Ketegangan Elite Politik
Ketegangan perpolitikan tanah air tahun ini benar-benar sedang asyik. Bahkan beritanya mengalahkan kepopuleran perselingkuhan para selebriti. Tahun ini memang tahun politik bagi rakyat Indoneisa, gelaran pesta demokrasi yang dihelat, menyajikan cerita dan sejarah baru bagi kita. April lalu, saat dilaksanakannya pemilihan legislatif, hasilnya banyak membuat pengamat politik tersenyum tipis. Beberapa diluar prediksi, seperti hadirnya pendatang baru Nasdem, dan melonjak drastisnya PKB setelah dihuni musisi dangdut kawakan Rhoma Irama. Namun nama- nama besar seperti PDI-P dan Golkar tetap menjadi partai dengan persentase terbanyak. Serta geliat partai berlambang kepala garuda Gerindra.
Berlanjut pada pemilihan presiden yang dilaksanakan pada Juli lalu. Berbeda dengan pemilihan yang lalu, kali ini hanya menyajikan dua calon saja, Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Hal ini yang membuat pilpres tahun ini makin panas dan seru. Komunikasi politik yang dilakukan para elite partai membuahkan koalisi-koalisi partai yang cukup menarik. Walaupun sempat berjalan alot, tetapi akhirnya partai-partai pengusung capres ini mulai memperlihatkan kemesraannya jelang pilpres. Koalisi partai pengusung Prabowo Subianto yang digawangi partai sang capres yaitu Gerindra, PPP, PAN, PKS, Golkar, dan Demokrat, yang menamakan koalisinya sebagai koalisi Merah Putih. Dan koalisi partai pengusung Jokowi yaitu partai pemenang pileg PDI-P, Nasdem, PKB, PKPI. Diatas kertas koalisi merah putih memiliki persentasi yang lebih besar dibanding koalisi partai pengusung capre Jokowi. Namun faktanya, Jokowi mampu merebut hati rakyat Indonesia, dan mengungguli Prabowo dalam pilpres Juli lalu.
Sempat terjadi klaim kemenangan dari masing-masing capres, bahkan hingga sampai ke meja MK. Namun putusan MK tetap memberikan angin segar pada Jokowi sebagai pemenang pilpres dan menjadi Presiden RI terpilih. Namun sepertinya ketegangan dua koalisi ini belum berakhir disini. Berlanjut pada RUU pilkada yang menjadi polemik akhir-akhir ini, yang memaksa Ahok keluar dari partai pengusungnya dulu saat pilkada DKI yaitu Gerindra. Namun hal itu tidak dianggap serius dan bahkan dianggap sebagai angin lalu saja oleh Gerindra, seperti yang diungkapkan Sekjen Gerindra Fadli Zon.
Isu pendekatan PPP dan PAN ke koalisi PDI-P nampaknya makin membuat masyarakat memandang bahwa koalisi Merah Putih sedang diguncang prahara. Ditambah Demokrat yang kini setuju dengan pilkada langsung, berbeda dengan pernyataan serta sikap fraksinya beberapa hari lalu.
Kini PDI-P sudah menyatakan diri sebagai partai pemerintah setelah sepuluh tahun memilih beroposisi. Tinggal kita tunggu kejutan selanjutnya dari elite politik tanah air ini. Ketegangan tidak akan berhenti walaupun Presiden sudah dipilih oleh rakyat. Karena faktanya hingga saat ini koalisi Merah Putih masih memiliki suara mayoritas di Senayan.
Sumber : http://ift.tt/1reoNyR
Berlanjut pada pemilihan presiden yang dilaksanakan pada Juli lalu. Berbeda dengan pemilihan yang lalu, kali ini hanya menyajikan dua calon saja, Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Hal ini yang membuat pilpres tahun ini makin panas dan seru. Komunikasi politik yang dilakukan para elite partai membuahkan koalisi-koalisi partai yang cukup menarik. Walaupun sempat berjalan alot, tetapi akhirnya partai-partai pengusung capres ini mulai memperlihatkan kemesraannya jelang pilpres. Koalisi partai pengusung Prabowo Subianto yang digawangi partai sang capres yaitu Gerindra, PPP, PAN, PKS, Golkar, dan Demokrat, yang menamakan koalisinya sebagai koalisi Merah Putih. Dan koalisi partai pengusung Jokowi yaitu partai pemenang pileg PDI-P, Nasdem, PKB, PKPI. Diatas kertas koalisi merah putih memiliki persentasi yang lebih besar dibanding koalisi partai pengusung capre Jokowi. Namun faktanya, Jokowi mampu merebut hati rakyat Indonesia, dan mengungguli Prabowo dalam pilpres Juli lalu.
Sempat terjadi klaim kemenangan dari masing-masing capres, bahkan hingga sampai ke meja MK. Namun putusan MK tetap memberikan angin segar pada Jokowi sebagai pemenang pilpres dan menjadi Presiden RI terpilih. Namun sepertinya ketegangan dua koalisi ini belum berakhir disini. Berlanjut pada RUU pilkada yang menjadi polemik akhir-akhir ini, yang memaksa Ahok keluar dari partai pengusungnya dulu saat pilkada DKI yaitu Gerindra. Namun hal itu tidak dianggap serius dan bahkan dianggap sebagai angin lalu saja oleh Gerindra, seperti yang diungkapkan Sekjen Gerindra Fadli Zon.
Isu pendekatan PPP dan PAN ke koalisi PDI-P nampaknya makin membuat masyarakat memandang bahwa koalisi Merah Putih sedang diguncang prahara. Ditambah Demokrat yang kini setuju dengan pilkada langsung, berbeda dengan pernyataan serta sikap fraksinya beberapa hari lalu.
Kini PDI-P sudah menyatakan diri sebagai partai pemerintah setelah sepuluh tahun memilih beroposisi. Tinggal kita tunggu kejutan selanjutnya dari elite politik tanah air ini. Ketegangan tidak akan berhenti walaupun Presiden sudah dipilih oleh rakyat. Karena faktanya hingga saat ini koalisi Merah Putih masih memiliki suara mayoritas di Senayan.
Sumber : http://ift.tt/1reoNyR