Suara Warga

Jokowi Terkena Jerat Setan?.

Artikel terkait : Jokowi Terkena Jerat Setan?.

Jokowi adalah pelaku sejarah yang langka. Ya, gara-gara Jokowi, kata-kata “kerempeng”, “ndeso” dan “blusukan” naik derajat menjadi sebuah pemaknaan positif. Lebih jauh lagi, ngomongnya yang medok Jawa, ketidak-trampilannya bicara masalah-masalah makro dan gayanya yang “klemar-klemer” telah mengacaukan model “resmi” pejabat yang selama ini biasa dibayangkan orang: berwibawa, tegas, pandai pidato dan berpenampilan “kota”.

Ketika kata “kota” berarti penuh tipu-tipu, “ndeso” adalah antitesa. Ketika “turba” terkesan otoriter dan formalistik, “blusukan” menjadi antitesa. Ketika yang ahli pidato cuma banyak omong dan retorika, bicara Jokowi menggambarkan kejujurannya. Apalagi yang gagah-gagah ternyata banyak yang lebay dan dicokok KPK, maka yang kerempeng dan sederhana jadi bermakna keprihatinan dan ketulusan. Jokowi-pun menjadi mirip dengan “tetangga semua orang”. Lalu, Jokowi jadi suara moral, ia menjadi seorang pemandu, representasi perlawanan rakyat terhadap yang palsu-palsu seperti itu. Kemudian para politikus berembuk dengan ribuan relawan yang tak sabar. Akhirnya, sang pemimpin moral menjadi pemimpin politik. Jokowi jadi presiden.

Dalam hitungan hari, segera sang presiden dibenturkan dengan sederet keniscayaan politik. Berbagai kepentingan datang mendera. Tapi tak tampak Jokowi berusaha gigih melawannya. Ia terlalu naïf. Ia, dari seorang tukang kayu yang langsung masuk istana. Jokowi tak pernah mengalami betapa rumit dan kotornya proses politik kepartaian dalam demokrasi. Ia berdiri diatas partai: bersih, tapi tidak memiliki radar politik. Dari caranya memilih komandan paspampres dan mentri-mentri, tampaknya ia telah terkena “jerat setan”.

Akhirnya Jokowi tetap Jokowi si pemandu moral. Posisinya menjadi dilematis, di antara politik sebagai usaha untuk mencapai yang mungkin dan hasratnya untuk meraih yang hampir mustahil. Tapi, mudah-mudahan Jokowi tetap konsisten dengan janjinya: “Suara seorang petani atau nelayan harus didengarkan, lebih serius ketimbang suara mentri atau penasehat presiden”. Tapi kita juga jangan terlalu berharap, ditangan Jokowi, Indonesia akan berubah seketika. Agar tak kecewa.






Sumber : http://ift.tt/1ytSMUT

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz