Suara Warga

(41) SAMPAH INDONESIA, AKSI TANPA HATI. TANPA HENTI?

Artikel terkait : (41) SAMPAH INDONESIA, AKSI TANPA HATI. TANPA HENTI?

LELAH MATA LELAH PERTIWI

Keajaiban yang saya alami adalah mata kelelahan karena melihat dimanapun pergi melihat sampah yang tersebar menggantikan bunga.

Di satu dinding panjang di samping jalan di Jakarta, beberapa buah pengumuman yang tertulis dengan huruf berwarna menyolok, melarang membuang sampah di badan jalan. Tetapi dibawah baliho pengumuman itu justru banyak kantong kresek yang berisi sampah rumatangga yang justru sengaja di buang di situ. Saya yakin yang membuang sampah itu sambil juga membuang tawa. Semua orang yang buang sampah di situ, mau ia lempar dari mobil atau dari motor, atau ia tanpa malu jinjing bungkusan sampah sambil jalan kaki, mereka memang sudah tidak berasa lagi, bahwa hatinya sudah mati.

Jangan disebut lagi sepanjang tubir sungai, hanya di puncak gunung yang selalu meletus sajalah yang tidak ditemukan sampah hasil ketidakpedulian manusia.

Berterimakasih kepada kelompok dan RT yang peduli sampah. Mereka perintis kebersihan Indonesia. Tetapi gaung mereka juga lenyap ditimpa sensasi. Lalu apakah identitas Indonesia ternyatakan diatas sampah? Atau Indonesia ini adalah negeri sampah? Masakah isi Indonesia adalah sampah saja? Lelah mata saya mewakilkan lelah jiwa Bunda Pertiwi.

PRODUKSI TANPA HATI

Banyak papan pengumuman pemerintah yang bertuliskan nomor peraturan, uraian peraturan dan denda pelanggar peraturan tentang sampah. Ada sampai mengamcam hukuman 3 bulan penjara dan Rp 50 juta rupiah bagi pelanggar peraturan.

Tetapi papan pengumuman itu tidak terurus, dan justru sampah bertumpukan mengelilingi tiang pengumuman. Rakyat sudah tidak peduli karena pemerintah memang tidak peduli.

Saya mengamati, di sepanjang jalan yang saya lalui, lebih banyak manusia yang membuang sampah ke jalan tanpa malu, katimbang yang memasukkan sampahnya ke saku sendiri.

Kita Indonesia memproduksi ketidakteraturan negeri tanpa hati. Apapun tempat terbuka adalah tempat sampah. Departemen kebersihan kota, seksi kelestarian desa, apapun namanya itu; semuanya melemparkan tanggungjawab kebersihan dan keindahan Indonesia kepada rakyat. Sebaliknya rakyat bilang, “tokh ada pemerintah yang beresin sampah. ‘Kan sudah dibayar.” Akhirnya, Indonesia memilukan karena tidak ada ruang terbuka yang tidak terisi sampah.

SOLUSI KENEGARAAN

Pemerintah bukan tidak bisa mengatasi sampah. Hanya karena pemerintah membesarkan persoalan katimbang melaksanakan program. Berbagai masalah sudah dimunculkan didepan, misaalnya ; budget Negara untuk kebersihan tidak memadai untuk membangun sistem dan mempekerjakan orang, terlalu rumit jika kebersihan diambil alih seluruhnya oleh pemerintah, rakyat sulit diatur untuk menjaga kebersihan; dan lain sebagainya, yang melulu yang dilihat adalah problemnya bukan memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah.

Mengapa pemerintah tidak mengganggap kebersihan Negara itu kepentingan? Jika pemerintah mau berpikir maju, maka hanya ada tiga hal yang terutama penting yang harus didahulukan, maka sekalian yang lain akan mengikuti dengan leluasa dan mulus.

Ketiga hal itu sangat sederhana, yaitu; pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik moral, kebersihan yang memimpin semua keadaan menjadi beradab, dan pemanfaatan permukaan untuk memproduksi produk berulang yang mensejahterakan Indonesia. Kementerian lain akan mengikuti sebagai supportnya.

Coba diurut. Apa saja kemajuan yang dihasilkan oleh ketiga fokus pekerjaan Negara itu.

Semua sistem kementerian akan terikat langsung sebagai solusi, menerbitkan inovasi dan kreasi yang bersambungan dari semua kementerian; yang keseluruhannya tertuju kepada keberhasilan Indonesia di semua sisi keseharian.

Coba menganalisis dengan baik, jujur, dan serius. Walaupun sederhana, ketiga fokus kerja pemerintahan ini akan melajukan kualitas Indonesia baik politik, ekonomi, sosial, maupun hankam Negara. Ketiga hal ini mampu mengembalikan kurs rupiah ke Rp 75/US$. Ini bisa dan sangat bisa. Ini bukan mimpi karena kita hanya perlu realisasi kerja.

HATI BERSIH HASIL BERSIH

Kebersihan menjadi pokok kehidupan yang sehat. Sehat segala-galanya. Orang di kota dan di desa mau keluar rumah untuk melakukan kegiatannya, akan merasa risih jika ia tidak bersih, tidak mandi, tidak pakai baju bersih dan tidak patut, atau tidak gosok gigi dan tidak wangi. Ia akan merasa malu bertemu orang dalam keadaannya yang tidak sehat.

Nah diri sendiri saja mau bersih, mengapa secara akumulasi, Indonesia ini tidak mau bersih?

Kembali menyambung tulisan sebelum ini, mengapa berat bagi pemerintah untuk mengeluarkan peraturan untuk menjaga permukaan tanah dan air untuk dijaga bersih?

http://ift.tt/1vdalFg

Serasa terlalu sedih jika pemerintah langsung menghadapkan persoalan kebersihan Negara dengan persoalan yang dibesar-besarkan.

Masakah pemerintah menumpulkan diri pada persoalan? Lalu apa yang harus dibalaskan kepada rakyat karena sudah mengantar dan menempatkan pemerintah pada posisi sekarang ini? Masakah rakyat yang menghendaki kesejahteraan tidak mau mendukung rencana pemerintah yang tertuju kepada kesejahteraan itu?

Sayang sekali jika pemerintah melarutkan diri dengan menatap gunung persoalan yang menghadang jalan; padahal ada jalan kecil yang ringan untuk memutari gunung.

Biarkanlah gunung tetap gunung. Persoalan tetap persoalan. Ada jalan lain yang mampu mengantar ke tujuan, tanpa harus merubuhkan gunung.

Coba, apakah pemerintah 2014-2019 bisa? Mencapai tujuan tanpa harus membongkar masalah?

Salam Indonesia Sejahtera

Tuhan memberkati Indonesia




Sumber : http://ift.tt/1vdak45

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz