Kunjungan Jokowi ke Prabowo: Sebuah Kemenangan Hati Nurani
Dalam sebuah pertandingan / pertarungan yang tidak mengenal kata hasil seri, tentunya hanya akan ada pihak yang kalah dan pihak yang menang. Apalagi pertarungan sekelas pilpres khusunya di Indonesia kemarin. Sangat menguras biaya, emosi, dan tentunya energi yang besar bagi kedua kubu. Jadi wajarlah apabila salah satu pihak yang belum bisa mencapai tujuannya saat ini merasa sangat kecewa, bahkan kekcewaan itu terlihat berlarut larut sampai saat ini. Di satu pihak yang mendapat amanah dari rakyat tentunya wajar jika bersikap senang / bahagia/bergembira buah dari apa yang telah mereka lakukan selama hampir 1 tahun belakangan ini.
Perasaan senang dan perasaan sedih kecewa di pihak lain tentunya wajar – wajar saja, tetapi akan menjadi tidak wajar apabila hal ini menjadi ajang balas dendam di kesempatan berikutnya. Kedua kubu yang bertarung dalam pilpress kemaren sekarang mempunyai kekuatanyang seimbang, Jokowi sebagai preiden terpilih beserta segala kelengkapannya ( Menteri, ABRI, Polisi serta segala elengkapannya) seolah2 berhadapan face to face kembali dengan Kubu Prabowo yang mengusai Parlemen baik di DPR dan MPR, tentunya hal ini sangat – sangat tidak kondusif terhadap roda kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketika semuanya seakan mengalami jalan buntu bahkan sampai ada isu penggagalan pelantikan Jokowi oleh MPR. Disinilah hati nurani para elite politik diketuk. Bersyukur dengan kerendahan hatinya jokowi yang notabene adalah presiden terpilih mau berusaha menyambangi para elite politik lawannya satu persatu. Banyak makna yang dapat diartikan dengan kunjungan tersebut. Bahwa benar dia adalah pemegang amanat mayoritas rakyat indonesia, tetapi dengan mengedepankan hati nurani dilandasi kerendahan hati beliau mau menemui pihak yang kalah. Disaat lobi2 politik partai pendukungnya mengalami kebuntuan jokowi mau turun untuk menemui para elite politik tersebut, dengan meninggalkan ego bahwa aku adalah “presiden”. Suatu budaya yang menurut penulis sangat jarang terjadi, biasanya adalah presiden yang dikunjungi. Puncak pertemuannya adalah dengan menemui Prabowo. Dengan mengunjungi rumah ayah beliau. Jokowi tentunya harus membuang jauh2 egonya dan segala beban yang ada. Kembali lagi hati nurani dan kerendahan hati yang menang.
Begitupun dengan Prabowo, jelas bukan persoalan mudah bagi beliau dan orang terdekat untuk dapat menerima kunjungan dan bertemu dengan Jokowi, melihat begitu kerasnya persaingan di pilpress , serta berujung kepada kekalahan, kita semua memahani berapa besar sumber daya yang telah dihabiskan oleh Prabowo. Dan perasaan di “telikung” oleh jokowi karena yang membawa jokowi ke Jakarta tentunya prabowo juga berperan besar. Tetapi disini kembali kita lihat bahwa hati nurani yang bersih telah dapat menang atas segala dendam dan permusuhan. Sesingkat apapun pertemuan itu, setidak berbobotnya isi pembicaraan mereka. Walaupun hanya diisi canda tawa, tetapi minimal dengan mau bertemu dan saling mengucapkan selamat tentunya mempunyai banyak arti yang positif bagi bangsa ini. Apalagi bagi bagi mereka pribadi dengan mengilangkan pikiran2 negatif, perasaan dendam dan aura negative lainnya. Mereka sendiri dapat berfikir jernih untuk menyelesaikan persoalan lebih besar lagi, daripada hanya berkutat pada balas dendam dan saling jegal menjegal.
Rekonsiliasi tentunya membutuhkan proses dan waktu, tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi tidak akan baik mendendam terus terusan, dengan adanya pertemuan diantara mereka dan semoga akan ditindak lanjuti dengan pertemuan2 berikutnya, bangsa ini dapat bergerak maju bersama. Setiap elemen di pemerintahan dapat menjalankan fungsinya masing. Bukan untuk saling menjegal bukan saling balas dendam. Sekali lagi apabila para elite politik harus mau mendengar dan menuruti suara hati nurani mereka niscaya segala apa yang mereka katakan apa yang mereka perbuat tentunya yang terbaik buat bangsa ini.
Salam
Sumber : http://ift.tt/11zPIvH