Kasihan PDIP, Tambah Klenger
Ini memang sudah ku prediksi sebelumnya, Koalisi Merah Putih boleh tumbang kelimpungan kalah bertarung dengan disundulnya sosok Jokowi oleh PDIP, tapi lihat saja nanti di Parlemen.
Partai dengan lambang Banteng bermoncong putih itu sudah pasti akan diseruduk secara membabi-buta oleh macan-macan yang gagah berani, sehingga sang banteng pun akan melenting kesana kemari terseok-seok sampai terpincang-pincang lantaran dikeroyok sampai susah bernapas dan sekarat di Senayan.
Mohon maaf saja, dari dulu sejak aku tahu bagaimana caranya memakai celana sendiri, aku sudah tak suka dengan partai yang bernama PDIP itu. Apalagi sejak pecahnya drama kolosal yang mengharu biru perasaan pasca pilpres 2014, tambah ilfil lah aku sehingga sampai enggak bisa makan selama berhari-hari. Serius ini.
Dijaman Soeharto dulu, rival beratnya Golkar, masih pakai nama PDI. Seiring dengan berjalannya waktu dan konflik-konflik internal (entah konflik-konflik itu hasil rekayasa atau bukan), maka berubahlah PDI itu ditambah embel-embel Perjuangan. Maka jadilah PDI Perjuangan besutannya si Megawati itu yang selama 10 tahun masih menyimpan dendam kesumat yang tak berkesudahan kepada pak SBY.
Tapi ya sudah lah alam sudah menunjukkan keseimbangannya. Saat ini PDIP sudah tersungkur mencium aspal Senayan dan susah untuk bangkit lagi di Senayan. Lambat laun banteng gemuk itu akan berubah wujud menjadi kecoak yang sekali di krenyus langsung koit.
Yang jelas ini partai yang bernama PDIP ini adalah partai keluarga, lebih tepatnya keluarga trah Soekarno. Jangan coba-coba melawan kehendaknya Megawati, nanti dibilang kualat sama trah Soekarno lho. Bahkan yang hebatnya, si Megawati ini bisa berkomunikasi dengan roh nya bung Karno lho.
Katanya dulu waktu Megawati tanya ke rohnya Bung Karno cocok enggak sih Jokowi jadi Presiden? Lalu rohnya Bung Karno bilang ya cocok lah, nduk. Nduk mengalah saja dulu jangan jadi Presiden ya. Lucu, bukan?
Bagaimana orang Eropa dan Amerika enggak ngakak nyaris guling-guling di trotoar melihat fenomena konyol ini. Yang jelas orang-orang bule itu tertawa terbahak-bahak sampai berderai air mata sambil bergumam dalam hati, dasar o’on bingitz, pantas saja kalian kami kibulin mentah-mentah.
Supaya Anda tahu saja, ketika menjabat sebagai Presiden NKRI, Bung Karno melakukan kunjungan bilateral ke Amerika Serikat. Namun mirisnya, Presiden pertama NKRI itu disuruh tunggu selama 30 menit diluar ruangan kerjanya Presiden United Sates of America. Kok mau-maunya Soekarno disuruh menunggu, padahal statusnya kan Presiden.
Inilah tandanya bahwa bangsa kita memang bangsa kacung, banyak yang pintar, tapi mental kacung. Beda dengan orang bule, enggak semua orang bule itu pintar, tapi mereka tak punya mental kacung. Itulah sebabnya sampai saat ini aku berupaya sebisa mungkin supaya enggak jadi kacung.
Dengan terpilihnya Zulkifli dari Koalisi Merah Putih sebagai Ketua MPR, maka tambah klenger pulak PDIP. Nahas nian nasibnya PDIP ini. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dengan jelas dan gamblang mengatakan bahwa, “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”. You see?
Kekalahan yang dialami PDIP yang berkali-kali di Senayan semata-mata akibat dari prilaku eksklusivitasnya Megawati yang enggan melobi partai-partai politik lainnya, plus kurangnya pemahamannya tentang fungsi dan peran lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Wajar saja itu partai jadi sarang koruptor dan kapitalis busuk.
Pemahaman trias politika saja masih kaku, bagaimana bisa menguasai Senayan? Apa perlu Mawalu kirimin buku Tata Negara dan Administrasi Negara ya?
Dalam politik semua hal bisa terjadi. Pada tahun 1999 yang silam, PDIP sebagai pemenang pemilu justru gagal mengusung Megawati menjadi Presiden RI. Saat ini, kegagalan yang sama akan terulang kembali.
Megawati harusnya malu dengan nama Koalisi Indonesia Hebat itu. Aku tanya, apanya yang hebat sekarang? Belum pantas PDIP menyandang nama Indonesia Hebat Sebaiknya diganti saja menjadi Koalisi gabungan Partai Keok. Itu lebih pantas.
