Malaikat tidak rela, Gayatri direkrut BIN
Kepada media, ayah mendiang Gayatri Wailissa mengatakan, “Jadi yang jelas bahwa foto Gayatri ini sudah diterima sebagai anggota BIN. Saya perlu menjelaskan ini karena banyak yang bertanya Gayatri itu kerjanya apa dan fotonya itu apa,” ujarnya sambil menunjuk foto Gayatri yang mengenakan seragam BIN. Seperti dilansir Tribunnews .com, selain para kerabat dan sahabat, sejumlah pejabat daerah dan pejabat militer turut melepas kepergian Gayatri Wailissa ke TPU Bahagia Ambon.
Bagi BIN, pernyataan Deddy Wailissa tak penting. Maka tidak ada yang perlu dikonfirmasi atau diklarifikasi. Andai pun publik ngotot ingin mendapatkan maklumat resmi dari institusi negara ini, dipastikan hanya akan “Menunggu Godot”. Karena dalam aturan intelijen, jika seorang agen resmi yang telah bertahun-tahun menjadi intel kemudian tewas dalam tugas, tidak ada kewajiban sang komandan untuk mengumumkannya kepada publik sebab musabab kematiannya. Jika pun nanti muncul spekulasi dan di goreng oleh media, BIN tidak akan galau dalam kegalauan.
Seperti dalam film spionase, bos intel sebelum munugaskan agen resmi selalu berpesan, jika tugas yang diemban sang agen gagal dan menewaskanmu, pihak institusi resmi tidak akan mengakui. Kecuali pihak-pihak terkait dapat membuktikan keterlibatan BIN.
Pengalaman demikian terungkap saat penggiat HAM Munir tewas di pesawat yang ditumpanginya sedang melakukan terbang ke Belanda, sewindu silam.
Menurut Pakar Intelijen Brigjen (Purn) Soeprapto, untuk membuktikannya sangat sulit. Bukti percakapan saja tidak cukup, ujarnya dalam diskusi yang bertema Kasus Munir: Keterbukaan dan Kerahasiaan Intelijen, (2007). “Seharusnya ada bukti lain yang lebih konkret yang bisa mendukung bukti tersebut,” tambahnya.
Pernyataan itu diungkapkan untuk menanggapi Sidang Peninjauan Kembali (PK) kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia, Munir. Dimana dalam sidang tersebut seorang saksi RM Patma Anwar alias Ucok mengaku sebagai agen Badan Intelijen Negara (BIN). Bahkan, ia meragukan pengakuan Ucok yang berpangkat sebagai Agen Muda Golongan IIIc. Ia menambahkan, dalam kondisi apapun, rahasia sebagai intel harus tetap dirahasiakan.
Menyimak kerja intel demikian dan melihat potensi keajaiban seorang Gayatri Wailissa, rupanya malaikat tak rela, anak gadis 17 tahun yang mahir bertutur kata dengan 14 bahasa ini menjadi anggota BIN.
Dalam hal demikian, maka saya sepakat dengan Soe Hok Gie yang mengutip seorang filsuf Yunani :
“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
Selamat jalan bunga bangsa, Gayatri Wailissa, kami percaya malaikat akan mengantarmu di tempat terhormat nan abadi.
Sumber : http://ift.tt/1yyADFC
Bagi BIN, pernyataan Deddy Wailissa tak penting. Maka tidak ada yang perlu dikonfirmasi atau diklarifikasi. Andai pun publik ngotot ingin mendapatkan maklumat resmi dari institusi negara ini, dipastikan hanya akan “Menunggu Godot”. Karena dalam aturan intelijen, jika seorang agen resmi yang telah bertahun-tahun menjadi intel kemudian tewas dalam tugas, tidak ada kewajiban sang komandan untuk mengumumkannya kepada publik sebab musabab kematiannya. Jika pun nanti muncul spekulasi dan di goreng oleh media, BIN tidak akan galau dalam kegalauan.
Seperti dalam film spionase, bos intel sebelum munugaskan agen resmi selalu berpesan, jika tugas yang diemban sang agen gagal dan menewaskanmu, pihak institusi resmi tidak akan mengakui. Kecuali pihak-pihak terkait dapat membuktikan keterlibatan BIN.
Pengalaman demikian terungkap saat penggiat HAM Munir tewas di pesawat yang ditumpanginya sedang melakukan terbang ke Belanda, sewindu silam.
Menurut Pakar Intelijen Brigjen (Purn) Soeprapto, untuk membuktikannya sangat sulit. Bukti percakapan saja tidak cukup, ujarnya dalam diskusi yang bertema Kasus Munir: Keterbukaan dan Kerahasiaan Intelijen, (2007). “Seharusnya ada bukti lain yang lebih konkret yang bisa mendukung bukti tersebut,” tambahnya.
Pernyataan itu diungkapkan untuk menanggapi Sidang Peninjauan Kembali (PK) kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia, Munir. Dimana dalam sidang tersebut seorang saksi RM Patma Anwar alias Ucok mengaku sebagai agen Badan Intelijen Negara (BIN). Bahkan, ia meragukan pengakuan Ucok yang berpangkat sebagai Agen Muda Golongan IIIc. Ia menambahkan, dalam kondisi apapun, rahasia sebagai intel harus tetap dirahasiakan.
Menyimak kerja intel demikian dan melihat potensi keajaiban seorang Gayatri Wailissa, rupanya malaikat tak rela, anak gadis 17 tahun yang mahir bertutur kata dengan 14 bahasa ini menjadi anggota BIN.
Dalam hal demikian, maka saya sepakat dengan Soe Hok Gie yang mengutip seorang filsuf Yunani :
“Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”
Selamat jalan bunga bangsa, Gayatri Wailissa, kami percaya malaikat akan mengantarmu di tempat terhormat nan abadi.
Sumber : http://ift.tt/1yyADFC