SBY Masih Pegang Kartu Truf
Peristiwa walkout dan pengajuan 10 kondisi yang harus dipenuhi dalam pilkada tidak langsung hanya sekedar jurus menghindar sambil melihat peluang yang dilakukan partai Demokrat. Beragam kecaman mengalir kepada SBY selaku presiden dan sekaligus ketua umum Partai Demokrat. Saya menduga SBY tidak menduga akan menuai kecaman seramai ini.
Tetapi dibalik semua itu saya melihat bahwa SBY sedang memainkan kartu truf yang dimiliki. Turunnya perolehan kursi Partai Demokrat dari dari 148 menjadi 61 kursi tidak membuat menjadi partai demokrat menjadi pecundang yang harus tersingkir dalam peta politik Indonesia.
Ujian pertama partai demokrat adalah dalam rapat paripurna pengesahan Undang-undang pilkada lewat DPRD. Sungguh naif jika SBY tidak tahu akan peristiwa itu akan terjadi, sekalipun dia berada di luar negeri. Saya dapat memastikan jika beliau akan selalu mengikuti perkembangan rapat paripurna DPR-RI, sehingga dia dapat memberikan arahan kemana partainya harus bertindak.
Tetapi dibalik semua itu saya melihat bahwa SBY sedang memainkan kartu truf yang dimiliki. Turunnya perolehan kursi Partai Demokrat dari dari 148 menjadi 61 kursi tidak membuat menjadi partai demokrat menjadi pecundang yang harus tersingkir dalam peta politik Indonesia.
Ujian pertama partai demokrat adalah dalam rapat paripurna pengesahan Undang-undang pilkada lewat DPRD. Sungguh naif jika SBY tidak tahu akan peristiwa itu akan terjadi, sekalipun dia berada di luar negeri. Saya dapat memastikan jika beliau akan selalu mengikuti perkembangan rapat paripurna DPR-RI, sehingga dia dapat memberikan arahan kemana partainya harus bertindak.
Menurut pandangan saya, SBY sedang memainkan kartu trufnya demi kepentingan partai. Meski dalam perolehan kursi mereka hancur, tapi sekarang mereka membuktikan bahwa demokrat bisa berbuat banyak dalam dunia politik Indonesia.
Memposisikan diri menjadi penyeimbang hanya sekedar untuk menunjukkan mereka bisa berbuat banyak jika “terganggu” oleh pemerintahan baru. Karena posisi penyeimbang tidak pernah ada dalam teori politik modern yang selama ini hanya kenal oposisi dan penguasa.
Beragam kasus yang menyasar partai Demokrat membuat SBY layak menjadi resah. Mulai ditangkapnya Nazarudin, Angelina Sondakh, hingga Anas Urbaningrum yang kemudian juga nama Ibas disebut-sebut terlibat, membuat Partai demokrat seakan dikepung persoalan hukum. Disinilah perlunya Partai Demokrat menjadi penyeimbang untuk melindungi partai dan anggota partainya. Bargaining yang dimiliki Demokrat akan dimainkan untuk ditukar dengan “sesuatu” pada pemerintah baru yang akan terbentuk bulan depan. Kita lihat saja kemana arah kartu truf itu akan dimainkan.
Sumber : http://ift.tt/1nvS096
Memposisikan diri menjadi penyeimbang hanya sekedar untuk menunjukkan mereka bisa berbuat banyak jika “terganggu” oleh pemerintahan baru. Karena posisi penyeimbang tidak pernah ada dalam teori politik modern yang selama ini hanya kenal oposisi dan penguasa.
Beragam kasus yang menyasar partai Demokrat membuat SBY layak menjadi resah. Mulai ditangkapnya Nazarudin, Angelina Sondakh, hingga Anas Urbaningrum yang kemudian juga nama Ibas disebut-sebut terlibat, membuat Partai demokrat seakan dikepung persoalan hukum. Disinilah perlunya Partai Demokrat menjadi penyeimbang untuk melindungi partai dan anggota partainya. Bargaining yang dimiliki Demokrat akan dimainkan untuk ditukar dengan “sesuatu” pada pemerintah baru yang akan terbentuk bulan depan. Kita lihat saja kemana arah kartu truf itu akan dimainkan.
Sumber : http://ift.tt/1nvS096