Suara Warga

WAJAH LAYANAN PUBLIK NEGERI ANTAH BERANTAH, MASUKAN BUAT JOKOWI DAN AHOK AGAR BERHATI-HATI

Artikel terkait : WAJAH LAYANAN PUBLIK NEGERI ANTAH BERANTAH, MASUKAN BUAT JOKOWI DAN AHOK AGAR BERHATI-HATI

Saya bekerja di institusi layanan public milik pemerintah sudah hampir 30 tahun, dan saya memahami kenapa layanan public di negeri antah berantah tidak pernah beres.

1. Sarana layanan public dipertahankan jelek agar para pelaksana punya alasan cukup untuk mennuding kambing hitamnya adalah keterbatasan sarana.

2. Jika perlu menyediakan sarana berteknologi tinggi sebagai pendukung maka tidak disiapkan anggaran cukup untuk pemeliharaan sehingga alat mudah rusak dan beli lagi, artinya ada pengadaan barang lagi, artinya ada mark-up, artinya ada uang yang bisa masuk kantong pejabat publik.

3. Di pemerintahan ada kavling-kavlingan, setiap pejabat yang punya area tugas tertentu akan merasa bahwa itu adalah kavlingnya, dan itu berarti tidak boleh ada yang masuk wilayahnya, karena didalam wilayah itu ada uang yang menjadi hak pejabat itu dan masing-masing punya wilayah sendiri-sendiri.

4. Dalam manajemen berlaku hukum bahwa, keberhasilan program ditentukan keberhasilan manajemen mengawasi titik terlemah dari mata rantai proses, dan kelemahan birokrasi disebabkan oleh moralitas buruk para pemangku kewenangan, bukan buruknya prestasi kerja para pns secara umum.

5. Dalam pengalaman saya di birokrasi saya pernah mengalami 13 kali ganti pimpinan di 5 institusi yang berbeda, jika diperhatikan bahwa pergantian pimpinan bisa dengan mudah mengubah irama kerja para pns. Ketika saya memiliki pimpinan pembelajar maka dengan serta merta para karyawan berani belajar dan mencoba berinovasi. Ditempat yang sama, ketika saya memiliki pimpinan yang korup maka dengan serta merta sebagian besar karyawan seperti mengikuti konduktor orchestra menjadi “berhitung”. Mau kerja kalau ada duit. Ketika saya memiliki pimpinan yang anti korupsi maka semua bicara tentang gratifikasi dan mereka jadi “amanah”.

Di negeri antah berantah semua tergantung pimpinan, maka culture harus dibangun dari atas. Jadi pembelajaran dari negeri antah berantah ini buat Jokowi maupun Ahok, berhati-hatilah memilih para pimpinan dalam birokrasi, ini jika memang anda akan meneruskan pembenahan. Beranilah melakukan pengaturan sesuai rencana, abaikan demo-demo, badai pasti berlalu.




Sumber : http://ift.tt/1srxVT7

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz