Kebijakan SBY Seribu Teman Nol Musuh Tak Bakal Dipakai Jokowi
Hubungan diplomatik Indonesia mengalami pasang dan surut searah dengan kebijakan politik luarnegeri masing-masing kepala pemerintahan yang memerintah disaat itu. Sejak masa pemerintahan Sukarno hingga Pemerintahan SBY, silih berganti mewarnai dinamika politik luarnegeri negeri Indonesia yang ditandai terutama dengan naik turunnya hubungan diplomatik antar Negara. Tak terkecuali dengan Malaysia, yang merupakan negara serumpun, negara yang paling dekat dengan Indonesia. Sejak pemerintahan Suharto dengan kebijakannya, berusaha mengembalikan hubungan diplomatik antar negara yang didasarkan saling menghormati dan saling menguntungkan. Pemerintah Suharto berhasil mengembalikan hubungan baik dengan negara tetangga Malaysia, yang telah pernah mengalami masa sulit akibat politik luar negeri “Ganyang Malaysia”.
Ada beberpa langkah yang dianggap penting dalam menjalankan politik luarnegerinya, pada masa pemerintahan Suharto. Salah satunya adalah melibatkan ahli pertahanan, diplomatik, ekonomi, hubungan internasional, kebanyakan mereka berlatar belakang dari akademisi dan professional. Pemerintah pada saat itu dapat menyerap masukan positif agar dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif supaya ditopang dengan berdirinya organisasi yang mewadahi aspirasi negara-negara angotanya. Kemudian diawali dengan lahirnya ASEAN.
Dari sinilah Indonesia berhasil gemilang sehingga mampu menaikan kepercayaan dari negara-negara tetangga dekatnya seperti Malasia, Singapura, Australia. Faktor lain adalah penekannya kepada politik pasif keluar, tetapi aktif kedalam, yakni memusatkan perhatiannya kepada pertumbuhan ekonomi yang sekaligus mampu mendongkrak positip terhadap program-program kerja dibidang lainnya, misalnya pengaruhnya terhadap pertahanan, pendidikan, kesejahteraan sosial yang semakin baik.
Apakah pada masa pemerintahan Jokowidodo Presiden Indonesia ke 7 nantinya akan mempunyai strategi jitu untuk meningkatkan hubungan diplomatik yang lebih baik dengan negara tetangga seperti Malaysia, Autralia, dan negara-negara dalam lingkup Asia Pasifik? Tanpa harus mengalah terus-terusan, apalagi menjual diri? Mengingat selama sepuluh tahun terakhir pemerintahan SBY, yang dikenal dengan kebijakan politik luar negeri “1000 teman 0 musuh” ternyata tidak memuaskan, bahkan pemerintah Indonesia mengalami banyak kerugian. Kebijaka luar negeri pemerintahan SBY berupa “seribu teman dan nol musuh” tidak akan digunakan lagi oleh Jokowidodo dalam isu-isu bilateral, demikian yang diungkapkan oleh Prof Hikmahanto Yuwono.
Selama ini pemerintah Indonesia justru banyak dibebani dengan ulah negara tetangga baik yang datang dari utara seperti Malaysia maupun Australia. Bahkan kalau dapat disebutkan Australia adalah negara tetangga terdekat yang paling sering membuat ulah. Lihat saja mulai dari isu para pencari suaka ilegal, yang oleh pemerintah Australia dikembalikan paksa kewilayah Indonesia. Kasus penyadapan, yang menimpa kepada keluarga SBY serta pejabat-pejabat tinggi Indonesia, tanpa sedikitpun rasa penyesalan yang keluar dari mulut pemerintah Australia.
Dari Malaysia demikian juga, mulai dari isu pemindahan bahkan penghilangan patok perbatasan di Kalimanyan Utara, pelanggaran perbatasan secara sengaja wilayah laut Indonesia, dan yang terbaru pembangunan mercusuar di Tanjung Datu, yang masih dalam wilayah territorial Indonesia, yang kemudian Malaysia membongkar sendiri.
Dari gelagat yang dipertunjukan oleh Malaysia maupun Australia, terutama sikap Malaysia yang segera membongkar mercusuar di Tanjung Dato, mereka menyadari betul presiden Jokowidodo dibalik lemah lembut gaya penampilannya, tersimpan ketegasan yang sangat kuat, dan yang paling ditakuti oleh negara-negara tetangga yang suka usil tadi adalah Presiden Jokowidodo lahir dari rahim rakyat Indonesia. Para pemimpin dunia seperti Tony Abbott, dan yang lain pasti mengetahui apa yang ditampilkan oleh rakyat Indonesia di Istora Senayan dan di Monas dalam penyambutan serta arak-arakan bagai lautan manusia.
Bagi pemimpin dunia, pasti memahami betul fenomena Jokowidodo, menunjukan lahirnya kekuatan semesta rakyat Indonesia, apa yang dikenalnya dengan kekuatan Rakyat Semesta. Dalam sejarah, bisa disaksikan pada peristiwa Bandung Lautan api, Peristiwa 10 Nopember 1945, serangan umum 1 Maret 1949 di Jogya dan masih banyak lagi. Modalnya hanya senjata rampasan, pisau, keris, dan macam-macam senjata tradisional lainnya melawan senjata-senjata modern semasa perang dunia II. Pasukan gerilya polesan jenderal Sudirman, pasukan yang kurang makan dan kurang tidur, mampu menandingi pasukan-pasukan terlatih seperti Gurca yang terkenal itu.
Terkesan sebagai pihak yang lemah, dan kurang percaya diri, apabila konsep 1000 teman dan 0 musuh, akan dipertahankan oleh pemerintahan Jokowidodo. Kebijakan tersebut terbukti tidak efektif, cenderung merugikan. Sebab kita akan selalu terpaku untuk menjaga sikap dan perilaku untuk menciptakan pertemanan antar negara sebanyak mungkin, tanpa mengindahkan kepentingan seluruh rakyat, yang harus ditempatkan diatas kepentingan yang lain. Untuk menghilangkan permusuhan yang diakibatkan belbagai hal masalah antar negara, tidak mungkin menjadi nol.
Nol hanya dapat benar bila digambarkan sebagai mati atau mandegnya aktifitas politik internasional, bagaimana mungkin hubungan diplomatik antar negara yang sudah pasti akan terjadi gesekan-gesekan, yang dapat timbul karena banyak hal, misalnya masalah perbatasan, pencari suaka illegal, TKI, jaringan internasional narkoba, teroris, mata-mata, penyadapan, dan masih sangat banyak tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sedangkan dalam percaturan politik internasional yang masuk akal untuk menjalin sebayak-banyaknya persahabatan adalah kepentingan, kepentinganlah yang menjadi pengikat tali persahabatan antar negara. Semakin banyak kepentingan bersama yang akan kita bangun, semakin banyak pula jalinan ikatan persahabatan. Bangsa Indonesia, melalui pemerintahan Jokowidodo, harus merasa yakin, Indonesia yang kaya akan semua sumber daya, mulai energy alam, kekayaan laut, lahan pertanian, harus kita optimalkan untuk kepentingan rakyat. Oleh sebab Indonesia kaya maka Indonesia harus tegas, tidak menunjukan kelemaha dimuka bangsa asing.
Kalau hendak ditonjolkan/dikeluarkan rasa keakuannya, bisa saja pemerintahan Jokowidodo-JK, busungkan dada, sambail berkata:”andalah yang butuh, silahkan kalau hendak bekerja sama, tetapi ingat, harus mentaati semua peraturan yang saya keluarkan”, saya akan bertindak tegas, apabila anda berani melanggarnya.
kebijakan politik luarnegeri, yang akan dipakai oleh Jokowidodo, pasti yang berdasarkan konsep trisaktinya Bung Karno yaitu: berdaulat dalam politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian secara sosial budaya.
Sumber : http://ift.tt/12qjzXQ
Ada beberpa langkah yang dianggap penting dalam menjalankan politik luarnegerinya, pada masa pemerintahan Suharto. Salah satunya adalah melibatkan ahli pertahanan, diplomatik, ekonomi, hubungan internasional, kebanyakan mereka berlatar belakang dari akademisi dan professional. Pemerintah pada saat itu dapat menyerap masukan positif agar dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif supaya ditopang dengan berdirinya organisasi yang mewadahi aspirasi negara-negara angotanya. Kemudian diawali dengan lahirnya ASEAN.
Dari sinilah Indonesia berhasil gemilang sehingga mampu menaikan kepercayaan dari negara-negara tetangga dekatnya seperti Malasia, Singapura, Australia. Faktor lain adalah penekannya kepada politik pasif keluar, tetapi aktif kedalam, yakni memusatkan perhatiannya kepada pertumbuhan ekonomi yang sekaligus mampu mendongkrak positip terhadap program-program kerja dibidang lainnya, misalnya pengaruhnya terhadap pertahanan, pendidikan, kesejahteraan sosial yang semakin baik.
Apakah pada masa pemerintahan Jokowidodo Presiden Indonesia ke 7 nantinya akan mempunyai strategi jitu untuk meningkatkan hubungan diplomatik yang lebih baik dengan negara tetangga seperti Malaysia, Autralia, dan negara-negara dalam lingkup Asia Pasifik? Tanpa harus mengalah terus-terusan, apalagi menjual diri? Mengingat selama sepuluh tahun terakhir pemerintahan SBY, yang dikenal dengan kebijakan politik luar negeri “1000 teman 0 musuh” ternyata tidak memuaskan, bahkan pemerintah Indonesia mengalami banyak kerugian. Kebijaka luar negeri pemerintahan SBY berupa “seribu teman dan nol musuh” tidak akan digunakan lagi oleh Jokowidodo dalam isu-isu bilateral, demikian yang diungkapkan oleh Prof Hikmahanto Yuwono.
Selama ini pemerintah Indonesia justru banyak dibebani dengan ulah negara tetangga baik yang datang dari utara seperti Malaysia maupun Australia. Bahkan kalau dapat disebutkan Australia adalah negara tetangga terdekat yang paling sering membuat ulah. Lihat saja mulai dari isu para pencari suaka ilegal, yang oleh pemerintah Australia dikembalikan paksa kewilayah Indonesia. Kasus penyadapan, yang menimpa kepada keluarga SBY serta pejabat-pejabat tinggi Indonesia, tanpa sedikitpun rasa penyesalan yang keluar dari mulut pemerintah Australia.
Dari Malaysia demikian juga, mulai dari isu pemindahan bahkan penghilangan patok perbatasan di Kalimanyan Utara, pelanggaran perbatasan secara sengaja wilayah laut Indonesia, dan yang terbaru pembangunan mercusuar di Tanjung Datu, yang masih dalam wilayah territorial Indonesia, yang kemudian Malaysia membongkar sendiri.
Dari gelagat yang dipertunjukan oleh Malaysia maupun Australia, terutama sikap Malaysia yang segera membongkar mercusuar di Tanjung Dato, mereka menyadari betul presiden Jokowidodo dibalik lemah lembut gaya penampilannya, tersimpan ketegasan yang sangat kuat, dan yang paling ditakuti oleh negara-negara tetangga yang suka usil tadi adalah Presiden Jokowidodo lahir dari rahim rakyat Indonesia. Para pemimpin dunia seperti Tony Abbott, dan yang lain pasti mengetahui apa yang ditampilkan oleh rakyat Indonesia di Istora Senayan dan di Monas dalam penyambutan serta arak-arakan bagai lautan manusia.
Bagi pemimpin dunia, pasti memahami betul fenomena Jokowidodo, menunjukan lahirnya kekuatan semesta rakyat Indonesia, apa yang dikenalnya dengan kekuatan Rakyat Semesta. Dalam sejarah, bisa disaksikan pada peristiwa Bandung Lautan api, Peristiwa 10 Nopember 1945, serangan umum 1 Maret 1949 di Jogya dan masih banyak lagi. Modalnya hanya senjata rampasan, pisau, keris, dan macam-macam senjata tradisional lainnya melawan senjata-senjata modern semasa perang dunia II. Pasukan gerilya polesan jenderal Sudirman, pasukan yang kurang makan dan kurang tidur, mampu menandingi pasukan-pasukan terlatih seperti Gurca yang terkenal itu.
Terkesan sebagai pihak yang lemah, dan kurang percaya diri, apabila konsep 1000 teman dan 0 musuh, akan dipertahankan oleh pemerintahan Jokowidodo. Kebijakan tersebut terbukti tidak efektif, cenderung merugikan. Sebab kita akan selalu terpaku untuk menjaga sikap dan perilaku untuk menciptakan pertemanan antar negara sebanyak mungkin, tanpa mengindahkan kepentingan seluruh rakyat, yang harus ditempatkan diatas kepentingan yang lain. Untuk menghilangkan permusuhan yang diakibatkan belbagai hal masalah antar negara, tidak mungkin menjadi nol.
Nol hanya dapat benar bila digambarkan sebagai mati atau mandegnya aktifitas politik internasional, bagaimana mungkin hubungan diplomatik antar negara yang sudah pasti akan terjadi gesekan-gesekan, yang dapat timbul karena banyak hal, misalnya masalah perbatasan, pencari suaka illegal, TKI, jaringan internasional narkoba, teroris, mata-mata, penyadapan, dan masih sangat banyak tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sedangkan dalam percaturan politik internasional yang masuk akal untuk menjalin sebayak-banyaknya persahabatan adalah kepentingan, kepentinganlah yang menjadi pengikat tali persahabatan antar negara. Semakin banyak kepentingan bersama yang akan kita bangun, semakin banyak pula jalinan ikatan persahabatan. Bangsa Indonesia, melalui pemerintahan Jokowidodo, harus merasa yakin, Indonesia yang kaya akan semua sumber daya, mulai energy alam, kekayaan laut, lahan pertanian, harus kita optimalkan untuk kepentingan rakyat. Oleh sebab Indonesia kaya maka Indonesia harus tegas, tidak menunjukan kelemaha dimuka bangsa asing.
Kalau hendak ditonjolkan/dikeluarkan rasa keakuannya, bisa saja pemerintahan Jokowidodo-JK, busungkan dada, sambail berkata:”andalah yang butuh, silahkan kalau hendak bekerja sama, tetapi ingat, harus mentaati semua peraturan yang saya keluarkan”, saya akan bertindak tegas, apabila anda berani melanggarnya.
kebijakan politik luarnegeri, yang akan dipakai oleh Jokowidodo, pasti yang berdasarkan konsep trisaktinya Bung Karno yaitu: berdaulat dalam politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian secara sosial budaya.
Sumber : http://ift.tt/12qjzXQ