Salam klenger.
Sumber : http://ift.tt/1v1FsbM
Partai dengan lambang Banteng bermoncong putih itu sudah pasti akan diseruduk secara membabi-buta oleh macan-macan yang gagah berani, sehingga sang banteng pun akan melenting kesana kemari terseok-seok sampai terpincang-pincang lantaran dikeroyok sampai susah bernapas dan sekarat di Senayan.
Mohon maaf saja, dari dulu sejak aku tahu bagaimana caranya memakai celana sendiri, aku sudah tak suka dengan partai yang bernama PDIP itu. Apalagi sejak pecahnya drama kolosal yang mengharu biru perasaan pasca pilpres 2014, tambah ilfil lah aku sehingga sampai enggak bisa makan selama berhari-hari. Serius ini.
Dijaman Soeharto dulu, rival beratnya Golkar, masih pakai nama PDI. Seiring dengan berjalannya waktu dan konflik-konflik internal (entah konflik-konflik itu hasil rekayasa atau bukan), maka berubahlah PDI itu ditambah embel-embel Perjuangan. Maka jadilah PDI Perjuangan besutannya si Megawati itu yang selama 10 tahun masih menyimpan dendam kesumat yang tak berkesudahan kepada pak SBY.
Tapi ya sudah lah alam sudah menunjukkan keseimbangannya. Saat ini PDIP sudah tersungkur mencium aspal Senayan dan susah untuk bangkit lagi di Senayan. Lambat laun banteng gemuk itu akan berubah wujud menjadi kecoak yang sekali di krenyus langsung koit.
Yang jelas ini partai yang bernama PDIP ini adalah partai keluarga, lebih tepatnya keluarga trah Soekarno. Jangan coba-coba melawan kehendaknya Megawati, nanti dibilang kualat sama trah Soekarno lho. Bahkan yang hebatnya, si Megawati ini bisa berkomunikasi dengan roh nya bung Karno lho.
Katanya dulu waktu Megawati tanya ke rohnya Bung Karno cocok enggak sih Jokowi jadi Presiden? Lalu rohnya Bung Karno bilang ya cocok lah, nduk. Nduk mengalah saja dulu jangan jadi Presiden ya. Lucu, bukan?
Bagaimana orang Eropa dan Amerika enggak ngakak nyaris guling-guling di trotoar melihat fenomena konyol ini. Yang jelas orang-orang bule itu tertawa terbahak-bahak sampai berderai air mata sambil bergumam dalam hati, dasar o’on bingitz, pantas saja kalian kami kibulin mentah-mentah.
Supaya Anda tahu saja, ketika menjabat sebagai Presiden NKRI, Bung Karno melakukan kunjungan bilateral ke Amerika Serikat. Namun mirisnya, Presiden pertama NKRI itu disuruh tunggu selama 30 menit diluar ruangan kerjanya Presiden United Sates of America. Kok mau-maunya Soekarno disuruh menunggu, padahal statusnya kan Presiden.
Inilah tandanya bahwa bangsa kita memang bangsa kacung, banyak yang pintar, tapi mental kacung. Beda dengan orang bule, enggak semua orang bule itu pintar, tapi mereka tak punya mental kacung. Itulah sebabnya sampai saat ini aku berupaya sebisa mungkin supaya enggak jadi kacung.
Dengan terpilihnya Zulkifli dari Koalisi Merah Putih sebagai Ketua MPR, maka tambah klenger pulak PDIP. Nahas nian nasibnya PDIP ini. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dengan jelas dan gamblang mengatakan bahwa, “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”. You see?
Kekalahan yang dialami PDIP yang berkali-kali di Senayan semata-mata akibat dari prilaku eksklusivitasnya Megawati yang enggan melobi partai-partai politik lainnya, plus kurangnya pemahamannya tentang fungsi dan peran lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Wajar saja itu partai jadi sarang koruptor dan kapitalis busuk.
Pemahaman trias politika saja masih kaku, bagaimana bisa menguasai Senayan? Apa perlu Mawalu kirimin buku Tata Negara dan Administrasi Negara ya?
Dalam politik semua hal bisa terjadi. Pada tahun 1999 yang silam, PDIP sebagai pemenang pemilu justru gagal mengusung Megawati menjadi Presiden RI. Saat ini, kegagalan yang sama akan terulang kembali.
Megawati harusnya malu dengan nama Koalisi Indonesia Hebat itu. Aku tanya, apanya yang hebat sekarang? Belum pantas PDIP menyandang nama Indonesia Hebat Sebaiknya diganti saja menjadi Koalisi gabungan Partai Keok. Itu lebih pantas.
Salam klenger.
Sumber : http://ift.tt/1v1FsbM