Para Pembenci itu Menunggangi Singa!
Hari gini, masih saja lahir tuduhan-tuduhan provokatif. Menuding bahwa pihak-pihak yang berbeda “spektrum” politik dengan Pak Jokowi (Presiden RI yang baru dilantik), punya niat jahat tatkala menghadiri pelantikan yang khidmat itu.
Disebut bahwa Pak Jokowi dan partai-partai pendukungnya harus waspada dan jangan terlena. Sempat-sempatnya pula ada “ramalan gelap”, tentang datangnya para petinggi di Koalisi Merah Putih ke pelantikan Presiden RI kemarin itu, berlatar motif ketakutan.
Serentetan prasangka kotor di tengah suasana politik yang sejuk ini, seolah menabalkan sebuah adagium, bahwa para pembenci itu seperti orang yang menunggangi Singa, tak boleh turun, karena kalau turun, maka si penunggang itu akan dimangsa Singa…
Anda bisa membaca pernyataan-pernyataan spekulatif seputar “jabat erat” para elit politik di momen bahagia Rakyat Indonesia di media online, yang bersumber dari seorang yang kita kenal sebagai pakar Psikologi Politik, dan mengajar di universitas ternama di Jakarta.
Seolah tak ada keinginan dari Sang Pakar untuk sesaat mengheningkan ide-ide liarnya itu. Sekedar, misalnya, menghormati angin teduh politik nasional, yang membahagiakan kita semua.
Hampir-hampir sulit dipercaya, bahwa pakar yang berkomentar itu membuat analisis yang seratus persen berbasis prasangka. Tak ada tafsir alternatif, atau paling tidak bersikap berimbang. Dimatanya, seolah-olah tak ada makna penting sama sekali, atas kehadiran Koalisi Merah Putih di pelantikan Pak Jokowi.
Sang pakar terlihat terjebak dalam imajinasi atau bahkan ilusinya sendiri. Begitu yakin akan asumsi-asumsinya yang apriori. Padahal telah ada senarai bukti, bahwa politik itu tak selalu hitam putih, selalu ada peluang kompromi, negosiasi, dan partisipasi.
Lagipula, jika dinalar dengan cuplikan sejarah, sungguh komentar Sang Pakar tak adil. Bukankah publik mengharapkan bahwa para elit partai bersatu dan ikut menyukseskan pelantikan Pak Jokowi? Sebagai ikon persatuan nasional? Bukankah Indonesia pernah mengalami peristiwa pelantikan Presiden yang tak diikuti oleh salah satu pihak yang kalah? Dan saat itu masyarakat luas merasa kecewa?
Tapi sudahlah… Dunia memang penuh cerita tentang orang-orang cerdas berhati cadas. Begitu teguh dalam menikmati imajinasinya sendiri. Seperti kisah Don Quixote yang melawan kincir angin (karena mengira lawannya itu adalah raksasa jahat). Don Quixote adalah figur simbolik tentang kecerdasan yang menggelikan…
Berikut link berita atas ulasan Pakar Psikologi Politik, yang dimaksud dalam tulisan ini: http://ift.tt/1vXQ2kE
Sumber : http://ift.tt/1ydeqfS