Jokowi-Prabowo, Simbol Nenek Moyang yang Welas Asih
Hanya media kompor yang memberitakan bahwa Jokowi dan Prabowo, pasca pengukuhan MK atas hasil KPU, seperti terus bermusuhan. Mereka (media) seolah-olah mau bikin sinetron panjang, dengan membuat seolah-olah mereka (Prabowo-Jokowi) terus bersiteru.
*
Budaya nenek moyang kita yang welas asih, di mana yang tua mengasihi yang muda, yang muda menghormati yang tua, yang sebaya saling menghargai, sepertinya telah hilang ditelan zaman. Ini diakibatkan tontonan di televisi yang banyak tindak bersifat tuntunan.
*
Lawakan-lawakan yang mereka anggap lucu, namun tidak lucu secara kesusilaan. Seperti main kemplang kepala. Malahan yang terjadi adalah yang lebih muda ngemplang kepala yang tua. yang kemudian terbentuk di otak generasi sekarang yang menonton acara lawakan itu, berpendapat hal itu sesuatu yang lumrah, yang muda membully yang tua.
*
Budaya welas asih, saling harga-menghargai, hormat-menghormati, telah ditunjukan Prabowo dan Jokowi. Mereka menunjukan bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Tidak ada dendam dan perselisihan antar mereka. Kami rapopo, hanya media yang ono-opo.
*
Momen kebersamaan mereka itu telah menyejukkan semua elemen bangsa. Menenangkan kedua pendukung. Membuktikan bahwa Prabowo, mendukung Jokowi sebagai presiden. Seperti didebat kemaren, kata Prabowo, kalau Jokowi benar, maka saya benarkan. Mereka akan bersatu demi untuk kemajuan bangsa dan tanah air. Dan lihat saja kejadian berikutnya, siapa yang ono-opo, atas kemesraan mereka tersebut.
Sumber : http://ift.tt/1wfVOww