Suara Warga

Partai Demokrat sudah mulai berani eliminasi pilihan rakyat.

Artikel terkait : Partai Demokrat sudah mulai berani eliminasi pilihan rakyat.

Pada perhelatan rakyat memilih wakilnya yang sudah terlaksana dengan baik pada tanggal 9 April 2014 lalu dan sudah menghasilkan kader terbaik parpol yang terpilih bisa melenggang ke kursi DPR ternyata tidak serta merta mendapat perlakuan yang mengenakkan dari elite parpol yang mengusungnya.

Ini terjadi pada kader partai Demokrat yang sudah dipilih oleh rakyat dari masing-masing dapilnya dan mendapat suara yang memungkinkan yang bersangkutan duduk di kursi dewan di kantor wakil rakyat Senayan ternyata di internal partainya sendiri mendapat perlakuan diskriminasi politik yang sangat menyakitkan.

Contoh ini bisa dilihat pada wakil rakyat yang sudah dipilih oleh dapilnya yaitu : Ambar Tjahyono dari dapil Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Rooslynda Manurung dari dapil Sumatera Utara. Mereka sudah mengalami pelecehan yang luar biasa dari internal partainya yaitu diusir dengan semena-mena tanpa ampun padahal mereka itu pilihan rakyat secara real yang memang suaranya mencukupi untuk mewakili rakyat dari dapil yang telah memilihnya.

1414298701771714412

1414298963801183294 Rooslynda Marpaung, sumber : delinewsindonesia.com



http://ift.tt/12EaQkN

Nasib yang dialami oleh anggota dewan terpilih dari dapil DIY sangat mengenaskan karena dia dengan semena-mena telah digantikan paksa oleh caleg tidak terpilih yaitu KRMT Roy Suryo, dan anggota dewan terpilih lainnya yaitu Rooslynda Manurung dari dapil Sumut telah digantikan paksa juga oleh Johny Allen Marbun yang pada kenyatannya rakyat tidak memilihnya.

Partai Demokrat tercatat tidak kali ini saja berbuat dzolim terhadap kadernya sendiri, masih ingat bagaimana nasib ketua umumnya yang sudah terpilih oleh kader dari daerah dalam kongres Bandung yaitu Anas Urbaningrum yang dikemudian hari ternyata atas keterpilihan dia tidak dikehendaki oleh pemilik partai yang dikait-kaitkan dengan kasus yang sedang membelit yang masih dicarikan dosa hukumnya oleh pengadilan tipikor.

Bila kita cermati sepertinya partai Demokrat ini dikelola bak perusahaan keluarga, dengan tidak relanya pengurus pusat partai dipegang oleh orang luar yang bukan keluarga dari SBY tetapi maunya mendapat suara yang banyak. Kalau sudah tahu begini harusnya kader partai berpikir keras, betulkah partai ini partai keluarga atau partai terbuka untuk umum yang siapapun bisa menjadi pengurus asal terpilih secara demokratis.

Kembali kita bahas ketidakterpilihnya KRMT Roy Suryo di dapil DIY kemungkinan pemilih dari dapil dimaksud tidak menghendaki yang bersangkutan mewakili dapilnya karena mereka menganggap beliau ini culas dan arogan sehingga rakyat tidak suka perilakunya kemudian menjatuhkan pilihan kepada orang yang bukan dia. Demikian juga yang terjadi di dapil Sumut, tetapi partai punya kehendak lain yang bertentangan dengan kehendak rakyat.

Untunglah masyarakat pemilih pada umumnya menyandang amnesia politik sehingga kelakuan partai pada lima tahun yang lalu tidak diingat lagi oleh pemilih sewaktu perhelatan Pileg menjatuhkan pilihannya, terbukti dengan caleg yang tidak terpuji masih terpilih lagi pada pilegberikutnya. Di sini elite parpol tahu betul bahwa masyarakat kita masyarakat pelupa sehingga kelakuan partai yang bertentangan dengan rakyat masih mendapatkan suara.

Sumber gambar : Ambar Tjahyono dari = newsdetik.com




Sumber : http://ift.tt/1t4yU9a

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz