakukan justru dengan diam-diam, akan tetapi sangat mendasar. Berbagai indicator yang tampak adalah :

Penandatangan kerja sama atau yang lebih popular disebut Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian BUMN yang dikomandoi oleh Rini M Soemarno dalam memfasilitasi PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT PLN dengan China International Fund (CIF)

http://ift.tt/1tXoz0H

http://ift.tt/1AheQXs

Kemudian Kerja sama yang dibangun dengan Angola dimana Angola akan membangun kilang minyak di Indonesia yang tidak lepas dari China International Foun yang merupakan investor bagi Angola.

http://ift.tt/1qaVolw

http://ift.tt/1tzhjXa

Berikutnya bahwa, bila kemudian Presiden Jokowi mengajak investor asal Republik Rakyat Tiongkok membangun proyek infrastruktur strategis seperti pelabuhan, jalur Kereta Api (KA), serta pembangkit listrik (power plant ) di sejumlah daerah di Pulau Sumatera dan Sulawesi. Yang ajakan itu disampaikan Kepala Negara dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi di Istana Merdeka, bukanlah hal yang buruk, yang apa bila dapat dipertahankan hanya sebagai jalan keluar untuk mengatasi masalah keterbatasan APBN dan lepas dari berbagai ketergantungan lainya.

http://ift.tt/1wWOrMk

http://ift.tt/1uhVcrb

http://ift.tt/1wXinYS

Yang bisa diharapkan tinggal adanya konsistensi Pemerintah Jokowi untuk hanya menyerahkan pembangunan Infrastruktur kepada modal asing, baik itu yang berupa pelabuhan, pembangkit listrik mapun jalan kereta api dan jalan tol bahkan jembatan penghubung antar pulau.

Akan tetapi bila sampai ada MoU yang menyangkut pengelolaan Sumber Daya Alam, baik itu bidang perkebunan, kehutanan, kelautan maupun pertambangan, pada saat itulah Negeri ini akan kembali terjajah.

Pada Sakti pertama peran Megawati paling menonjol.

Pada Sakti kedua peran Hendropriyono tampak mewarnai walaupun tetap dalam pengaruh Megawati.

Pada Sakti ketiga, JK ikut campur bersama Sofian Wanandi dan kelompok pendukungnya termasuk Surya Paloh.

Lalu dimana peran Presiden Jokowi tampak ?

Ternyata Presiden Jokowi masih bisa diselamatkan oleh Menteri Susi Pudjiastuti.

Salam prigatin untuk Rakyat Indonesia





Sumber : http://ift.tt/1qxJYse

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz