Suara Warga

Kemiskinan Penduduk, Kriminalitas dan Curanmor

Artikel terkait : Kemiskinan Penduduk, Kriminalitas dan Curanmor

Pada 17 September 2014 malam, saya diundang menjadi narasumbater diskusi sosial oleh Kesbangpol Jakarta Utara dihalaman kantor lurah Lagoa Tanjung Priok.

Ikut menjadi narasumber dalam diskusi tersebut Suciono, Kasat Intelpam Kepolisian Tanjung Priok dan Agung Ahda, Kasat Intelpam TNI Tanjung Priok. Setelah keduanya berbicara, tokoh-tokoh masyarakat yang hadir menjadi peserta diberi kesempatan menyampaikan informasi, pandangan, pikiran dan pertanyaan.

Salah seorang pembicara dari tokoh masyarakat Lagoa mengemukakan bahwa di daerah Lagoa masih banyak kemiskinan. Akibat kemiskinan, maka tingkat kriminalitas, curanmor (pencurian motor) dan tawuran warga cukup tinggi. Selain itu, kebodohan masih banyak dialami masyarakat bawah. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut.

Pendidikan yang Menyadarkan

Ketika saya diberi kesempatan untuk berbicara, saya merespon berbagai informasi, pandangan dan pertanyaan dari para tokoh masyarakat. Pertama, kemiskinan penduduk, hanya bisa diatasi dan dientaskan dengan pendidikan yang mencerahkan, menyadarkan dan mencerdaskan. Oleh karena itu, saya mengundang putra-putri dari Lagoa dan Tanjung Priok untuk belajar di Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Jakarta. Mereka akan diberi beasiswa penuh (gratis) dalam rangka education for all (pendidikan untuk semua) supaya meningkat sumberdaya masyarakat Lagoa dan Tanjung Priok. Tidak ada cara lain yang paling efektif kecuali pendidikan yang menyadarkan untuk mengakhiri kemiskinan dan kebodohan masyarakat bawah.

Kedua, kriminalitas dan curancor. Menurut saya, krimintakitas dan curanmor merupakan akibat dari kemiskinan. Karena miskin, maka tidak bisa mengikuti pendidikan dengan baik. Akibatnya, kualitas SDM rendah sehingga tidak bisa diterima bekerja di sektor formal (pemerintah dan swasta) karena yang diperlukan adalah mereka yang berpendidikan. Sementara untuk membuka usaha sendiri tidak dapat dilakukan karena tidak mempunyai kepakaran (keahlian), modal kerja dan modal investasi, izin usaha, tempat berusaha dan lain sebagainya.

Untuk bisa bertahan hidup, mereka yang miskin, tidak jarang mencari jalan pintas misalnya dengan melakukan pencurian, penyambretan, perampokan dan lain sebagainya.

Ketiga, pengangguran, merupakan dampak dari kurang pendidikan dan tidak mempunyai kepakaran (ketrampilan) kerja, sehingga tidak bisa diterima bekerja di sektor formal dan juga tidak bisa membuka usaha sendiri serta berusaha di sektor informal yang sangat kompetitif sebab tidak bisa juga dimasuki dengan modal dengkul. Maka dampak lebih jauh, hidup mereka makin lama makin susah dan akhirnya kehilangan harapan (hope).

Penduduk yang mengalami nasib tidak beruntung, sudah pasti mengalami stres dan depresi, sehingga mudah disulut untuk tawuran (konflik).

Solusi Permanen

Mereka yang kurang pendidikan sangat sulit ditingkatkan kehidupan mereka. Itu sebabnya upaya pemberantasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah dapat dikatakan gagal (kurang berhasil).

Pertanyaannya, solusi apa yang harus dilakukan secara permanen. Menurut saya harus dilakukan tiga hal. Pertama, beri beasiswa penuh kepada anak-anak miskin. Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta telah merestui pendirian Komisi Basiswa di DKI Jakarta, yang saya usulkan sebagai sarana menghimpun dana dari BUMD, BUMN, perusahaan swasta, perorangan dan APBD. Lembaga ini akan dipimpin tokoh pendidikan, tokoh masyarakat dan agama. Lembaga ini akan memberi beasiswa penuh kepada anak-anak miskin untuk belajar di daerah lain dan atau di luar negeri.

Kedua, membangun kawasan terpadu di kawasan padat, kumuh dan miskin. Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Gubernur DKI Jakarta telah setuju untuk dibangun 20 tingkat rumah deret vertikal (apartemen) di Johar Baru Jakarta Pusat untuk masyarakat yang kurang mampu. Untuk biayai operasional, maka akan dibangun pula beberapa tower rumah deret vertikal 20 tingkat bagi kalangan menengah ke atas. Hasilnya untuk subsidi silang bagi biaya operasional apartemen bagi kalangan masyarakat kurang mampu.

Ketiga, memberi kepakaran kerja atau usaha bagi masyarakat kurang pendidikan. Mereka yang karena faktor umur dan sudah tidak mempunyai keinginan lagi belajar, maka diberi kepakaran (keahlian). Oleh karena itu, dirumah deret vertikal (apartemen) di lantai dasar diperuntukkan untuk berdagang makanan dan keperluan sehari-hari. Dilantai 1(satu) untuk pusat pelatihan kepakaran (ketrampilan).

Dengan melakukan hal-hal tersebut diatas, maka saya yakin kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan curanmor akan berkurang secara drastis.

Allahu a’lam bisshawab




Sumber : http://ift.tt/1rc9JlM

Artikel Kompasiana Lainnya :

Copyright © 2015 Kompasiana | Design by Bamz