Suara Warga

Jokowi, Minimum Essensial Force (MEF) dan Kegalauan NKRI

Artikel terkait : Jokowi, Minimum Essensial Force (MEF) dan Kegalauan NKRI

Terpilihnya Jokowi, tak pelak menimbulkan keraguan akan keberlangsungan Minimum Essensial Force (MEF) guna memenuhi kekuatan minimun Tentara Nasional Indonesia (TNI). Keraguan yang bukan tanpa alasan, sebab selain berlatar belakang sipil, Jokowi disebut-sebut akan meminimalisir pengeluaran negara yang menurut koalisinya tidak penting. Dan bukan tidak mungkin, MEF yang menyita anggaran terbesar negeri ini akan terkena imbasnya. Selain daripada itu, Jokowi yang memang sangat mesra dengan Megawati dan disebut-sebut sebagai reinkarnasinya, juga dinilai akan meniru kebijakan Megawati yang menjual aset-aset negara dahulu.

Isu itu seolah menjadi nyata, saat Politisi Partai yang mengusung beliau di Pilpres lalu memberikan usul kepada Jokowi. Beliau mengusulkan untuk menjual kembali Pesawat Kepresidenan yang baru beberapa bulan diterima, dengan alasan untuk mengefisienkan pengeluaran negara. Tidak berhenti sampai di situ, dengan alasan yang sama dan dari Politisi Partai yang sama, mereka kembali mewacanakan penjualan Kapal Perang RI yang dinilai terlalu banyak dan membutuhkan anggaran yang cukup besar untuk operasionalnya.

Namun, seolah menjawab semua tudingan itu, Jokowi yang hadir di perayaan HUT TNI Selasa lalu membuat pernyataan yang sangat menggembirakan. Ketika ditanya tentang modernisasi Alutsista TNI oleh wartawan, Jokowi mengaku akan mendukung hal tersebut. Bahkan, “Jokowi berjanji akan melipat gandakan anggaran hingga 2-3 kali lipat, dengan catatan ekonomi tumbuh sebesar 7 persen”.

Namun, karena beliau menargetkan diangka 7 persen, hal ini menjadi dilema. Bagaimana kelak jika pertumbuhan ekonomi hanya di kisaran 6,85 persen, apa anggaran MEF juga akan ikut naik, stagnan atau malah di kurangi. Bukan apa, walaupun Indonesia menganut sistem Zero Enemy Million Friend, tetap saja stabilitas kawasan harus di jaga. Sebab, tidak ada jaminan NKRI kelak tidak mendapat ancaman dari luar, terlebih konflik Laut China Selatan (LCA) sudah di depan mata.




Sumber : http://ift.tt/1pU22fv

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz