Suara Warga

Mengapa Kementerian ESDM Berada di Bawah Kemenkoan Kemaritiman?

Artikel terkait : Mengapa Kementerian ESDM Berada di Bawah Kemenkoan Kemaritiman?

Mengapa pindah?

ESDM adalah sektor yang sangat ‘basah’. Kementerian ini diduga terjebak dalam pusaran permainan mafia-mafia migas, baik mafia nasional maupun mafia internasional. ESDM juga merupakan Kementerian yang menyumbang pemasukan terbesar untuk Republik ini. Hampir sekitar 300 Triliun rupiah dalam APBN, dihasilkan oleh kementerian ini. Tidak salah jika Kementerian ESDM dikelola oleh Kemenkoan Perekonomian, pada periode-periode sebelumnya.

Namun, Jokowi-JK membuat gebrakan terkait status ESDM. Mereka menitipkan ESDM kepada Kemenkoan yang lain, yang notabene juga merupakan Kemenkoan baru, yaitu Kemenkoan Kemaritiman. Banyak pihak bertanya-tanya atas kebijakan ini. Apa hubunganya antara ESDM dengan kemaritiman? Kira-kira apa yang hendak dicapai oleh Jokowi dengan meletakkan ESDM di bawah Kemenkoan Kemaritiman?

Sebenarnya jawabannya simpel. Energi Indonesia akan dihasilkan dari laut! Kita semua memahami visi dan misi Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Niat ini tidak hanya ingin menjadikan laut sebagai penghubung, laut sebagai sumber ekonomi kerakyatan, laut sebagai sumber wisata, namun juga ingin menjadikan laut sebagai sumber energi di masa depan. Jokowi ingin menyebarkan mindset baru bahwa ESDM tidak lagi hanya sebagai sumber pundi-pundi kekayaan Negara, yang hanya berfokus pada minyak dan tambang saja, namun juga sebagai katalisator yang berfokus pada subjek baru: pengembangan energi berbasis kemaritiman.

Potensi laut, sumber energi tak terbatas

Segalanya telah tersedia di lautan. Jika kita merujuk pada Kitab Kejadian, Perjanjian Lama, disitu disebutkan bahwa makhluk laut adalah makhluk hidup pertama yang diciptakan oleh Tuhan. Teori Evolusi pun menyatakan bahwa makhluk dari laut berevolusi, kemudian naik ke darat, menjadi makhluk darat dan selanjutnya menjadi makhluk yang bias terbang. Tidak salah jika ada ungkapan bahwa Laut adalah Ibu Kehidupan.

Laut menyimpan sumber protein terbesar, yaitu Ikan. Laut juga menyimpan keindahan alam yang sangat cantik. Laut menjadi jalur perdagangan utama dan tradisional antar pulau sejak awal penciptaan. Satu lagi, laut menyimpan sumber energi yang tidak terbatas. Potensi laut yang demikian besarnya membuat banyak Negara berlomba-lomba mengembangkan sektor lautnya.

Laut bisa menghasilkan energi dengan memanfaatkan fenomena fisika yang terjadi. Gelombang arus laut bisa dimanfaatkan melalui konversi gaya mekanik. Fenomena pasang surut laut juga bisa dimanfaatkan sebagai energi melalui konversi gaya potensial. Perbedaan temperatur laut juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi (Ocean Thermal Energy Conversion).

Fokus baru ESDM

Kementerian ESDM harus segera bangun dari tidur siangnya. Kementerian ini sudah terlalu lama berada dalam posisi nyaman, hanya mengurusi sektor minyak, gas dan tambang. Bos ESDM bukan lagi Menko Perekonomian, namun Menko Kemaritiman. Artinya, fokus tugas ESDM benar-benar harus diubah total. Jika dengan bos lama, ESDM ditugaskan untuk mencari duit sebanyak-banyaknya, dengan bos baru ini, ESDM dituntut untuk mencari energi dari laut sebanyak-banyaknya. Mindset energi berbasis kemaritiman harus ditanamkan sejak awal.

Penelitan dan kajian mengenai energi dari laut Indonesia sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh banyak ilmuwan, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Bahkan, ESDM sendiri sudah sering melakukannya sejak dulu. Artinya, gerakan ini sebenarnya tidak dimulai dari nol. Hanya dibutuhkan komitmen dan kesungguhan dari pihak pemerintah, dalam hal ini ESDM untuk segera mewujudkan dan memperluas pengembangan energi dari laut.

Pengembangan energi laut perlu difokuskan di daerah-daerah pesisir dengan menggunakan energi gelombang dan pasang surut. Teknologinya tidak serumit OTEC dan lebih mudah diaplikasikan. Energi laut ini tidak difokuskan untuk menjadi pengganti energi fosil, namun untuk menambah pasokan energi dan mendorong usaha diversifikasi. Dengan adanya energi laut di daerah pesisir, ketergantungan masyarakat pesisir akan energi fosil dapat berkurang. Saya kira, inilah fokus yang bisa dilakukan oleh ESDM selama lima tahun kedepan di bidang energi terbarukan.

Fokus pada energi laut tidak melulu mengenai pemanfaatan energi terbarukan dari laut saja. Di sektor migas, paradigma laut juga harus diterapkan. Isu yang menyatakan bahwa minyak akan habis 10 tahun lagi ada benarnya karena Indonesia tidak lagi melakukan eksplorasi. Beberapa Negara sudah mulai eksplorasi lebih jauh ke lautan yang lebih dalam, dan hasilnya, cukup banyak cadangan yang tersedia. Artinya, ada kemungkinan lautan Indonesia juga menyimpan cadangan migas yang cukup besar. Jika pemerintah melalui ESDM berani melakukan eksplorasi ke lautan dalam negeri ini, bukan tidak mungkin cadangan energi fosil negeri ini akan bertambah.

ESDM perlu mendorong Pertamina, swasta nasional maupun perusahaan asing untuk berani mengeksplorasi cadangan migas di lautan. Caranya dengan mereformasi kebijakan, aturan maupun ketentuan-ketentuan yang memberatkan korporasi migas. Eksplorasi cadangan migas di lautan membutuhkan biaya yang sangat besar dan mengandung resiko. Jika para korporasi migas juga dibebankan dengan persyaratan dan aturan-aturan yang memberatkan, hampir bisa dipastikan kegiatan eksplorasi akan berkurang.

Jalesveva Jayamahe (Di Lautan Kita Jaya)

Kita semua berharap ESDM dibawah Kemenkoan Kemaritiman dengan paradigma energi berbasis maritim dapat mewujudkan energi yang murah dan bersih bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Kita berharap lima tahun kedepan tidak ada lagi suara-suara keluhan dari saudara-saudara kita di pulau-pulau terpencil yang merasa kesulitan mendapatkan pasokan energi listrik. Kita berharap, ESDM dapat mewujudkan diversifikasi energi laut dengan penuh perencanaan matang dan eksekusi yang baik.

Kemenkoan Kemaritiman memang merupakan kemenkoan baru. Namun kemenkoan ini mendapatkan tanggung jawab yang sangat besar untuk mewujudkan slogan Jalesveva Jayamahe. Kita tidak bisa langsung berharap bahwa dalam jangka lima tahun kedepan, bangsa ini sudah menjadi poros maritim. Namun kita bisa berharap bahwa pemerintahan Kabinet Kerja dapat meletakkan pondasi yang cukup kuat untuk menjadi Negara maritim di era modern yang disegani oleh Negara-negara lain.

Kerja, kerja, kerja!

Jalesveva Jayamahe!




Sumber : http://birokrasi.kompasiana.com/2014/10/29/mengapa-kementerian-esdm-berada-dibawah-kemenkoan-kemaritiman-688429.html

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz