Suara Warga

Revolusi Mental Jangan Sampai Mental

Artikel terkait : Revolusi Mental Jangan Sampai Mental

Para relawan itu bilang, “Jokowi Adalah Kita”. Mereka tidak berlebihan. Ucapan mereka terbukti. Setidaknya hari pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI kemarin berlangsung masif. Fenomenal! Membuktikan bahwa sang presiden adalah milik semua kalangan.

Dalam perayaan tersebut, memang tampak sangat mencolok citra Jokowi sebagai pemimpin yang merakyat, pemimpin yang membaur, anti bertindak eksklusif, dekat dengan rakyat, pemimpinnya wong cilik.

Sayang, ada satu hal besar yang harus dikorbankan dari perayaan besar itu. Sebuah jurus andalan sang presiden selama masa kampanye: Revolusi mental.

Istana yang sebelumnya terkesan dingin, kaku, dan eksklusif, dalam perayaan kemariin dibuka lebar. Rakyat bisa dengan bebas masuk ke halaman istana. Sebagian dari mereka bahkan mengenakan celana jeans dan sandal. Dua aksesori yang dulu haram berada di lingkungan istana. Tapi kemudian muncul berita bahwa sebagian dari mereka berjalan menginjak taman, sebagian lagi bahkan merokok di halaman istana.

Saya selalu menilai bahwa orang yang merokok di tempat umum (kecuali di tempat yang disediakan untuk merokok) adalah orang yang tidak bertanggung jawab, tidak punya toleransi kepada sesama manusia. Mereka hanya memaksa orang untuk ikut menghirup racun. Terlebih lagi jika puntungnya dibuang sembarangan. Apakah yang seperti ini mencerminkan mental Indonesia yang hebat?

Bergeser ke tempat berlangsungnya puncak acara, monumen nasional. Pasca acara, Plt Gubernur DKI mengeluhkan sampah yang menggunung di lokasi ini. “Orang kita ini nggak terbiasa diajarin buang sampah pada tempatnya”, ujarnya. Iya, mereka yang hadir ke syukuran rakyat ini ternyata masih membawa mental kuno, kampungan, dan jahiliyah. Buanglah sampah di manapun tempatnya. Lucu, merayakan kemenangan revolusi mental dengan tetap membawa mental yang usang.

Fenomena ini membuat saya berpikir bahwa yang perlu dikhawatirkan akan menjegal revolusi mental bukanlah lawan politik Jokowi. Melainkan mental orang-orang yang mendukungnya sendiri. Pertanyaan di salah satu video kampanya Jokowi ini kembali terngiang-ngiang: saat sang presiden sudah siap menjalankan revolusi mental, apakah kita semua siap untuk direvolusi mentalnya?

Semoga revolusi mental tidak berakhir mental.

sumber dan inspirasi tulisan:

http://ift.tt/1y9rvXy

http://ift.tt/1w173dv

http://ift.tt/1sgg1ML




Sumber : http://ift.tt/1sgg230

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz