Suara Warga

Surat Cinta Untuk Pak SBY

Artikel terkait : Surat Cinta Untuk Pak SBY

Mungkin Bapak tidak pernah mengenal kami,

tapi ketahuilah bahwa kami sangat mengenal

Bapak. Kami selalu mengikuti sepak terjang

yang dilakukan Bapak. Anggap saja sepenggal

kata cinta yang kami sampaikan ini menjadi

perwakilan dari sekian juta pemuda Indonesia.


Kami bukan anak muda yang pandai merangkai

kata atau pun membahasakan selaksa

peristiwa melalui pena. Kami hanya berusaha

berbagi apa yang kami pikirkan, apa yang kami

amati, dan apa yang kami rasakan.

Perpisahan seharusnya menjadi waktu yang

mengharukan, tapi, apakah kami harus ikut

haru? Bukankah kami akan menyambut hal

yang baru untuk negeri ini? Ah, tetap saja,

semua basa basi ini terkesan sulit. Didepan

sana, ada pengganti bapak yang juga dipilih

oleh lebih dari 50 persen rakyat Indonesia.

Namun, hati kami tetap saja sulit melepaskan

semua kenangan yang bapak torehkan pada

negeri ini.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Kami semua Rakyat Indonesia tau bahwa lebih

dari separuh dari usiamu kau abdikan untuk

Ibu Pertiwi. Sepuluh tahun kau mengabdi

menjadi pelayan kami yang mengayomi dan

melindungi kami dengan sepenuh hati.

Loyalitas, perjuangan dan ketulusanmu tak

perlu diragukan. Kapanpun, dimanapun dan

dalam keadaan yang bagaimanapun engkau

senantiasa mengabdi dengan sepenuh hati. Ini

membuat kami tetap simpati dan percaya

bahwa Bapak masih menjadi yang terbaik bagi

negeri ini.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Kami akui, kau kuat di segala hal. Disela - sela

kesibukan dalam keseharianku, tak sedikit

kulihat dari mereka mencaci dan menghujatmu.

Aku tau kau mendengarkan. Aku juga tau kau

merasakan. Sebagai seorang manusia biasa,

aku juga paham kalo kau marah akan hal - hal

itu. Tapi kau memilih diam Presidenku, kau

memilih diam dan memendam semuanya.

Walau kutau dihatimu yang paling dalam pasti

tersimpan amarah, kesedihan bahkan tangisan

yang tak semua orang bisa merasakan apalagi

mendengarnya. Namun disaat hatimu sedang

miris, seorang malaikat seolah selalu

menguatkanmu dan selalu berkata “Hey Kau,

mereka menghujatmu, mereka juga mencacimu.

Tetapi mereka sangat membutuhkanmu.

Apakah engkau ingin membiarkan mereka

kelaparan, kehausan dan kedinginan? Mereka

membutuhkan ketulusan hatimu untuk terus

membuktikan bahwa engkau akan selalu ada

untuk mereka”. Disaat itulah engkau sadar

bahkan lupa akan kebutuhan pribadimu. Tak

teratur makan, tak cukup tidur, tak pernah

berbagi waktu untuk keluarga hanya karena

ingin melihat rakyatmu tertawa dan senang.

Sekali lagi, kami bangga padamu.

Bapak Presiden yang Kami hormati,

Maafkan kami jika kami hanya bisa menghujat

tanpa memberi solusi yang tepat. Maafkan

kami jika kami hanya bisa mengkritik tanpa

aksi. Maafkan kami jika kami hanya bisa

menggunjingkanmu di warung-warung kopi

tanpa pernah turut bergerak untuk membangun

negeri ini. Kami sadar, bahwa seorang

pemimpin bangsa tak akan pernah bisa

menyenangkan hati seluruh rakyatnya. Kami

sadar bahwa bapak punya keterbatasan seperti

halnya manusia biasa. Kami sadar bahwa

bapak bukanlah dewa yang bisa

mensejahterakan negeri ini dalam hitungan jari.

Sepuluh tahun sudah bapak mengabdi untuk

kami, kami benar-benar melihat negeri ini

berubah menjadi lebih baik.

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono,

terimakasih sudah memimpin Indonesia selama

satu dekade. Meskipun dengan berat hati, kami

harus merelakan bapak untuk pergi. Namun,

kami percaya bahwa bapak akan terus

mengabdi pada negeri ini dengan berjuta cara

lain. Pengabdian bapak akan terus menjadi

kenangan indah bagi bangsa Indonesia.

Terima kasih atas segala perjuanganmu

terhadap bangsa ini. Selamat purna tugas

Jenderal Besar. Semoga Bapak dan keluarga

selalu dalam lindungan Allah SWT.

sumber





Sumber : http://ift.tt/1rXHkeu

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz