Suara Warga

Nasionalisme VS Emosionalisme

Artikel terkait : Nasionalisme VS Emosionalisme

Berikut ini pernyataan John McCain sesaat setelah dinyatakan kalah dari Barrack Obama dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 2008. Keduanya bersaing sengit dan bahkan panas selama pemilu, tetapi akhir rivalitas keduanya perlu dipelajari banyak politisi lain di seluruh dunia: Kita telah sampai pada akhir perjalanan panjang. Rakyat Amerika telah berbicara (memilih) dan mereka berbicara secara jelas. Apa pun perbedaan kita, kita semua adalah orang Amerika. Saya desak semua warga Amerika yang mendukung saya untuk bersama saya tidak hanya memberikan selamat kepada dia (Obama), tetapi menawarkan kepada presiden kita mendatang kehendak baik kita dan usaha yang sungguh-sungguh untuk bersama-sama mencari jalan, berkompromi, menjembatani perbedaan kita, mempertahankan keamanan kita dalam dunia yang berbahaya ini, dan mewariskan kepada anak cucu kita sebuah negara yang lebih baik dan lebih kuat dibandingkan yang kita warisi. Kalau sekarang ini kita kalah, ini bukan kegagalan Anda semua, tetapi kegagalan saya!” Kemudian McCain menutup pidatonya dengan mengatakan “Malam ini sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya, tidak ada dalam hati saya kecuali kecintaan saya kepada negeri ini dan kepada seluruh warga negaranya, apakah mereka mendukung saya atau Senator Obama. Saya mendoakan orang yang sebelumnya adalah lawan saya semoga berhasil dan menjadi presiden saya.”



Inilah kebesaran jiwa seorang pemimpin sejati. Dan inilah yang membuat bangsa Amerika menjadi bangsa adi daya di muka bumi. Meskipun beberapa elite Indonesia sering mencela bangsa Amerika, namun harus diakui dalam soal karakter dan mentalitas, para pemimpin Amerika jauh di atas para pemimpin kita. Hanya bangsa yang memiliki para pemimpin yang berjiwa besar dan matanglah yang mampu membawa bangsanya menjadi bangsa yang bermartabat dan terhormat serta makmur rakyatnya.





Seperti kata Jusuf Kalla, “Kita punya enam presiden yang tidak saling berbicara.” Saya pikir Anda tahu siapa mereka itu. Memilukan dan amat memalukan! Kalau tidak saling berbicara masih mendingan. Namun apa yang kita lihat pasca pilpres lalu yang dimenangkan Jokowi-JK, pihak kompetitor Jokowi-JK bukannya mengucapkan ucapan selamat kepada Jokowi-JK seperti John Mccain kepada Obama yang sangat simpati dan mengharukan itu, malah sebaliknya mereka mempertontonkan sikap yang sangat dikuasai oleh syahwat emosionalisme yang sangat kasat mata di depan seluruh rakyat Indonesia. Mereka menjadi seperti mengalami kepanikan mendalam sehingga merapatkan barisan membentuk koalisi yang jelas-jelas menunjukkan permusuhan terhadap Jokowi-JK dan barisan partai politik pendukungnya. Mereka bermanuver dengan gaya politik balas dendam meskipun dengan jargon-jargon demi kepentingan rakyat. Rakyat yang mana mereka perjuangkan? Kalau benar demi rakyat, kenapa mereka berkolaborasi ramai-ramai memarginalkan rakyat dan merampok hak rakyat dalam menentukan pilihan para kepala daerahnya? Sangat kasat mata mereka dengan emosionalisme yang sangat tinggi mulai menyingkirkan partai-partai pendukung Jokowi-JK di parlemen dengan cara membuat Undang-Undang Pilkada yang baru sehingga partai pemenang pemilu tidak serta merta menjadi ketua DPR RI. Bukan cuma itu. Mereka juga berjuang sekuat tenaga sehingga mereka menguasai parlemen. Bahkan dengan rakusnya mereka juga sedang berjuang saat ini untuk mendapatkan jabatan pimpinan di MPR RI. Bahkan saya prediksi saking tamaknya, mereka akan berjuang untuk mengamandemen UUD 1945 agar Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh anggota DPR/MPR RI. Kembali zaman orde baru. Ini satu indikasi kuat bahwa tangan-tangan orde baru sedang bermanuver untuk kembali menguasai Indonesia dan mulai menyingkirkan para pejuang reformasi yang telah berdarah-darah merebut kembali kedaulatan di tangan rakyat.





Apa yang dipamerkan oleh koalisi yang berseberangan dengan Jokowi-JK adalah sangat jauh dari karakter kenegarawanan John McCain yang memiliki kebesaran jiwa sebagai negarawan yang otentik. John Mccain memprioritaskan nasionalisme bangsanya. Sedangkan sebagian elite kita hanya memamerkan emosionalisme sempit dan picik. Sifat, karakter, dan perilaku John McCain yang sangat luhur ini seharusnya ditiru oleh para elite Indonesia yang sebagian besar berjiwa pecundang, minder, dan tukang sakit hati bahkan cenderung pendendam kesumat. Rakyat Indonesia akan hancur berantakan bila dilayani oleh para pelayan yang sakit. Indonesia memerlukan para pelayan rakyat yang sehat.





Saya berharap sekaligus menyampaikan pesan ini kepada Jokowi-JK dan seluruh partai pendukung Indonesia Hebat. Kalian tidak perlu kuatir apalagi takut dengan koalisi apapun namanya. Karena dengan ketakutan itu kalian akhirnya berkompromi dengan mereka. Tutup saja pintu negosiasi apapun dengan mereka. Lakukan saja program-program prorakyat dengan sungguh-sungguh. Silakan kalau ada yang mau menghambat. Rakyat ekstra parlementer pada waktunya akan turun gunung untuk merebut kembali hak-hak dasarnya.





Dan Jokowi-JK tidak perlu kuatir dan takut. Kebenaran dan keadilan adalah milik Tuhan sejati. Barangsiapa berniat jahat dalam mendapatkan kekuasaan dan menyingkirkan rakyat, maka siapapun dia akan berhadapan dengan Sang Empunya bangsa-bangsa, yaitu Tuhan. Dia berfirman dengan sangat jelas, “Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mereka yang mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman, untuk menghalang-halangi orang-orang lemah mendapat keadilan dan untuk merebut hak orang-orang sengsara di antara umat-Ku, supaya mereka dapat merampas milik janda-janda, dan dapat menjarah anak-anak yatim! Apakah yang akan kamu lakukan pada hari penghukuman, dan pada waktu kebinasaan yang datang dari jauh? Kepada siapakah kamu hendak lari minta tolong, dan di manakah hendak kamu tinggalkan kekayaanmu? Tak dapat kamu lakukan apa-apa selain dari meringkuk di antara orang-orang yang terkurung, dan tewas di antara orang-orang yang terbunuh! Sekalipun semuanya ini terjadi, murka TUHAN belum surut, dan tangan-Nya masih teracung” (Yesaya 10:1-4). Kita akan melihat ada waktunya Tuhan Sang Empunya bangsa Indonesia ini akan bermanuver dengan tiada satu pun orang yang sanggup menghadapi-Nya. Celaka merupakan suatu keniscayaan kepada orang-orang bebal yang bernafsu jahat! Sebab Dia terkemuka di dunia dan di akhirat (QS 3 Ali Imran 45). Dia berkuasa di surga dan di bumi (Matius 28:18). Tak ada satu pun manusia yang sanggup berhadapan dengan-Nya! Jika Ia sudah membuka, maka tiada satu pun yang dapat menutupnya. Sebaliknya, bila ia sudah menutup, maka tiada seorang pun yang sanggup membukanya. Seluruh rakyat Indonesia akan menyaksikan manuver Sang Ilahi cepat atau lambat terhadap para elite yang bebal dan yang dikuasai emosionalisme. Dia berfirman, maka Dia pasti menggenapinya.





Pak Jokowi dan pak Jusuf Kalla, selamat menjalankan tugas-tugas mulia Anda berdua bersama zaken kabinet Anda sampai masa akhir jabatan kalian pada tahun 2019. Dan selamat kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Kalian semua sangat hebat, telah memperjuangkan hak-hak rakyat demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Saya percaya empat partai ini memiliki masa depan yang cerah di mata rakyat Indonesia. Semoga Indonesia ke depan hanya memiliki empat partai yang sangat dicintai oleh seluruh rakyat Indonesia demi Indonesia yang jaya, raya, makmur, dan bermartabat luhur! Jokowi-JK jadilah pemimpin seperti ini: “Apabila seorang memerintah manusia dengan adil, memerintah dengan takut akan Allah, ia bersinar seperti fajar di waktu pagi, pagi yang tidak berawan, yang sesudah hujan membuat berkilauan rumput muda di tanah” (2Samuel 23:3-4).







Sumber : http://ift.tt/1E9K8PB

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz